1 / 53

Lukito E. Nugroho Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM

Keamanan Sistem Informasi. Lukito E. Nugroho Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM. Rencana Kuliah. Topik Pendahuluan Konsep-konsep keamanan Fungsi biaya, kebijakan, bentuk, dan aspek-aspek keamanan Jenis-jenis ancaman Ancaman pasif, jenis-jenis serangan Mekanisme pengamanan

ghazi
Download Presentation

Lukito E. Nugroho Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Keamanan Sistem Informasi Lukito E. Nugroho Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM

  2. Rencana Kuliah • Topik • Pendahuluan • Konsep-konsep keamanan • Fungsi biaya, kebijakan, bentuk, dan aspek-aspek keamanan • Jenis-jenis ancaman • Ancaman pasif, jenis-jenis serangan • Mekanisme pengamanan • Autentifikasi, kendali akses, mekanisme pemisahan, mekanisme komunikasi, dan mekanisme deteksi dan pemulihan • Contoh-contoh kasus • Evaluasi • Tugas #1 (mg 8, klp) – 25% • Pemrograman simulasi • Demo di lab Informatika: minggu ke-12 • Tugas #2 (mg 12, klp) – 25% • Makalah • Presentasi: minggu terakhir • Ujian akhir – 50% • Acuan • Acuan diberikan pada saat kuliah Lukito E. Nugroho

  3. Pendahuluan http://www.cert.org/congressional_testimony/Pethia_testimony_Mar9.html • Relevansi keamanan sistem informasi • Informasi sebagai komoditi ekonomi  obyek kepemilikan yang harus dijaga • Informasi menciptakan “dunia” baru (mis: Internet)  membawa beragam dinamika dari dunia nyata • Komunikasi digital (e-mail, e-news, …) • Aktifitas digital (e-commerce, e-learning, …) • Konflik digital (cyber war, …) • Mengapa sistem informasi rentan terhadap gangguan keamanan • Sistem yg dirancang untuk bersifat “terbuka” (mis: Internet) • Tidak ada batas fisik dan kontrol terpusat • Perkembangan jaringan (internetworking) yang amat cepat • Sikap dan pandangan pemakai • Aspek keamanan belum banyak dimengerti • Menempatkan keamanan sistem pada prioritas rendah • Tidak ada solusi yang komprehensif Lukito E. Nugroho

  4. Pendahuluan • Solusi terhadap masalah keamanan sistem informasi • Pusat-pusat informasi tentang keamanan • CERT • Milis-milis tentang keamanan sistem • Institusi lainnya: SecurityFocus, Symantec • Penggunaan mekanisme deteksi global • Pembentukan jaringan tim penanggap insiden di seluruh dunia • Peningkatan kesadaran terhadap masalah keamanan • Pendidikan bagi pengguna umum • Pelatihan bagi personil teknis (administrator sistem dan jaringan, CIO, CTO) Lukito E. Nugroho

  5. Konsep-konsep Keamanan Olovsson, Thomas. A Structured Approach to Computer Security. TR 122, Dept. Comp. Sci, Chalmers University of Technology, Sweden, 1992. Dari www.securityfocus.com • Keamanan sebagai bagian dari sistem QoS • Ketersediaan, kehandalan, kepastian operasional, dan keamanan • Keamanan: perlindungan thdp obyek-obyek dlm kaitannya dengan kerahasiaan dan integritas • Obyek  komponen pasif • CPU, disk, program, … • Subyek  komponen aktif • pemakai, proses, … • Keamanan sbg. fungsi waktu: Sec(t) • Memungkinkan kuantifikasi tingkat-tingkat keamanan, mirip dengan konsep MTTF (mean time to failure) pada kehandalan • Biaya pengamanan sistem • Pengertian “aman”: penyusup hrs mengeluarkan usaha, biaya, dan waktu yg besar utk dpt menembus sistem • Biaya pengamanan  kombinasi banyak faktor yg saling berpengaruh • Perlu dicari optimisasi: biaya pengamanan vs potensi kerusakan Lukito E. Nugroho

  6. Konsep-konsep Keamanan • Kebijakan keamanan • Mengatur apa yang diijinkan dan tidak diijinkan dlm operasi normal • Mengatur bgmn subyek dapat mengakses obyek • Sering bersifat “politis” drpd teknis • Harus mencerminkan proteksi thdp sistem secara seimbang, komprehen-sif, dan cost-effective • Proses: analisis ancaman  kebijakan keamanan  mekanisme pengamanan • Analisis ancaman: memperkirakan jenis ancaman dan potensi merusaknya • Mekanisme pengamanan: implementasi kebijakan keamanan • Kebijakan keamanan harus berfungsi dengan baik sekaligus mudah dipakai • Dapat mencegah penyusup pada umumnya • Mampu menarik pemakai untuk mengguna-kannya Lukito E. Nugroho

  7. Aspek-aspek dalam Masalah Keamanan • Kerahasiaan • Melindungi obyek informasi dari pelepasan(release) yg tidak sah • Melindungi obyek resource dari akses yg tidak sah • Integritas • Menjaga obyek agar tetap dapat dipercaya (trustworthy) • Melindungi obyek dari modifikasi yang tidak sah Lukito E. Nugroho

  8. Aspek-aspek dalam Masalah Keamanan Lukito E. Nugroho

  9. Sistem Deteksi Intrusi Bace, Rebecca. An Introduction to Intrusion Detection and Assessment. ICSA. Dari www.securityfocus.com. • Deteksi intrusi: • Teknologi pengamanan sistem untuk menghadapi serangan dan penyalah-gunaan sistem • Mengumpulkan info dari berbagai sumber di sistem dan jaringan, lalu menganalisisnya dari sudut pandang kelemahan pengamanan (security vulnerabilities) • Relevansi • Kenaikan tingkat pembobolan sistem sebesar 22% (1996 - 1998) • Fungsi-fungsi • Pemantauan dan analisis aktivitas pemakai dan sistem • Audit terhadap konfigurasi dan kelemahan sistem • Prakiraan integritas file-file sistem dan data • Pengenalan pola-pola serangan • Analisis statistik ttg. pola-pola abnormal Lukito E. Nugroho

  10. Deteksi Intrusi • Proses • Kombinasi berbagai aktifitas peman-tauan, audit, dan prakiraan • Dilakukan secara kontinyu • Diawali dengan prakiraan kelemahan (vulnerability assessment) • Identifikasi kelemahan sistem yg memung-kinkan terjadinya penyelewengan sistem pengamanan • Teknik pasif: memeriksa konfigurasi sistem, file password, dsb. • Teknik aktif: mengevaluasi performance sistem pengamanan melalui simulasi serangan • Tools: scanners • Hasil prakiraan menunjukkan snapshot kondisi keamanan sistem pd suatu saat • Tidak bisa mendeteksi serangan yg sedang berlangsung • Bisa menunjukkan bahwa sebuah serangan mungkin terjadi • Kadang-kadang bisa menunjukkan bahwa sebuah serangan telah terjadi Lukito E. Nugroho

  11. Fitur Teknologi Deteksi Intrusi Lukito E. Nugroho

  12. Sistem Deteksi Intrusi dalam Manajemen Pengamanan Sistem • Pengamanan sistem bukan kegiatan sesaat • Target berupa lingkungan yang dinamis Lukito E. Nugroho

  13. Keuntungan Sistem Deteksi Intrusi • Memberikan perlindungan yg lebih luas dalam pengamanan sistem • Membantu memahami apa yg terjadi di dalam sistem • Dukungan teknis: • Melacak aktivitas pemakai dari awal sampai akhir • Mengenal dan melaporkan usaha-usaha modifikasi file • Mengetahui kelemahan konfigurasi sistem • Mengenali bahwa sistem telah atau potensial untuk diserang • Memungkinkan operasional pengamanan sistem dilakukan oleh staf tanpa keahlian spesifik • Membantu penyusunan kebijakan dan prosedur pengamanan sistem Lukito E. Nugroho

  14. Kelemahan Sistem Deteksi Intrusi • Bukan solusi total untuk masalah keamanan sistem • Tidak bisa mengkompensasi kelemahan: • mekanisme identifikasi dan autentifikasi • protokol jaringan • integritas dan kualitas informasi dalam sistem yang dilindungi • Masih memerlukan keterlibatan manusia • Banyak berasumsi pada teknologi jaringan konvensional, belum bisa menangani teknologi baru (mis: fragmentasi paket pd jaringan ATM) Lukito E. Nugroho

  15. Beberapa Terminologi Lukito E. Nugroho

  16. Sniffing (Penyadapan) Alaric. Sniffin’ the Ether. www.attrition.org/security/newbie/ security/sniffer/sniffer.html • Sniffing: penyadapan informasi • Memanfaatkan metode broadcasting • “Membengkokkan” aturan Ethernet • Dilakukan dengan membuat NIC bekerja pada mode “promiscuous” • Dimanfaatkan untuk: • menyadap password, e-mail, dokumen rahasia, dan semua informasi yg tidak dienkripsi • memetakan network • mengambilalih mesin-mesin “trusted” sbg batu loncatan • Contoh-contoh sniffer • Sniffit, TCP Dump, Linsniffer • Mencegah efek negatif sniffing • Pendeteksian sniffer (local & remote) • Penggunaan kriptografi (mis: ssh sbg pengganti telnet) www.attrition.org/security/newbie/security/sniffer/p54-10.txt Lukito E. Nugroho

  17. Scanning (Pemindaian) Fyodor. The Art of Port Scanning. www.phrack.org/show.php? p=51&a=11, dan R. Jankowski. Scanning and Defending Networks with Nmap. www.linuxsecurity.com/feature_stories/feature_story-4.html • Teknik untuk menemukan saluran komunikasi yg dpt dieksploitasi • Prinsip: coba ke sebanyak mungkin target, catat target yg potensial untuk dipindai • Teknik pemindaian • Penyapuan ping (Ping sweeping) • Mengirimkan ICMP echo dan TCP ACK ke tiap host • Untuk mengetahui apakah sebuah host sedang hidup atau tidak • TCP connect (port scanning) • Menggunakan system call connect() • Tidak perlu privilege khusus • Mudah dilacak melalui mekanisme log • TCP SYN (model “setengah-terbuka”) • Tidak membangun koneksi TCP secara penuh • Mengirim SYN, menerima SYN|ACK, lalu mengirim RST (bukan ACK spt pada koneksi penuh) • Relatif tidak terlacak oleh mekanisme log • Memerlukan privilege root Lukito E. Nugroho

  18. Scanning (Pemindaian) • TCP FIN • Port tertutup mengirim RST, port terbuka mengabaikannya • Ketidakpatuhan Microsoft dalam mengimple-mentasikan protokol TCP  digunakan untuk membedakan mesin *NIX dan mesin NT • TCP identd • identd protokol mengijinkan pembukaan nama pemilik sebuah proses yg terhubung dengan TCP • Digunakan untuk mengidentifikasi pemilik sebuah proses • Apakah httpd dijalankan oleh root ? • Penyidikan Sistem Operasi • Menggunakan beberapa teknik untuk menginterogasi TCP stack • FIN probing • BOGUS flag probing • ISN sampling, dll • Biasanya dilanjutkan dengan mengeksploita-si kelemahan SO yang bersangkutan Lukito E. Nugroho

  19. Kelemahan (Vulnerability) • Mengindikasikan “lubang-lubang” keamanan yg dapat ditembus • Didokumentasikan (mis: CVE - common vulnerabilities and exposures) agar dapat dimanfaatkan oleh banyak orang • Konsep “security through obscurity” menjadi tidak menguntungkan Lukito E. Nugroho

  20. Deteksi Intrusi Jaringan D. Wreski & C. Pallack. Network Intrusion Detection Using Snort. www.linuxsecurity.com/feature_stories/ feature_story-49.html • Untuk mendeteksi usaha-usaha sniffing dan scanning • Berdasarkan basis data pola-pola penyusupan • Penempatan tool pendeteksi • Di antara firewall dan jaringan eksternal  mendeteksi serangan yg dapat ditangkal firewall maupun yg tidak • Di dalam jaringan lokal  hanya mendeteksi serangan yg tidak dapat ditangkal firewall Lukito E. Nugroho

  21. IP Spoofing daemon9. IP Spoofing Demistified. Phrack Magazine, vol 7, no. 48. June 1996. www.phrack.org • IP spoofing: “membajak” identitas (alamat IP) sebuah host untuk membangun komunikasi dengan host lain • Memanfaatkan: • Autentikasi berbasis alamat IP (mis: rlogin) • Kelemahan protokol IP • connectionless (tidak menyimpan connect-ion state) • mudah untuk memodifikasi stack IP • Skenario: • Menentukan host sasaran • Menemukan “pola-pola kepercayaan” (pattern of trust) dr host yg dapat dipercaya (trusted host) • “Melumpuhkan” host yg dpt dipercaya • Membajak identitas host yg dpt dipercaya • Mencoba membentuk koneksi yg memanfaatkan autentikasi berbasis alamat IP Lukito E. Nugroho

  22. IP Spoofing • Menemukan pola-pola kepercayaan antara TGT dan TPC • Memanfaatkan tool-tool yg ada: showmount, rpcinfo, … • Melumpuhkan TPC • Melalui SYN flooding (D.o.S dengan permintaan SYN) dengan alamat palsu yg tidak terlacak (alamat milik A) • Pencuplikan dan peramalan nomor sekuens (ns) • Serangan: • P(TPC) SYN TGT • TPC SYN|ACK TGT • P(TPC) ACK TGT (dng ns yg cocok) • P(TPC) PSH  TGT • Memasang backdoor Lukito E. Nugroho

  23. IP Spoofing • Tindakan pencegahan • Tidak menggunakan autentikasi berbasis alamat IP • Penyaringan paket dan firewall • Penggunaan kriptografi • Randomisasi ISN (Initial Sequence Number) Lukito E. Nugroho

  24. Carnivore Tyson, J. How Carnivore Works. www.howstuffworks.com/ carnivore.htm • Packet sniffer milik FBI • Komponen • Carnivore: packet sniffer • Packeteer: packet reassembler • Coolminer: ekstrapolasi dan analisis data • Cara kerja • FBI punya alasan cukup mencurigai seseorang terlibat dlm aktivitas ilegal • Pengadilan memberi ijin melakukan penyadapan komunikasi • content-wiretap: seluruh isi komunikasi • trap-and-trace: target/tujuan komunikasi • pen-register: asal komunikasi • FBI meminta copy file backup ttg. aktivitas orang yg dicurigai ke ISP. Jika data yg diminta tidak ada, maka FBI melaksanakan langkah #4 dst. • FBI memasang komputer Carnivore di ISP • Pentium III, Win NT/2000, 128 MB RAM • Software komunikasi komersial • Program C++ untuk packet sniffing • Sistem perlindungan fisik thdp sistem Carnivore • Piranti isolasi jaringan utk menjaga Carnivore dr usaha-usaha penyusupan dsb • Jaz drive 2 GB untuk piranti penyimpanan Lukito E. Nugroho

  25. Carnivore • Cara kerja (lanjutan) • Sistem Carnivore di-set sesuai dng penyadapan yg diijinkan. Packet sniffing dilakukan tanpa mengganggu aliran data yg lain • Paket target yg disadap disimpan di piranti penyimpan (Jaz drive) • Setiap 1 atau 2 hari, FBI mengganti kaset Jaz drive dengan yg baru • Proses penyadapan berlangsung maks 1 bulan. Jika diperlukan waktu lebih, hrs ada ijin baru dr pengadilan • Data yg diperoleh diproses dng Packeteer dan Coolminer • Isu-isu ttg Carnivore • Privasi dalam berkomunikasi • Pentingnya regulasi • Kebebasan berkomunikasi • Kontrol oleh pemerintah Lukito E. Nugroho

  26. Virus, Worm, dan Trojan Horse Brain, M. How Computer Viruses Work. www.howstuffworks.com/virus3.htm. • Virus • Program yg menumpang program lain • Menginfeksi dng cara bereproduksi dan menempel pd program lain • Worm • Program yg menyebar melalui jaringan dan memanfaatkan lubang-lubang keamanan sistem • Dapat mereplikasi dirinya sendiri • Trojan horse • Program dng “hidden agenda” • Efek yg ditimbulkan virus, worm, dan Trojan horse • Dari gangguan pd tampilan s.d. kerusakan data/file/hard disk • Beban trafik jaringan yg begitu besar • Server-server macet krn. DoS • Kerugian material $17.1 milyar pd tahun 2000 Lukito E. Nugroho

  27. Virus dan Penyebarannya • Pemicu munculnya virus: • Popularitas PC dng arsitektur terbuka • Bulletin boards yg menyediakan aneka program  melahirkan Trojan horse • Floppy disk sbg alat transportasi program • Penyebaran virus • Virus menempel pd program lain • Bila program induk dieksekusi, virus akan dimuat ke memori dan menjadi aktif • Virus mencari program induk yg lain, dan bila ada, ia akan menempelkan kode programnya ke program induk baru  menyebar melalui program induk baru ini • Virus dpt masuk ke boot sector, shg tiap kali komputer dihidupkan, ia akan dimuat ke memori dan menjadi aktif • Virus e-mail • Menyebar melalui pengiriman e-mail  sbg attachment e-mail • Aktivasi melalui pembukaan attachment  mengeksekusi script virus yg ada dlm attachment (mis: script VBA) • Melissa, ILOVEYOU, … Lukito E. Nugroho

  28. Worm • Menyebar melalui Internet dan mengeksploitasi kelemahan sistem • Penyebaran: • Masuk ke sistem yg tidak terlindung • Replikasi • Scan sistem-sistem lain yg tdk terjaga • Ledakan kombinatorial dlm penyebarannya • CodeRed: 250 ribu replikasi dlm 9 jam • Populasi mesin di Internet yg amat besar • Ketidakpedulian thdp aspek keamanan • Contoh: CodeRed • Vulnerability di fasilitas ISAPI pd IIS • Replikasi dirinya pd 20 hari pertama pd tiap bulan • Web defacing (mengganti tampilan halaman Web) • Serangan DDoS Lukito E. Nugroho

  29. Contoh Worm: Code Red Microsoft Security Bulletin MS01-033. www.microsoft.com/technet/treeview/default.asp?url=/ technet/security/bulletin/MS1-033.asp • Platform yg terpengaruh: • Windows NT 4.0 dan Windows 2000 • Akibat serangan • Eksekusi kode sesuai dng keinginan penyerang • Eksploitasi • Instalasi IIS akan memasang bbrp file DLL yg mrpk ekstensi ISAPI -- salah satunya adl file IDQ.DLL (indexing service) • IDQ.DLL mengandung buffer utk menangani input URL. Buffer ini tidak mengalami error checking • Penyerang yg telah memiliki web session dng IIS dpt melakukan serangan berupa buffer overflow thdp IDQ.DLL • Buffer overflow dng pola ttt menye-babkan eksekusi kode ttt oleh server pd konteks sistem  kendali penuh pd sistem • Kemungkinan penggunaan • Web defacing • Eksekusi perintah OS • Rekonfigurasi server • Eksekusi program lain Lukito E. Nugroho

  30. Pencegahan Virus, Worm, dkk • Anti virus • Update data ttg virus signature secara teratur • Aktifkan proteksi yg disediakan oleh software (mis: proteksi virus macro) • Faktor manusia: kehati-hatian • Menggunakan disket dr sumber asing • Menerima e-mail dengan attachment • Menerima dokumen dr sumber asing • Sering-sering melihat situs keamanan, mengawasi munculnya virus-virus baru, dan menerapkan patch yg diberikan • Gunakan sistem operasi dan software yg tidak banyak memiliki lubang kelemahan • Linux vs Windows • Apache vs IIS Lukito E. Nugroho

  31. Firewall • Program/piranti utk mencegah potensi kerusakan masuk ke network • Metode • Penapisan (filtering) paket • Alamat IP • Nama domain • Protokol • Port • Layanan proxy • Bertindak “atas nama” host di dalam network • Sering digabung dengan fasilitas cache • Potensi kerusakan yg dpt ditangkal oleh firewall • Login jarak-jauh • Application backdoors • Pembajakan sesi SMTP (utk mengirim e-mail spam) • Denial of service • Bom e-mail Lukito E. Nugroho

  32. Firewall • Perancangan firewall • Mengikuti kebijakan pengamanan • Keamanan vs kemudahan akses • Dua pendekatan • Segala sesuatu yg tidak secara eksplisit diijinkan berarti tidak diperbolehkan • Segala sesuatu yg tidak secara eksplisit dilarang berarti diijinkan • Level ancaman • Pentingnya informasi ttg sebuah ancaman atau serangan • Kasus terburuk: tidak ada info sama sekali • Kasus terbaik: info lengkap, dan serangan dapat ditangkal • “Zona-zona beresiko” • Host/network yg beresiko menerima ancaman/serangan yg terkait dng fungsi perlindungan yg diberikan oleh firewall • Minimisasi zona beresiko menjadi sebuah “titik/node” (sentralisasi) Lukito E. Nugroho

  33. Implementasi Firewall • Firewall dengan screening router • Screening router: router dengan fasilitas penapisan paket • Zona-zona beresiko: • Host-host di jaringan privat • Semua layanan yg diijinkan oleh router • Sulit utk mendeteksi usaha-usaha penyusupan • “Segala sesuatu yg tdk scr eksplisit dilarang berarti diijinkan” • Firewall dng “dual-homed gateway” • Tanpa router, dng “bastion host” gateway, forwarding TCP/IP dinonaktifkan • Koneksi dng application gateways (mis: telnet forwarder) atau login ke gateway • “Segala sesuatu yg tdk scr eksplisit diijinkan berarti dilarang” • Jika disusupi dan TCP/IP forwarding diaktifkan, maka zona beresiko mjd amat luas Lukito E. Nugroho

  34. Implementasi Firewall • Firewall dng screened host gateways • Screening router + bastion host • Bastion host di sisi jaringan privat • Router dikonfigurasi agar bastion host mjd satu-satunya host di jaringan privat yg dpt dicapai dari Internet • Zona beresiko terbatas pd bastion host dan router • Dlm kaitannya dng bastion host, mirip dng. model dual-homed gateway • Firewall dng screened subnet • Screening router + bastion host • Zona beresiko: bastion host + router • Koneksi melalui application gateway • Relatif sulit disusupi krn melibatkan 3 jaringan • Firewall hibrid • Menggunakan berbagai kombinasi tool dan piranti untuk mengimplementa-sikan fungsi firewall Lukito E. Nugroho

  35. Kriptografi Purbo, Onno W. dan Wahyudi, Aang A. Mengenal e-Commerce. Elex Media Komputindo. 2001. • Pengetahuan yg menggunakan matematika untuk melakukan enkripsi dan dekripsi data • matematika  persoalan kombinatoris • enkripsi & dekripsi  transmisi data melalui jaringan yg tidak aman • Kriptografi dan e-Commerce • Kerahasiaan • Hanya diketahui si penerima saja ? • Integritas • Tidak berubah ? • Asli ? • Ketersediaan • Tersedia bagi pemakai yang sah ? • Penggunaan yang semestinya • Tidak diakses oleh yang tidak berhak ?  kriptografi berurusan dengan keamanan komunikasi Lukito E. Nugroho

  36. Enkripsi dan Dekripsi • Enkripsi: plaintext  ciphertext • Dekripsi: ciphertext  plaintext • Komponen sistem kriptografi • algoritma kriptografi: fungsi matematis • kunci + algoritma kriptografi = enkripsi / dekripsi • Keamanan data terenkripsi tergantung pada • algoritma kriptografi: seberapa besar usaha yg hrs dikeluarkan untuk menguraikan ciphertext • kunci: seberapa jauh kerahasiaan kunci dapat dijaga • Kunci yg panjang  lebih sulit memecahkan algoritma, tapi juga lebih lama waktu pemrosesannya Lukito E. Nugroho

  37. Kriptografi Kunci Simetris • Satu kunci digunakan dalam proses enkripsi dan dekripsi • Algoritma: • DES (Data Encryption Standard) • IDEA (Int’l Data Encryption Algorithm) • RC5 • Prinsip kerja • Pengirim & penerima sepakat menggunakan sistem kriptografi ttt • Pengirim & penerima sepakat menggunakan satu kunci tertentu • Dilakukan enkripsi sbl pengiriman teks dan dekripsi stl diterima • Contoh: Caesar’s Key • Keuntungan • Mekanisme sederhana • Kecepatan proses tinggi • Kelemahan • Keamanan kunci • Distribusi kunci Lukito E. Nugroho

  38. Kriptografi Kunci Asimetris • Enkripsi dan dekripsi tidak menggunakan kunci yang sama • Kriptografi kunci publik • Kunci publik • Untuk enkripsi • Didistribusikan kepada publik • Kunci privat • Untuk dekripsi • Bersifat rahasia • Keuntungan: • Keamanan kunci terjaga • Contoh algoritma • RSA (Rivest-Shamir-Adleman) • Elgamal • Diffie-Hellman Lukito E. Nugroho

  39. Kriptografi Hibrid • PGP (Pretty Good Privacy) • Menggabungkan keuntungan sistem kriptografi simetris dan asimetris • Kunci sesi, kunci privat, dan kunci publik • Cara kerja PGP • Plaintext dimampatkan (kompresi) • Pengirim membuat kunci sesi yg bersifat one-time-only dng algoritma konvensional • Plaintext terkompresi dienkripsi dng kunci sesi • Kunci sesi dienkripsi dengan kunci publik • Ciphertext + kunci dikirimkan • Kunci sesi didekripsi dng kunci privat • Kunci sesi digunakan untuk mendekripsi ciphertext • Hasil deskripsi didekompresi utk mendapatkan plaintext kembali • Keuntungan • Distribusi kunci terjaga • Keamanan cukup tinggi krn enkripsi berlapis • Kecepatan enkripsi & dekripsi tinggi Lukito E. Nugroho

  40. Analisis Matematis Kriptografi • Tingkat “kesulitan” algoritma  waktu utk memecahkan algoritma • Fungsi satu arah (irreversible) • Sangat mudah dihitung tetapi sulit sekali menguraikannya kembali • Digunakan utk membuat pasangan kunci publik dan kunci privat • Contoh: algoritma RSA Lukito E. Nugroho

  41. Tandatangan Digital Prosise, J. Digital Signatures: How They Work. PC Magazine Online, April 1996. • Fungsi mirip dengan tanda tangan biasa • Menjaga autentikasi (keaslian) • Menjaga integritas informasi • Memberikan layanan non-repudiation (atas klaim yg tidak benar) • Implementasi: didasari konsep matematis • Checksum • checksum = total % (maxval + 1) • Checksum yg cocok belum tentu menjamin bhw data tidak berubah • Cyclic Redundancy Checks (CRC) • Berbasis pembagian polinomial  tiap bit pd data merepresentasikan sebuah koefisien dr polinomial yg sangat besar • Nilai CRC = poli_data % poli_acuan • Lebih akurat drpd metode checksum • Algoritma hash (fungsi searah) • Nilai yg dihasilkan bersifat unik dan sangat sulit diduplikasi • Sistem kriptografi publik + hash Lukito E. Nugroho

  42. Sertifikat Digital • Fungsi sertifikat: utk membuktikan kebenaran sesuatu • Contoh pentingnya sertifikat dlm e-commerce: kasus BCA on-line • Komponen sertifikat digital • Kunci publik • Informasi sertifikat • Satu atau lebih tanda tangan digital • Penggunaan sertifikat digital (SD) • SD dikeluarkan oleh otoritas sertifikat (CA) • SD dikirim terenkripsi utk memastikan keaslian pemilik/situs web tertentu • Penerima menggunakan kunci publik milik CA untuk mendekripsi kunci publik pengirim yg disertakan di SD • Kunci publik pengirim dpt digunakan utk mendekripsi pesan yg sebenarnya Lukito E. Nugroho

  43. Keamanan Dalam Sistem-sistem Virtual Mengenal E-Commerce • Kebutuhan layanan yg terkait dng keamanan sistem-sistem virtual (e-commerce, e-government, dll) • Autentikasi • Memastikan seseorang itu memang benar dia adanya (asli) • Autorisasi • Memastikan seseorang memang berhak mengakses sesuatu • Kerahasiaan • Suatu informasi hanya bisa diakses oleh yg berhak saja • Integritas • Menjaga agar informasi tidak diubah oleh yg tidak berhak • Penyangkalan (non-repudiation) • Melindungi pemakai dr sangkalan pemakai sah yg lain • Aspek keamanan pd sistem-sistem virtual bersifat integral • Dukungan infrastruktur • Dukungan teknologi • Sumber daya manusia Lukito E. Nugroho

  44. Infrastruktur Sistem-sistem Virtual - CA Mengenal E-Commerce • Otoritas sertifikat digital (CA - certificate authority) • Pihak ketiga yg terpercaya (trusted) utk mengeluarkan sertifikat digital sbg hak/ijin utk melakukan transaksi elektronis • Pengelolaan sertifikat digital (SD) • Pengeluaran • Pembaruan • Penarikan • Mekanisme kerja dng prinsip rantai kepercayaan (trust chain) • Tidak hanya mengesahkan sertifikat miliknya saja, tetapi juga mampu memberi-kan kuasa yg sama kpd pihak lain yg berada pd jalur hirarkisnya • Badan-badan CA • Verisign • Thawte • OpenCA Lukito E. Nugroho

  45. Infrastruktur Sistem-sistem Virtual - SET Mengenal E-Commerce • Secure Electronic Transaction (SET) • Spesifikasi protokol dan infrastruktur pembayaran dng kartu bank • Dikembangkan oleh Visa & MasterCard • Komponen SET • Issuer • Institusi finansial yg mengeluarkan merk ttt spt Visa dan MasterCard • Cardholder • Sarana bagi pemegang sah kartu bank utk melakukan transaksi elektronis dng kartu tsb. Biasanya berupa software yg bekerja dng protokol SET • Merchant • Penjual barang/jasa yg menerima pembayaran secara elektronis • Acquirer • Institusi finansial yg menyediakan layanan utk memroses transaksi elektronis • Cara kerja SET • Mirip dng sistem kartu kredit konven-sional, tetapi dilakukan scr elektronis • Autorisasi menggunakan manajemen sertifikat digital scr hirarkis • Penggunaan kriptografi dlm setiap pengiriman pesan Lukito E. Nugroho

  46. Infrastruktur Sistem-sistem Virtual - XML Mengenal E-Commerce • eXtended Markup Language (XML) • Bahasa markup dng semantik yg bisa didefinisikan pemakai • Pengembangan dr SGML dan HTML • Berorientasi pada aspek semantik, bukan pd tampilan • Komponen utama • Kode XML yg terdiri atas tag-tag • DTD yg menjelaskan tag-tag tsb Lukito E. Nugroho

  47. Infrastruktur Sistem-sistem Virtual - XML • Kelebihan XML • Dapat dikembangkan dng mudah • Chemical ML • MathML • Aspek isi terpisah dr aspek tampilan • mudah memanipulasi tampilan tanpa hrs mengubah isi • mudah menggabung satu dokumen XML dng dokumen lain • “write once, display anywhere” Lukito E. Nugroho

  48. Layanan Autentikasi • Autentikasi: meyakinkan bahwa seseorang itu benar dia adanya • Tujuan autentikasi: meyakinkan sebuah layanan hanya digunakan oleh orang-orang yang berhak • Contoh: autentikasi dengan SIM/KTP untuk membuktikan kebenaran si pembawa • SIM/KTP digunakan untuk mengakses berbagai layanan • SIM/KTP sbg alat bukti • Institusi yg mengeluarkan SIM/KTP • Sebuah identitas  nama pemegang SIM/KTP • Deskripsi (fisis) tentang identitas ybs  foto • Lingkup  KTP hanya berlaku di Indonesia • Masa berlaku • Pemakaian SIM/KTP disertai asumsi-asumsi • Kepercayaan thdp institusi yg mengeluarkan SIM/KTP • Tidak terjadi pemalsuan-pemalsuan • Tidak terjadi perubahan data pemegang Lukito E. Nugroho

  49. Kerberos Brian Tung. The Moron’s Guide to Kerberos. http://www.isi.edu/gost/brian/security/kerberos.html • Layanan autentikasi digital yang dikembangkan di MIT pertengahan th. 80-an • Dirancang untuk menggantikan metode authentication by assertion (sebuah client memberitahu server bahwa ia bekerja atas nama pemakai yg menjalankannya) • Contoh: rlogin  bertindak atas nama user yg terdaftar di sebuah mesin utk login ke mesin lain • Berbahaya jika penyusup dapat meyakinkan rlogin bahwa dia adalah pemakai yang berhak • Kerawanan muncul krn. metode authentication by assertion harus mendemonstrasikan kepemilikan informasi rahasia pd saat mengakses layanan Lukito E. Nugroho

  50. Kerberos • Prinsip kerja Kerberos mirip dengan autentikasi dengan SIM/KTP • Skenario: pemakai ingin mengakses sebuah layanan, dan server ingin yakin bhw si pemakai adl. benar dia adanya • Pemakai memberikan tiket yg dikeluar-kan oleh server autentikasi Kerberos, yg kmd diverifikasi oleh server layanan • Asumsi-asumsi yg dipakai Kerberos • Pemakai memilih password yg “baik” (tidak mudah ditebak) • Penyusup tidak bisa masuk di antara pemakai dan program client (untuk mencuri password yg diberikan ke program client) • Komponen • Tiket • Server autentikasi (SA) • Kunci • Kunci pemakai • Kunci layanan • Kunci sesi • Enkripsi simetris Lukito E. Nugroho

More Related