1 / 16

KHES bersama Prof. Jaih Mubarok

KHES bersama Prof. Jaih Mubarok. DEFINISI EKONOMI. Science or principles of the production, distribution and consumption ( usage ) of goods and (or) services . Sains atau prinsip produksi, distribusi, dan konsumsi (barang) dan pelayanan (jasa) DEFINISI EKONOMI ISLAM

inara
Download Presentation

KHES bersama Prof. Jaih Mubarok

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KHES bersama Prof. JaihMubarok

  2. DEFINISI EKONOMI Science or principles of the production, distribution and consumption (usage) of goods and (or) services. Sains atau prinsip produksi, distribusi, dan konsumsi (barang) dan pelayanan (jasa) DEFINISI EKONOMI ISLAM Islamic principles of the production, distribution and consumption (usage) of goods and (or) services. Sains atau prinsip Islam mengenai produksi, distribusi, dan konsumsi (barang) dan pelayanan (jasa)

  3. Nilai Mashlahah: Dar’ al-Mafasid wa Jalb al-Mashalih AKTIVITAS EKONOMI Uang dan Bank COMSUMPTION DISTRIBUTION PRODUCTION • Tidak riba • Tidak garar. • Tidak gubun • Tidak ihtikar. • Mengakui hukum sp-dm • Halal • Tidak Israf. • Tidak Tabdzir. • Tawasuth bayna al-Iglal wa al-tabsith. • Paradigma Halal. • Ba’id an al-fasad. • Ba’id an al-zhulm. • Profesional.

  4. WILAYAH EKONOMI ISLAM Tiga Wilayah Ekonomi Islam Mubadalat Ahwal Syakhsiyah Iqtishadiyat • Al-Bai’ • Syirkah. • Mudharabah. • Murabahah. • Ijarah, dll. • Mahar. • Nafkah. • Waris. • Wasiat. • Hibah. • Zakat. • Wakaf. • Kharaj. • Ghanimah.

  5. KUHPerdata DAN KHES Perbandingan KUHPerdata dan KHES KHES KUHPerdata 1. Orang 2. Kebendaan 3. Perikatan 4. Pembuktian dan Daluarsa • Subyek Hukum. • Amwal. • Akad. • Zakat dan Hibah. • Akuntansi Syariah.

  6. Fatwa tentang Bunga Bank 1. Bahtsul Masa’il NU (1937) menetapkan bahwa hukum bunga bank adalah haram. 2. Majelis Tarjih Muhamamdiyah (1968) menyimpulkan bahwa hukum bunga bank adalah syubhat. 3. Majelis Fatwa Mathla’ul Anwar (1985) menetapkan bahwa bunga bank hukumnya mubah karena terpaksa (lil hajah/dharurat); 4. MUI (16 Desember 2003) menetapkan bahwa hukum bunga bank adalah haram.

  7. SUBYEK HUKUM DAN WALI Subyek hukum adalah: a) orang yang cakap (18 tahun, mampu menerima dan menjalankan beban), b) badan usaha atau badan lainnya. Badan Usaha terdiri atas: a) berbadan hukum (milik milik perorangan atau syarikat/patungan). b) tidak berbadan hukum (milik milik perorangan atau syarikat/patungan). Subyek hukum yang tidak cakap diampu oleh wali yang berupa: a) orang tua muwalla, b) orang yang menerima wasiat dari orang tua muwalla, atau c) orang lain/badan hukum yang ditetapkan oleh pengadilan.

  8. AMWAL DAN MACAM DAN ASAS KEPEMILIKANNYA Harta adalah benda yang dapat dimiliki, dikuasai, diusahakan, dan dialihkan. Macam Harta 1. Berwujud dan tidak berwujud. 2. Bergerak dan tidak bergerak. 3. Terdaftar dan tidak terdaftar. Asas Kepemilikan Harta 1. Amanah (titipan dari Allah). 3. Ijtima’iyah (fungsi sosial). 2. Infiradiyah (perorangan). 4. Manfaat (dar’ al-mafasid wa jalb al-manafi’)

  9. Akad itu Apa? 1. Wa’d (Janji) dan Akad (Kontrak) 2. Perjanjian dan Perikatan (KUHPerdata) 3. Akad dalam Domain Mu’awadhat dan Tabarru’at. 4. Akad Basith dan Akad Murakkab (Multiakad)

  10. Cara Perolehan dan sifat Pemilikan Amwal Cara Perolehan Amwal 1. Pertukaran 6. Jual-Beli 2. Pewarisan 7. Luqathah. 3. Hibah 8. Wakaf. 4. Wasiat 9. Cara lain yang Dibenarkan syari’ah 5. Pertambahan alamiah Sifat Pemilikan Amwal 1. Pemilikan penuh (manfaat dan tidak dibatasi waktu). 2. Pemilikan tidak penuh (manfaat dan dibatasi waktu). 3. Pemilikan penuh yang tidak bisa dihapuskan, tapi bisa dialihkan. 4. Pemilikan bersama (syuraka’).

  11. FALSAFAH AKAD 1. Ikhtiyari (sukarela) 6. Taswiyah (Kesetaraan) 2. Amanah (tepat janji) 7. Mafhum (jelas/dapat dimengerti) 3. Ikhtiyath (hati-hati) 8. Taisir (kemudahan). 4. Luzum (pasti/jelas) 9. Itikad baik. 5. saling menguntungkan 10. Halal dan sejalan dengan hukum.

  12. KEABSAHAN AKAD Akad yang sah adalah akad yang disepakati dalam perjanjian dan tidak mengandung unsur khilaf, paksaan, dan tipuan. Paksaan dapat menyebabkan batalnya akad apabila: 1. pemaksa mampu untuk melaksanakannya. 2. pihak yang dipaksa memiliki persangkaan kuat bahwa pemaksa akan segera melaksanakan apa yang diancamkannya apabila perintahnya tidak dipatuhi. 3. yang diancamkan menekan dengan berat jiwa orang yang diancam. 4. ancaman akan dilaksanakan secara serta merta. 5. paksaan bersifat melawan hukum.

  13. INGKAR JANJI Pihak-pihak dapat dianggap melakukan ingkar janji apabila karena kesalahnnya: 1. tidak melakukan apa yang dijanjikan untuk melakukannya. 2. melaksanakan apa yang dijanjikannya, tapi tidak sebagaimana yang dijanjikan. 3. melakukan apa yang dijanjikannya tapi terlambat; atau 4. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

  14. KEADAAN MEMAKSA Keadaan memaksa/darurat adalah keadaan di mana salah satu pihak yang mengadakan akad terhalang untuk melakukan prestasinya. Syarat keadaan memaksa antara lain: 1. peristiwa yang menyebabkan terjadinya darurat tidak terduga oleh para pihak. 2. Peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak yang harus melakukan prestasi. 3. Peristiwa yang menyebabkan darurat di luar kesalahan pihak yang harus melakukan prestasi. 4. Pihak yang harus melakukan prestasi tidak dalam keadaan beri’tikad buruk.

  15. PENAFSIRAN AKAD 1. Pelaksanaan akad harus sesuai dengan maksud dan tujuannya, bukan hanya pada kata dan kalimatnya. 2. Pada prinsipnya akad harus diartikan dengan pengertian aslinya/bukan kiasab. 3. Teks akad yang sudah jelas tidak perlu ditafsirkan. 4. Apabila arti tersurat tidak dapat diterapkan, maka dapat digunakan arti tersiratnya. 5. Menyebutkan bagian dari benda yang tidak dapat dibagi-bagi, berarti menyebutkan keseluruhannya. 6. Jika suatu akad dapat diberikan dua macam pengertian, maka harus dipilihnya pengertian yang memungkinkan akad itu dilaksanakan.

More Related