1 / 1

Perang Byar-Pet untuk Sebuah Harga Diri Apa kabar byar-pet?

Perang Byar-Pet untuk Sebuah Harga Diri Apa kabar byar-pet?

fergus
Download Presentation

Perang Byar-Pet untuk Sebuah Harga Diri Apa kabar byar-pet?

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Perang Byar-Pet untuk Sebuah Harga Diri Apa kabar byar-pet? Kata byar-pet (kini sudah diresmikan menjadi bahasa Indonesia dengan penulisan yang benar “biarpet”) luar biasa tajam maknanya. Masyarakat menghunjamkannya untuk mengejek, melecehkan dan menyudutkan PLN. Bahkan Pimpinan PLN pernah mendapat gelar yang dimaksudkan untuk mempermalukan seluruh jajaran PLN: “Mr Byar-Pet”. Itulah sebabnya kesibukan pertama yang luar biasa di awal kehadiran saya sebagai CEO PLN adalah mengusahakan agar kata yang membuat harga diri PLN jatuh ke jurang itu jangan diucapkan orang lagi. Usaha ini tidak terlalu sulit. Manajemen PLN yang lama pada dasarnya sudah melangkah ke sana. Kalau saja diberi waktu yang cukup, saya rasa, tanpa diadakan penggantian manajemen pun, soal byar-pet ini juga akan teratasi. Tapi soal byar-pet memang sangat gawat. Bukan saja sudah menistakan nama PLN tapi juga juga nama Presiden. Bahkan sudah sampai ikut menjatuhkan nama Indunesia sebagai negara. Bayangkan, Bali pun byar-petnya begitu parah. Karena itu Presiden sendiri ikut bicara. Presiden juga merasa malu karena pergi ke daerah mana pun selalu mendapat keluhan byar-pet. Kantor Wakil Presiden juga mengadakan rapat rutin bulanan dengan agenda khusus byar-pet. Tentu saya berharap tahun 2010 bisa lebih baik. Tapi harapan itu sirna ketika dalam suatu rapat Direksi di awal bulan Januari 2010 dipaparkan rencana kerja ini: selama tahun 2010 Jawa-Bali masih akan mengalami situasi krisis seiama 37 minggu. Mata saya langsung terbelalak. Bukankah setahun itu hanya 52 minggu? Bagaimana bisa ada perencanaan dalam 52 minggu itu terjadi krisis listrik 37 minggu! Bukan hanya saya yang tertegun dengan rencana kerja itu. Tapi juga Direksi yang lain. “Apa kata dunia!,” protes Direksi yang lain. Rupanya perencanaan ini dibuat sebelum pergantian Direksi. Maka rapat hari itu pun dengan bulat bunder menolak rencana byar-pet selama 37 minggu itu. Hanya Pak Ngurah Adnyana, seperti biasa, terlihat yang paling tenang dan kalem. Orang paling tinggi di jajaran Direksi ini memang tidak banyak umung, tapi otaknya terus berputar. Dia langsung ambil tanggung jawab. Kita pun percaya pada kemampuan manajerialnya. Pak Adnyana bukan tipe “dar-der-dor”. Setiap langkahnya dipikir baik-baik dan setiap rencananya dibuat sangat tersistem. Maka pada suatu rapat Direksi, tiba-tiba dia minta waktu tiga menit untuk menampilkan sebuah grafik baru: krisis listrik yang semula direncanakan berlangsung selama 37 minggu itu menjadi hilang sama sekali dari perencanaan! Rupanya Pak Adnyana dan seluruh timnya berhasil memikirkan bagaimana mengatur kelebihan listrik di sana untuk dibawa ke sini dan yang kelebihan di sini dimanuver ke sana. Inilah cara kerja yang cerdas. Ditambah kerja keras: perbaikan PLTG Gilimanuk selesai. Bali, idola dunia tapi mengalami krisis listrik yang memalukan selama 5 bulan ikut teratasi. Dengan berpikir lebih cerdas dan bekerja lebih keras ternyata BISA! Di Medan, “pertempuran” melawan byar-pet lebih seru. Tidak mungkin lagi bisa diselesaikan di atas meja. Parah. Gawat. Untung ada anak-anak Medan yang mau pulang kampung: Ikuten Sinulingga. waktu itu saya belum kenal Pak Ikuten (meski saya yang menandatangani surat pengangkatannya menjadi GM Kit Sumbagut). Saya juga belum kenal Budi Mulyono.yang kita angkat jadi Manajer-memutuskan pengangkatan keduanya itu dilakukan dengan perdebatan yang seru. Segala segi dipertimbangkan dan dipersoalkan. Pagi-siang-malam saya sering menelepon dua orang itu. Pak Ikuten tipe panglima perang yang selalu siap di lapangan. Budi tipe manajer yang analistis. Dua-duanya berhasil. Medan yang sudah byar-pet selama 4 tahun, bisa menyala kembali sejak sebulan yang lalu. Padahal orang Medan sudah mengancam: Awas kalau pas Piala Dunia Juni nanti masih byar-pet! Kota Medan bisa hancur! Ada juga ancaman yang lebih berjangka pendek: Kalau sampai banyak murid tidak lulus ujian nasional maka PLN harus bertanggungjawab! Bagaimana teman-teman di Medan bisa menyelesaikannya? “Ini nasib baik saja,” kata Pak Ikuten dengan rendah hati ketika saya ke Medan. “Pas kami berhasil memperbaiki Unit 1.2, pas pula pemasangan Lot 3 selesai,” tambahnya. “Bertepatan pula Inalum sudah mau menyalurkan listriknya ke PLN sebanyak 66 MW,” katanya. Saya memuji kerendahhatiannya itu. Tapi saya tahu tanpa kerja keras semua kebetulan tersebut tidak akan datang. Saya tahu Pak Ikuten mungkin sumpek dengan telepon-telepon saya (pasti ditambah dengan tekanan dari Pak Harry Jaya Pahlawan sebagai Diropsnya). Juga sumpek karena setiap hari koran-koran di Medan mencaci-maki PLN. Nama Ikuten juga terus masuk koran karena diragukan bisa mengatasi byar-pet di Medan. Tapi dia tidak grogi. Anak Keban Jahe ini, yang kini tinggal bersama ibunya itu, justru grogi kalau setiap pagi ditanya sang ibu: kok namamu ditulis terus di koran? Sampai sampai badannya turun 4 kg selama 2 bulan di Medan. Sedang Pak Budi berhasil menarik kesimpulan bahwa penyebab angin-anginannya PLTU Labuhan Angin hanya satu: kualitas batubara yang rendah. Sedang PLTU-nya sendiri ternyata baik-baik. Saya juga kaget ketika datang ke Sibolga. PLTU ini ternyata tidak buruk seperti yang selama ini didengung-dengungkan. Keberhasilan menyelesaikan byar-pet di Medan membawa berkah ke mana-mana: Riau ikut selesai. Aceh ikut teratasi. Apalagi P3B Sumatera yang kantornya di Padang langsung memasang kapasitor ke arah Riau dan Aceh sehingga kiriman daya dari Medan sangat membantu Riau dan Aceh. Maka byar-pet di Riau juga hilang. Demikian juga di Banda Aceh. Memang transmisi yang terlalu panjang dari Medan ke Banda Aceh sesekali terganggu. Tapi gangguan transmisi-distribusi tidak termasuk kategori byar-pet karena yang dimaksud byar-pet adalah pemadaman bergilir! Untuk Sumatera, kini tinggal kota-kota kecil yang terisolasi yang masih byar-pet. Seperti Mentawai, Sungai Penuh, dan beberapa lagi. Tapi program mengatasinya sudah di depan mata. Semua itu akan bebas byar-pet sebelum tanggal 36 Mei bulan depan. Ternyata bisa! Pertempuran yang seru juga terjadi di wilayah timur. Juga lebih sulit: medannya maupun persoalannya. Karena itu Pak Ahmad Siang yang dinilai herhasil mengatasi persoalan di Kaltim diminta jadi GM di kampung halamannya. Secara guyon saya mengatakan padanya: masak mau malu di kampung sendiri! Tapi pengangkatan Pak Ahmad Siang sebagai GM Sultanbatara tentu bukan dimaksudkan untuk mempermalukannya di kampung sendiri. Hanya saja Makassar memang harus diatasi dengan cara Makassar. Ahmad Siang juga berhasil! Tiga minggu yang lalu Makassar bebas pemadaman bergilir. Tentu tetap ada yang mengkritik bahwa itu bukan prestasinya. “Ah, ini kan kebetulan saja perbaikan di PLTG Sengkang sudah seiesai,” kata yang mencibirnya. Pak Ahmad Siang tidak tersinggung. Dia juga sangat rendah hati. Tapi saya tahu dia kerja amat keras, lebih keras dibanding ketika di Kaltim. “Enak juga Pak Dis,” katanya kepada saya lewat tilpon pada suatu hari Minggu pagi. “Apanya yang enak?,” tanya saya yang hari Minggu pagi itu juga lagi. “Saya lagi keliling daerah mengatasi persoalan di lapangan,” lapornya. Minggu pagi di lapangan. Bekerja. “Kembali seperti Pramuka,” katanya sambil tertawa. Maka dalam waktu dua bulan, bukan hanya Makassar yang bebas byar-pet, tapi juga Sulbar. Minggu lalu Ahmad Siang ke Mamuju untuk menuntaskan penyambungan jaringan ke sana. Maksudnya agar dalam satu langkah dua propinsi yang teratasi. Bukan dua, tapi tiga: Kandari juga sudah bebas byar·pet yang kronis itu. Pertempuran yang masih berlangsung seru dilakukan oleh pak Nyoman Astawa di Ambon. Saya tidak bisa membayangkan alangkah beratnya tugas pak Nyoman di sana. Ditambah dengan banyaknya personalia di bawahnya yang “hilang” akibat kerusuhan yang panjang dulu itu. Tapi saya percaya, salah satu GM termuda kita ini akan keluar sebagai pemenangnya dalam hitungan bulan! Pak vickner termasuk Direktur yang paling pusing mengatur seluruh GM di Indonesia Timur itu. Saya tinggal menerima hasilnya. Saya percaya seluruh GM akan berhasil mengatasi persoalan yang Sempat menjatuhkan nama PLN, Presiden dan bangsa Indonesia ini. Biarlah para GM menunjukkan kemampuan otak dan manajerialnya. Karena itu sejak sebulan yang lalu, Direksi sudah Fokus pada perencanaan yang lebih strategis: bagaimana agar tidak terjadi krisis listrik lagi di tahun 2012. Tanpa perencanaan yang baik dan kerja yang keras, tidak mustahil tahun 2012 akan terulang apa yang bisa membuat kita kehilangan muka itu. Selama 100 hari pertama ini, lebih 150 keputusan dan tindakan strategis yang sudah kita lakukan. Kapan-kapan daftar ini akan saya minta dimasukkan dalam intranet PLN agar bisa diikuti oleh semua jajaran kita. Namun itu saja belum cukup. Terlalu banyak persoalan yang harus diatasi. Yang harusnya kita perbuat mungkin 5.000 Bukan 150. Karena itu saya bisa menerima dengan lapang dada hasil survey yang kurang menggembirakan yang saya lakukan pekan lalu. Survey ini dilakukan terhadapseluruh manajer yang ada di lingkungan PLN pusat. Lebih 120 crang yang diminta menjawab pertanyaan dengan sistem tanpa nama (agar jawaban bisa jujur). Di antara pertanyaan yang saya ajukan adalah: 1). Apakah Direksi sudah cukup kerja keras? 2). Apakah Direksi sudah cukup memikirkan kemajuan PLN? 3). Apakah Direksi sudah memberi sinyal contoh yang baik? 4). Apakah Direksi sudah menunjukkan sinyal tidak melakukan KKN? 5). Apakah Direksi sudah memberikan hasil yang memadai untuk 3 bulan? Hasil survey mengatakan bahwa Direksi masih belum atau kurang bekerja keras (41%), Direksi belum atau kurang memikirkan kemajuan PLN (31%), dan Direksi belum dilihat memberikan sinyal contoh yang baik (33%). Namun demikian, untuk sinyal KKN para Kepala Divisi dan Manajer yang disurvey melihat Direksi sudah memberikan sinyal yang baik (35%) walaupun masih ada yang meragukannya (9%).Dari segi hasil kerja dalam 3 bulan ini, survey memperlihatkan bahwa hasilnya belum memadai(56%). Tentu kelak survey yang sama juga akan dilakukan untuk para GM di seluruh Indonesia. Agar kita bisa bercermin secara bersama-sama, justru sebelum orang lain melemparkan cermin ke kita. Cermin adalah sarana terbaik untuk merefleksikan kenyataan. Kecuali cerminnya langsung dibelah! Dahlan IskanCEO PLN

More Related