1 / 16

Dr. Heru Kurnianto Tjahjono

EVALUASI DAN PROSPEK BISNIS INDONESIA PASCA KRISIS GLOBAL: TINJAUAN MANAJEMEN STRATEGI DAN MODAL SOSIAL. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono. BUBBLE ECONOMICS.

gelsey
Download Presentation

Dr. Heru Kurnianto Tjahjono

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. EVALUASI DAN PROSPEK BISNIS INDONESIA PASCA KRISIS GLOBAL: TINJAUAN MANAJEMEN STRATEGI DAN MODAL SOSIAL Dr. Heru Kurnianto Tjahjono

  2. BUBBLE ECONOMICS • Drucker memberi contoh bahwa secara global, pasar finansial memiliki omzet sebesar dua trilliun dollar AS per hari sedangkan pasar barang dan jasa sebesar 7 trilliun dollar AS per tahun. Jadi pasar finansial memiliki omzet 700 kali sektor riil. • Demikian pula di Indonesia, catatan Mas Achmad Daniri (www.madani-ri.com/2008/11/21), pada tahun 2007 menunjukkan bahwa sektor keuangan (pasar dan pasar perbankan) 12 kali lebih besar daripada sektor riil. Artinya banyak aset-aset perusahaan hanya berupa kertas sehingga fundamental ekonomi sangat rentan krisis.

  3. KRISIS • Krisis Ekonomi Moneter 2007 • Krisis Keuangan Global 2008

  4. RECOVERY • Krisis 1998 Menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara paling lambat dalam proses recovery • Salah satu penyebab ketergantungan Indonesia pada negara lain dan rendahnya daya saing.

  5. DAYA SAING • Pasca krisis, di tahun 1999 daya saing kita menempati peringkat 37, turun ke peringkat 54 di tahun 2008. Salah satu penyebab mundurnya daya saing disinyalir adalah berkaitan dengan manajemen SDM, terutama level konflik seperti pemogokan tenaga kerja. SUMBER: The World Economic Forum

  6. NATURAL RESOURCES • Kita kaya sumber daya alam seperti: Minyak bumi, tambang, pertanian, maritim dll.

  7. HUMAN RESOURCES • Sebenarnya Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi ”a leading and enlightening state”. Banyak turnamen ilmiah seperti olimpiade matematika, fisika dan ilmu lainnya diraih olah para pelajar Indonesia. Dari waktu ke waktu para pelajar Indonesia, Cina, Israel dan India bersaing secara ketat. Bahkan profesor termuda di dunia yang bekerja di salah satu universitas di USA, Prof. Nelson Tansu adalah orang Indonesia, lahir di Medan, 20 Oktober 1977 dan masih memegang paspor Indonesia (sumber website resmi Prof Nelson Tansu). Artinya manusia Indonesia adalah manusia potensial.

  8. RESOURCES BASED VIEW • Menekankan pada Aspek intangible resources dengan menggunakan pendekatan Manajemen Strategi dan Modal Sosial. • Resources based view tidak mengabaikan aspek tangible…Optimalisasi resources diarahkan pada upaya memperoleh sustainable competitve advantage.

  9. MANAJEMEN STRATEGI • Strategi sebagai ”Dream” Bangsa kita kehilangan ”collective dream” untuk membangun dan menjadi bangsa yang kompetitif. Dream sebenarnya adalah energi yang luar biasa untuk mendorong kemajuan yang luar biasa. Dalam terminologi strategi, dream merupakan esensi konsep strategic intent, yaitu satu niat dan kemauan terus menerus yang diupayakan untuk mencapai keberhasilan.

  10. Strategi sebagai Proses Satu hal yang dapat dipelajari di era orde baru adalah grand design atau blue print pembangunan yang berkelanjutan. Terlepas dari baik buruknya strategi pada masa orde baru, banyaknya penyimpangan dalam implementasi dan praktek KKN, kita dapat melihat adanya alur proses formal dalam strategi. Mulai dari Visi, sasaran, program, aktifitas dan anggaran. Dengan demikian secara konsep penyusunan anggaran mengikuti aktifitas (budget follow activity) dan aktifitas sendiri merupakan terjemahan dari visi, sasaran dan program. Namun demikian dalam praktek yang banyak terjadi adalah activity follow budget.

  11. Strategi sebagai Politik Secara riil strategi yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan mengandung ”kue kemakmuran” yang luar biasa nilainya mengundang proses politik. Pada dasarnya proses politik berkaitan dengan kepentingan-kepentingan untuk memperoleh akses kesejahteraan. Dalam praktek, seringkali strategi yang sudah disusun oleh institusi yang berwenang tidak berjalan sebagai strategi yang pro-aktif artinya implementasi tidak sesuai dengan rencana dan maksud sebelumnya (by intention). Proses politik merupakan salah satu faktor penting yang menjelaskan fenomena tersebut. Begitu pula dalam strategi politik global tidak jelas keberpihakan kebijakan impor beras yang sangat merugikan petani. Lihat kasus Ghana dan Honduras (Kompas, Kamis 18 November 2008, kutipan Prof. Maksum, Ph.D-pakar pertanian UGM).

  12. Strategi sebagai Legitimasi Banyak kalangan di pemerintahan, pelaku bisnis dan pengelola institusi lainnya belum merasa strategi sebagai sesuatu yang urgent. Sebagian besar kalangan menyusun strategi formal bertujuan untuk memperoleh pengakuan dan legitimasi. Masih banyak praktek di Pemda yang mendelegasikan penyusunan renstra pada karyawan non-pejabat agar Renstra Pemda tersebut ada apabila dilakukan inspeksi. Demikian pula kasus rekapitalisasi perbankan pasca krisis 2008 dan bantuan konsultasi dari konsultan asing BAH semata-mata agar cairnya bantuan dana untuk menginjeksi bank-bank tersebut.

  13. Strategi sebagai Pembelajaran Pengulangan krisis yang kita hadapi merupakan bagian dari proses pembelajaran bangsa kita. Dalam perspektif strategi, tidak semua strategi berjalan secara pro-aktif. Banyak pula strategi yang berjalan re-aktif, karena lingkungan eksternal bersifat tidak pasti (uncertainty). Yang terpenting sebagai organisasi, bangsa kita seharusnya memiliki kapasitas untuk belajar dalam mengantisipasi perubahan lingkungan yang sering kali bersifat turbulence.

  14. MODAL SOSIAL • Contoh nyata adalah rendahnya komitmen bangsa untuk membayar pajak negara dan belum optimalnya pembayaran zakat. Dari tinjauan relasional, bangsa kita dilanda ketidakpercayaan satu dengan lainnya, baik secara vertikal antara pemerintah dengan masyarakat maupun secara horizontal sesama masyarakat. Hal ini terkait dengan suburnya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme. Dari tinjauan kognitif, ada kecenderungan semangat kebanggaan sebagai bangsa cenderung memudar.

  15. SOLUSI BISNIS KE DEPAN • Pendekatan yang saya tawarkan tidak jauh berbeda dengan Kanter dan Drucker, saya mengajukan dua hal (1) manajemen strategi (concept dan competency) dan (2) modal sosial (credible). Kedua hal tersebut berbasis pada sumberdaya (resources based). • Pertama, manajemen strategi bermakna concept harus melahirkan output berupa grand design untuk mencapai keunggulan kompetitif bangsa. Bangsa kita yang dikenal sebagai bangsa agraris dan maritim ternyata tidak mempunyai keunggulan di bidang itu. Kaum muda dan terdidik kita hampir tidak ada yang berminat menjadi petani. Mengapa? Di samping itu, kita juga harus menyadari ”mengapa strategi penting bagi kita? Sehingga strategi tidak semata-mata untuk memperoleh legitimasi.Tetapi membangun competency untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Fakta menunjukkan bahwa strategi yang tepat akan menentukan keberhasilan organisasi. • Kedua modal sosial yang tinggi akan terbangun melalui perbaikan moral dan etika bangsa dari level yang terkecil sehingga pada level masyarakat akan lahir social virtue dan terbangunnya mutual trust. Peran dunia pendidikan tidak cukup membangun generasi cerdas, tetapi juga generasi yang memiliki karakter. Sehingga lahirlah generasi penerus yang credible.

  16. Bagaimana MM UMY…? • Program MM UMY sangat menyadari penanganan krisis manajemen dan modal sosial bangsa bukan lagi fardlu kifayah melainkan fardlu ’ain. Oleh karena itu program MM UMY turut berperan aktif membangun menjadi sekolah bisnis yang unggul dan mencerahkan (a leading and enlightening business school). • Kita menyadari membangun kemakmuran bangsa sangat ditentukan oleh bisnis yang dijalankan. Bisnis harus bertumpu pada keunggulan secara akademik dan pencerahan secara etika dan moralitas. MM UMY berkomitmen menjadi sekolah bisnis yang berperan dalam perbaikan manajemen bangsa melalui pendidikan generasi bangsa yang cerdas dan berkarakter.

More Related