1 / 34

SEQUENCING DAN SCHEDULING

SEQUENCING DAN SCHEDULING. DEFINISI ATURAN PENJADWALAN JOB SHOP SATU PROSESOR STUDI KASUS. SEQUENCING. Atau disebut dengan Teknik Urutan

holland
Download Presentation

SEQUENCING DAN SCHEDULING

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. SEQUENCING DAN SCHEDULING DEFINISI ATURAN PENJADWALAN JOB SHOP SATU PROSESOR STUDI KASUS

  2. SEQUENCING • Atau disebut dengan Teknik Urutan • Permasalahan pengurutan adalah menentukan order atau urutan operasi, proses atau pembuatan suatu kumpulan produk melalui satu atau beberapa fasilitas (mesin/orang) secara optimum

  3. Untuk kasus produksi yag melalui beberapa fasilitas (mesin/orang), maka permasalahan pengurutan ini dibatasi jika produk dibuat melalui tahapan yang sama serta bersifat batch

  4. DEFINISI • Makespan penjadwalan satu prosesor selalu konstan besarnya • Walaupun penjadwalan satu prosesor tidak akan berpengaruh terhadap besarnya makespan, tetapi pengurutan pekerjaan akan sangat berpengaruh pada waktu alir rata-rata (mean flow time), kelambatan rata-rata (mean lateness) atau ukuran kelambatan rata-rata (mean tardiness)

  5. ATURAN-ATURAN PENJADWALAN JOB SHOP SATU PROSESOR • Aturan SPT (Waktu Pemrosesan Terkecil) • Aturan Bobot SPT (Shortest Processing Time) • Aturan Earliest Due Date (EDD) • Aturan Algoritma Hodgson • Aturan Algoritma Wilkerson Irwin

  6. ATURAN SHORT PROCESSING TIME (SPT) • Pada saat menjadwalkan suatu kumpulan pekerjaan di sebuah prosesor  maka dengan aturan SPT pekerjaan diurutkan mulai dari waktu pemrosesan (processing time) terkecil sampai dengan waktu pemrosesan yang terbesar

  7. Aturan SPT ini berguna untuk meminimasi waktu alir rata-rata (mean flow time) dan meinimasi kelambatan rata-rata (mean lateness) pada sebuah prosesor tunggal yang harus mengerjakan sekumpulan pekerjaan

  8. TIDAK AKAN ADA ATURAN PENJADWALAN LAINNYA YANG AKAN MEMINIMASI WAKTU ALIR RATA-RATA LEBIH KECIL DARI ATURAN SPT

  9. FUNGSI ATURAN SPT AKAN MEMINIMASI • Kelambatan rata-rata (mean lateness) sehingga mengakibatkan minimasi waktu menunggu rata-rata (mean waiting time) • Rata-rata jumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian (mean task waiting in the queue) • Persediaan barang setmegah jadi (in-process inventory)

  10. Suatu hal yang harus diperhatikan adalah urutan • Jika pekerjaan cenderung muncul terus-menerus, aturan SPT akan cenderung menghindari pekerjaan dengan waktu pemrosesan yang lama/panjang • Aturan ini akan lebih mementingkan pekerjaan-pekerjaan dengan waktu yang lebih singkat, walaupun pekerjan tersebut muncul belakangan

  11. Karenanya, aturan SPT akan menyebabkan waktu alir rata-rata (mean flow time) yang lebih panjang untuk pekerjaan dengan waktu pemrosesan yang panjang • Pekerjaan yang telah menunggu lama, harus dijadwalkan segera sebelum muncul lagi pekerjaan dengan wkatu yang lebih pendek • Atau menganggap sekumpulan pekerjaan sebagai satu kelompok dan menjalankan pekerjaan-pekerjaan tersebut sebelum pekerjaan-pekerjaan baru muncul yang akan dikelompokkan ke dalam kelompok berikutnya

  12. ATURAN BOBOT SPT • Suatu variasi dari aturan SPT adalah aturan penjadwalan dengan menggunakan bobot • Aturan ini digunakan jika tingkat kepentingan dan prioritas tiap pekerjaan bervariasi • Semakin besar bobotnya, maka semakin besar pula prioritasnya

  13. Dengan membagi waktu pemrosesan (processing time) dengan bobotnya, terdapat kecenderungan pergeseran pekerjaan yang lebih penting akan dijadwalkan terlebih dahulu

  14. ATURAN EARLIEST DUE DATE • Aturan ini megurutkan pekerjaan berdasarkan batas waktu (due date) tercepat • Pekerjaan dengan saat jatuh tempo paling awal harus dijadwalkan terlebih dahulu daripada pekerjaan dengan saat jatuh tempo belakangan

  15. TUJUAN ATURAN EDD • Meminimasi kelambatan maksimum (maximum latness) • Meminimasi ukuran kelambatan maksimum (maximum tardiness) suatu pekerjaan

  16. KEKURANG ATURAN EDD • Aturan ini akan menyebabkan jumlah pekerjaan yang terlambat akan menjadi besar, serta akan menambah ukuran kelambatan rata-rata (mean tardiness)

  17. ATURAN ALGORITMA HODGSON • Misalkan penalti atas pekerjaan-pekerjaan yang terlambat sama untuk seluruh pekerjaan, dan tidak tergantung pada seberapa lama tingkat keterlambatannya • Aturan EDD akan memberikan hasil yang terbaik, jika dan hanya jika terdapat hanya satu atau nol pekerjaan yang terlambat

  18. Jika terdapat lebih dari satu pekerjaan terlambat, algoritma heuristik yang dikembangkan oleh Hodgson akan memberikan hasil yang lebih baik • Algoritma Hodgson adalah sebagai berikut :

  19. STEP 1 • Susun seluruh pekerjaan dengan menggunakan aturan EDD • Jika hanya nol atau satu pekerjaan yang terlambat (memiliki ukuran kelambatan yang positif), maka stop • Selain itu lanjut step 2

  20. STEP 2 • Mulailah dari awal urutan yang dihasilkan aturan EDD dan lihatlah jadwal tersebut sampai akhir • Tandai pekerjaan pertama yang terlambat • Jika tidak ada pekerjaan berikutnya yang terlambat, lanjut ke step 4. • Lainnya ke step 3

  21. STEP 3 • Misalnya pekerjaan yang terlambat tersebut berada di posisi ke-I dalam urutan penjadwalan yang dihasilkan • Periksa pekerjaan-pekerjaan lainnya yang tidak terlambat dan berada di posisi sebelum posisi ke-I • Tandai pekerjaan dengan wkatu pemrosesan terbesar • Pindahkan pekerjaan itu, dan ulangi lagi perhitungan waktu penyelesaian seluruh pekerjaan setelah pemindahan • Kembali ke step 2

  22. STEP 4 • Letakkan semua pekerjaan yang dipindahkan tadi dalam urutannya semula di akhir penjadwalan

  23. ATURAN ALGORITMA WILKERSON IRWIN • Tujuan yang paling sukar untuk dipenuhi adalah minimasi kelambatan rata-rata • Hal ini terjadi jika penalti atas kelambatan suatu pekerjaan sama besarnya dan berbanding lurus dengan lamanya kelambatan • Tidak ada metode yang mudah untuk menyelesaikan masalah ini

  24. Dalam situasi khusus, terdapat aturan sebagai berikut : • JIka terdapat hanya 1 atau nol pekerjaan yang terlambat, maka aturan EDD akan meminmasi ukuran kelambatan rata-rata (mean tardiness) • Jika seluruh pekerjaan memiliki batas waktu (due date) yang sama, atau jika aturan SPT menghasilkan seluruh pekerjaan terlambat, maka aturan SPT akan meminimasi ukuran kelambatan rata-rata (mean tardiness) • Aturan minimasi kelonggaran (slack time) juga memiliki kecenderungan untuk meminimasi ukuran kelambatan rata-rata, tetapi tidak dapat diterapkan untuk seluruh kasus

  25. Oleh sebab itu, Algoritma Wilkerson Irwin mengemukakan satu algoritma heuristik yang dapat meminimasi ukuran kelambatan rata-rata • Algoritmanya adalah sebagai berikut :

  26. STEP 1 • Susun urutan pekerjaan berdasarkan aturan EDD • Bandingkan 2 pekerjaan pertama di daftar berikut • Sebut 2 pekerjaan ini sebagai a da b • Jika max(ta,tb)  max(da, db), tempatkan pekerjaan a ke kolom  dan pekerjaan b ke kolom 

  27. JIka kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka tempatkan pekerjaan dengan waktu pemrosesan terpendek ke kolom  dan lainnya ke kolom  • Pekerjaan ketiga dalam urutan EDD itu ditempatkan dalam kolom 

  28. STEP 2 • Bandingkan dan  untuk melihat apakah  akan dapat dijadwalkan bersama dengan  • Jika t  t , atau jika F  + max(t,t)  max(d,d) pindahkan pekerjaan di kolom  ke kolom , dan pekerjaan  ke kolom 

  29. Pekerjaan selanjutnya di dalam daftar EDD akan menjadi ditempatkan di kolom  • Jika tidak ada lagi pekerjaan di dalam daftar EDD, tembahkan pekerjaan di kolom  dan  ke dalam jadwal dan stop • Jika tidak, ulangi step 2 • Jika kedua kondisi yang disebutkan di atas tidak terpenuhi, maka kerjakan step 3

  30. STEP 3 • Kembalikan pekerjaan di kolom  ke dalam daftar EDD dan pindahkan pekerjaan di kolom  ke dalam kolom  • Bandingkan  dan  untuk melihat apakah  akan dijadwalkan bersama dengan 

  31. Jika t  t  atau jika • F  = t  + max(t ,t )  max(d ,d ) pindahkan pekrjaan di kolom  ke kolom  dan pilih pekerjaan berikutnya dalam daftar EDD sebagai  dan  yang baru • Ulangi Step 2 • Jika kedua kondisi di atas tidak dipenuhi, maka kerjakan Step 4

  32. STEP 4 • Pindahkan pekerjaan di kolom a kembali ke daftar EDD dan tempatkan pekerjaan terakhir yang masuk ke dalam jadwal sebagai a yang baru • Kembali ke step 3 • Jika tidak ada pekerjaan yang telah dijadwalkan, letakkan b ke dalam jadwal dan 2 pekerjaan pertama dalam daftar EDD menjadi b dan g • Kembali ke step 2

  33. KESIMPULAN • Minimasi waktu alir rata-rata (mean flow time) ialah dengan menggunakan aturan SPT • Minimasi waktu alir rata-rata terbobot (weighted mean flow time) iadalh dengan menggunakan Aturan WSPT • Minimasi kelambatan rata-rata (mean lateness) iadalah dengan menggunakan aturan SPT

  34. 3. Minimasi ukuran kelambatan maksimum (maximum tardiness) ialah dengan menggunakan aturan EDD 4. Minimasi jumlah pekerjaan yang terlambat ialah dengan menggunakan algoritma Hodgson 5. Minimasi ukuran kelambatan rata-rata (mean tardiness) dapat menggunakan aturan Shortest Slack Time ataupun Algoritma Wilkerson Irwin

More Related