1 / 82

PENGASUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA BERWAWASAN GENDER

PENGASUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA BERWAWASAN GENDER. Dalam Buku:. KENAKALAN PELAJAR Dipengaruhi oleh Sistem Sekolah dan Keluarga. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc. TOPIK KULIAH. Konsep Ekologi Keluarga menuju Ketahanan Keluarga. Teori Perkembangan Remaja.

eavan
Download Presentation

PENGASUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA BERWAWASAN GENDER

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGASUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA BERWAWASAN GENDER Dalam Buku: KENAKALAN PELAJAR Dipengaruhi oleh Sistem Sekolah dan Keluarga Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc.

  2. TOPIK KULIAH • Konsep Ekologi Keluarga menuju Ketahanan Keluarga. • Teori Perkembangan Remaja. • Kondisi Pelajar yang Memasuki Masa Remaja. • Pengaruh Lingkungan Makro terhadap kehidupan Keluarga. • Pengasuhan Berwawasan Gender.

  3. TOPIK 1. KONSEP EKOLOGI KELUARGA MENUJU KETAHANAN KELUARGA

  4. SISTEM MAKRO Budaya SISTEM EKSO Keluarga Luas SISTEM MESO SISTEM MIKRO Tetangga Teman Keluarga Sekolah ANAK Klp Agama Tetangga Mass Media Pelayanan Hukum Pelayanan Sosial Gambar 1. Model Ekologi Keluarga (Model ekologi dari Bronfenbrenner, 1981)

  5. KONSEP KETAHANAN KELUARGA Ketahanan keluarga (Family Resilience) merupakan proses dinamis dalam keluarga untuk melakukan adaptasi positif terhadap bahaya dari luar dan daridalam keluarga (McCubbin et al., 1988). Otto (Mc Cubbin, 1988) menyebutkan komponen ketahanan keluarga (family strengths) meliputi: • Keutuhan keluarga, loyalitas dan kerjasama dalam keluarga. • Ikatan emosi yang kuat. • Saling menghormati antar anggota keluarga. • Fleksibilitas dalam melaksanakan peran keluarga. • Kemampuan pengasuhan dan perawatan dalam tumbuh kembang anak. • Komunikasi yang efektif. • Kemampuan mendengarkan dengan sensitif. • Pemenuhan kebutuhan spiritual keluarga. • Kemampuan memelihara hubungan dengan lingkungan luar keluarga. • Kemampuan untuk meminta bantuan apabila dibutuhkan. • Kemampuan untuk berkembang melalui pengalaman. • Mencintai dan mengerti. • Komitmen spiritual. • Berpartisipasi aktif dalam masyarakat.

  6. Ancaman/ Kerapuhan Vulnerability (UNDP, 2000) • Kerapuhan aspek ekonomi (Economic Vulnerability) yang merupakantekanan makro termasuk tekanan ekonomi keluarga terhadap produksi, distribusi dan konsumsi ekonomi keluarga. • Kerapuhan aspek lingkungan (Environmental Vulnerability) yang merupakan tekanan dari luar yang berasal dari sistem ekologi sumberdaya alam (natural eco-systems). • Kerapuhan aspek sosial (Social Vulnerability) yang merupakan tekanan dari luar yang berhubungan dengan stabilitas sosial dan masalah sosial masyarakat. • Contoh berbagai Ancaman (Vulnerability): • Sulitnya mencari pekerjaan, karena tekanan pengangguran yang tinggi. • Tingginya angka kemiskinan. • Marginalisasi kehidupan kemanusiaan di perkotaan. • Marjinalisasi ekonomi pedesaan. • Rawan bencana alam (gempa, banjir, gunung berapi dll). • Inflasi ekonomi yang tinggi. • Tingginya biaya hidup pada berbagai aspek kehidupan termasuk biaya kesehatan. • Keamanan pangan yang tidak terjamin.

  7. TOPIK 2. TEORI PERKEMBANGAN REMAJA

  8. TEORI PERKEMBANGAN REMAJA • Menurut ahli teori psikologi perkembangan, tahapan perkembangan remaja dibagi menjadi tiga tahapan dengan kisaran umur antara umur 10 sampai 21 tahun. • Masa remaja menurut Hamburg dikatakan sebagai masa perubahan-perubahan besar dan drastis yang dialami oleh para remaja sehingga merasa kebingungan dalam pikirannya tentang perannya yang bukan lagi anak-anak namun belum menjadi orang dewasa. Pada masa transisi ini, remaja mulai mendapatkan kemudahan akses pada potensi ancaman seperti alkohol, narkoba, senjata tajam dan perilaku lain yang merusak (Belsky et al., 1984; Muuss, 1990). • Masa remaja adalah masa transisi dengan mulai munculnya individualisme yaitu melibatkan identitas yang menyangkut diri sendiri (self) yang terpisah dari orangtua untuk mulai tergantung pada diri sendiri (independent self) (Booth, 1991; Myers, 1999) atau dikatakan sebagai suatu masa badai dan stress atau ”storm and stress” (Booth ,1991).

  9. MOOD ANAK REMAJA SELALU BERUBAH Gambar. Kondisi psiko-sosial remaja yang sering berubah (Labil).

  10. Sigmund Freud’s Psikoseksual Stages (1) Oral, (2) Anal, (3) Phallic, (4) Laten, dan (5) Genital. • Masa remaja termasuk pada tahapan kelima yaitu tahapan genital yang berlangsung mulai masa puber yang ditandai dengan keinginan seksual yang mulai bangkit

  11. PERKEMBANGAN SOSIAL PSIKOLOGI DARI FREUD • ID– SIFAT DASAR MANUSIA— KUDA • BERHUBUNGAN DENGAN AFFEKTIF • EGO- MENYERTAKAN RASIO— TALI • BERHUBUNGAN DENGAN COGNITIVE • SUPER EGO-MENYERTAKAN SPIRITUAL– SATRIA • BERHUBUNGAN DENGAN MULTI INTELLIGENCE

  12. Erikson’s the Psychosocial Stages 8 tahapan perkembangan manusia yang meliputi: (1)Tahapan trust versus mistrust pada periode infancy (setara dengan tahapan oral menurut teori Freud), (2) Tahapan autonomy versus shame, self-doubt pada periode awal anak-anak 2-3 tahun atau early childhood (setara dengan tahapan anal menurut teori Freud), (3) Tahapan initiatif versus imaginatif versus guilt pada periode anak-anak 3-6 tahun atau play age (setara dengan tahapan phallic menurut teori Freud), (4) Tahapan industry versus inferiority pada periode 6-9 tahun atau school age (setara dengan tahapan laten menurut teori Freud), (5) Tahapan identity versus identity confusion versus role diffusion pada periode 10-15 tahun atau adolescence, (6) Tahapan intimacy versus isolation yang terjadi pada masa dewasa awal atau young adulthood, (7) Tahapan generativity versus stagnation pada periode dewasa pertengahan atau adulthood, dan (8) Tahapan ego integrity versus despair atau senescence pada periode dewasa akhir

  13. Piaget’s Cognitive Structural Stages 4 tahapan yang meliputi: (1) Tahapan sensorimotor pada masa infant (setara dengan tahapan oral dan anal menurut Freud dan tahapan trust vsmistrust dan autonomy vs shame, doubt menurut Erikson), (2) Tahapan preoperasional pada masa anak-anak awal (setara dengan tahapan phallic menurut Freud dan tahapan initiative vs guilt menurut Erikson), (3) Tahapan concrete operational pada masa anak-anak pertengahan dan akhir (setara dengan tahapan latency menurut Freud dan tahapan industry vs inferiority menurut Erikson), dan (4) Tahapan formal operational yang dimulai pada masa remaja (setara dengan tahapan genital menurut Freud dan tahapan identityversus identity confusion/diffusion menurut Erikson)

  14. Perkembangan Mental/ Moral dari Jean Piaget (pertama kali) (1) Tahapan pre-moral yang menyangkut tidak adanya rasa kewajiban untuk memerintah, (2) tahapan heteronomous yaitu yang benar adalah kepatuhan literal untuk memerintah dan ketaatan karena adanya kekuatan dan hukuman (untuk umur 4-8 tahun), dan (3) tahapan otonomi dengan tujuan dan konsekuensi untuk mengikuti aturan adalah dipertimbangkan berdasarkan reciprocity dan exchange (umur 8-12 tahun).

  15. John Dewey Mengembangkan 3 Tahapan Perkembangan Moral (Berdasarkan studi Piaget) (1) Tahapan perilaku pre-moral atau pre-conventional yang dimotivasi oleh impuls biologi dan sosial yang menghasilkan moral, (2) Tahapan perilaku conventional dimana individu menerima dengan sedikit kritik ulasan/ pertimbangan (reflection) tentang standar dari grupnya, dan (3) Tahapan perilaku otonomi dimana perilaku dituntun oleh pemikiran individu dan dinilai oleh dirinya sendiri apakah suatu tujuan dianggap baik dan tidak begitu saja menerima standar grupnya tanpa ulasan/ pertimbangan (reflection).

  16. Kohlberg’s Stages of Moral Development Tingkat ke-1: Pre-conventional Morality : Tanggapan anak terhadap peraturan budaya dan label baik dan buruk, namun menginterpretasikan label-label ini baik dalam artian secara fisik atau hedonistik sebagai konsekuensi dari tindakan (imbalan dan hukuman). • Tahapan 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan atau Punishment and obedience orientation yang menyangkut konsekuensi fisik dari aksi-aksi yang bersifat baik atau buruk, • Tahapan 2: Orientasi Instrumental relatif atau Individualism, instrumental purpose, and exchange yang menyangkut adanya tindakan yang benar apabila meliputi tindakan yang secara instrumental memuaskan kebutuhan seseorang dan terkadang kebutuhan orang lainnya (elemen fairness, reciprocity, dan pembagian yang setara). Tingkat ke-2: Conventional Morality yang menyangkut pemeliharaan harapan dari keluarga, grup atau bangsa yang dipahami/dirasakan sebagai suatu yang berharga (sikapnya meliputi conformity, loyalty, maintaining, dan supporting). • Tahapan 3: Orientasi hubungan interpersonal atau Mutual interdependent expectations, relationships, and interpersonal conformilty atau ‘good boy –nice girl’ yang menyangkut perilaku baik yaitu yang dapat menyenangkan dan menolong orang lain, • Tahapan 4: Orientasi ‘Hukum dan keteraturan (social system and conscience the law and order) yang menyangkut orientasi terhadap otoritas, peraturan yang tegas dan pemeliharaan keteraturan sosial. Tingkat ke-3: Post-conventional Morality, otonomi dan prinsip yang menyangkut adanya usaha yang tegas dalam mendefinisikan nilai-nilai moral dan prinsip yang sudah divalidasi terlepas dari kewenangan grup. • Tahapan 5: Orientasi sosial kontrak dan legalisasi atau social contract or utility and individual rights yang menyangkut adanya tindakan yang benar yang didefinisikan berdasarkan hak-hak individu dan standar secara umum, • Tahapan 6: Orientasi etika-prinsip universal atau universal ethical principles yang menyangkut adanya hak-hak yang didefinisikan berdasarkan pilihan prinsip-prinsip etika yang mengedepankan logika komprehensif, universal dan konsisten.

  17. Lickona’s Stages of Moral Development • Tahapan ke-0 : Egocentric Reasoning (pra-sekolah-4 tahun), • Tahapan ke-1 : Unquestioning Obedience (Usia TK), • Tahapan ke-2 : What’s In-It for Me Fairness (Usia SD), • Tahapan ke-3 : Interpersonal Conformity (usia SD- Remaja Awal), • Tahapan ke-4 : Responsibility to the System (Usia SMA atau Remaja Akhir), • Tahapan ke-5 : Principle Conscience (Dewasa Awal).

  18. Dexten Dunphy’s Stages of Group Development in Adolescence) • (1) Tahapan berkumpul awal (precrowd stage) pada masa remaja awal dengan hanya terbatas pada satu grup jenis kelamin, • (2) tahapan mulai berkumpul dan mulai membentuk grup dengan hanya terbatas pada satu grup jenis kelamin, • (3) tahapan transisi perkumpulan secara terstruktur dengan transisi dari perkumpulan satu jenis kelamin ke tahapan yang mulai melibatkan lawan jenis, • (4) tahapan perkumpulan yang telah berkembang dengan sempurna dan ada kerjasama antar jenis kelamin, dan • (5) tahapan disintegrasi perkumpulan pada masa remaja akhir dengan kondisi perkumpulan sudah mulai bubar dengan adanya individu yang mulai menggalang hubungan serius dengan pasangannya dan berakhir di pertunangan atau perkawinan.

  19. Havighurst’s Developmental Tasks • (1) Pencapaian hubungan yang lebih matang dengan sesama teman dari kedua belah jenis kelamin, • (2) pencapaian peranan sosial maskulin atau feminin, • (3) pencapaian fisik tertentu dan menggunakan badan secara efektif, • (4) pencapaian independen emosi dari orangtua dan orang dewasa lainnya, • (5) pencapaian jaminan independen ekonomi, • (6) penyeleksian dan persiapan pekerjaan, • (7) persiapan pernikahan dan kehidupan berkeluarga, • (8) pengembangan ketrampilan intelektual dan konsep-konsep penting untuk kompetensi sipil, • (9) peminatan dan pencapaian dalam perilaku tanggungjawab sosial, dan • (10) perolehan suatu set nilai dan sistem etika sebagai suatu pedoman berperilaku.

  20. TOPIK 3. KONDISI PELAJAR YANG MEMASUKI TAHAPAN REMAJA

  21. GAMBAR 1. TITIK-TITIK RAWAN TAWURAN PELAJAR SMK-TI DI KOTA BOGOR

  22. Tabel. Matriks Tawuran Antar Pelajar SMK-TI Di Kota Bogor (15 sekolah, 2003). P2 TD YK MK YA

  23. Karakteristik Contoh • Uang saku contoh berkisar antara Rp 35 000,- sampai Rp 600 000,- /bln dengan rata-rata uang saku sebesar Rp 154 178,41. • 1/5 contoh SMK-TI dan 1/10 contoh SMU melaporkan keadaan ekonomi keluarganya yang sangat parah.

  24. KENAKALAN UMUM • Dua-pertiga contoh SMK-TI (L & P) dan setengah contoh SMU (P) melakukan jenis kenakalan umum: • bolos, • minggat, • merokok, • pesta sampai malam, • menggoda cewek/cowok.

  25. KENAKALAN KRIMINAL • 1/8 contoh SMK-TI dan 1/9 contoh SMU mengkonsumsi narkoba, morphin, aibon. • 1/9 contoh SMK-TI dan 1/20 contoh SMU minum minuman keras dan membawa senjata tajam ke sekolah. • 1/5 contoh SMK-TI dan 2% contoh SMU merusak benda milik orang lain • 1/2 contoh SMK-TI dan 2% contoh SMU berkelahi dan menyakiti fisik orang lain. • 1/10 contoh SMK-TI dan 1/20 contoh SMU melakukan seks bebas.

  26. SENJATA YANG DIPAKAI TAWURAN • Tanpa senjata/tangan hampa : 493 pelajar (54.60%), • Batu: 440 pelajar (48.73%), • Obeng: 14 pelajar (1.55%), • Besi/penggaris besi : 104 pelajar (11.52%), • Gesper dengan gir besi : 325 pelajar (35.99%), • Balok kayu: 190 pelajar (21.04%), • Pisau: 36 pelajar (3.99%), • Golok: 98 pelajar (10.85%), • Celurit: 103 pelajar (11.41%), • Samurai: 114 pelajar (12.62%), • Bom Molotov: 14 pelajar (1.55%),

  27. SEPINTAS PEMANDANGANTENTANG KEADAAN PELAJAR SLTA

  28. ‘NONGKRONG’ DI WARUNG DAN MAL WARUNG MENJADI TEMPAT PENYIMPANAN SENJATA TAJAM

  29. MEROKOK DENGAN GAYA DAN BANGGA (SMOKING WITH STYLE AND PRIDE)

  30. SENJATA TAJAM SEBAGAI PEMBUNUH TEMAN

  31. PARANG DAN GOLOK SABUK SAMURAI GIR JARUM PENUSUK MAUT

  32. MABUK DAN ‘TELER’ BAGIAN DARI PROSES BELAJAR

  33. MAU SEKOLAH APA MAU PERANG?????

  34. PARANG PERANG ‘CEWEK-CEWEK IDAMAN’

  35. SANGAT BERTALENTA KREATIF DAN BERSENI

  36. TERTANGKAP SATGAS DAN POLISI

  37. SATGAS SMK-TI DI KOTA BOGOR SEBAGAI WUJUD KEPEDULIAN

  38. KERJASAMA YANG BAIK ANTAR SATGAS

  39. MONITORING PELAJAR

  40. PENGAMBILAN DATA

  41. PENGAMBILAN DATA DI SMK-TI PENGAMBILAN DATA DI SMU

  42. MONITORING RESPONDEN YANG SEDANG DIHUKUM KARENA TERLAMBAT UPACARA

  43. Terlambat Pergi ke Sekolah Nongkrong di Jalanan Menggoda Lawan Jenis Berbohong Terlambat Pulang ke Rumah Menyelewengkan Uang SPP Merokok Pergi/ Main Keluyuran Pesta/ Kumpul Sampai Malam Minum Minuman Keras Narkoba FREE SEX Butuh Uang Karena Ketagihan Mencuri Barang Memalak Membawa Senjata Tajam Masuk Barisan Siswa (Basis) BERKELAHI DAN TAWURAN

  44. -.08* -.03 -.26* Personalitas Anakη1 -.36* -.27* -.37* .00 .02 -.07 1.00 1.00 1.00 Pengasuhan Anakη2 .42* .45* .39* y1 .47* .46* .49* 1.00 1.00 1.00 .03 .02 -.07 .03 -.12* .02 Pendidikan Orgtuaξ1 y2 y3 Keadaan Psikologi Anak η4 Kenakalan Pelajarη5 .68* .61* .40* 1.00 1.00 1.00 .53* .53* .51* x2 x3 .71* .70* .56* .60* .62* .40* 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 -.16* -.12* -.20* .03 .09* -.25* .07* .09* .07 Tekanan Ekon. Kel.ξ2 -.28* -.14* .01 y7 y6 y9 y8 .00 .01 .08* 1.00 1.00 1.00 -.09* -.13* -.04 .13* .12* -.01 Kualitas Hubungan dalam Keluarga η3 x4 .39* .42* .31* 1.00 1.00 1.00 y4 y5 efek Hubungn dg Temanξ3 X2 =411.45; 356.99; 127.80 p = 0.0 df = 59 GFI =0.91; 0.91 & 0.87 AGFI =0.87; 0.86 & 0.80 RMSE=0.094; 0.98; 0.089 n = 667; 550; 117 Gambar 3. Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Pelajar n=667 1.00 1.00 1.00 x5 Baris Ke-1: Total Baris Ke-2: SMK-TI Baris ke-3: SMU

  45. Masa transisi Sibuk mencari nafkah HUBUNGAN DIADIK Mencari identitas diri WARMTH & SUPPORT Merasa sudah dewasa namun belum percaya diri Sibuk mengurus rumah ORANGTUAAyahIbu Sibuk memenuhi kebutuhan keluarga Merasa mulai mandiri namun masih butuh bimbingan PELAJARREMAJA Mendidik dan mengasuh anak HOSTILITY COERCION Sibuk sekolah & berteman KUALITAS HUBUNGANBahagia & Puas Melakukan kegiatan sosial dan keagamaan Mulai tertarik dunia luar OUTCOME PSIKO-SOSIAL ANAK EIESTEEMSTRES AGRESIFKENAKALAN Gambar . Kerangka Berpikir Faktor-faktor yang mempengaruhi Outcome Psiko-Sosial Pelajar Remaja

  46. 1.0* 1.0* EI η1 Agresif η4 y1 y5 .60* - .69* .51* .49* y2 .81* OUTCOME PSIKO-SOSIAL ANAK ξ1 Esteem η2 y6 y3 .47* .81* -.64* - .83* Kenakalan η5 y4 Stres η3 1.0* y7 .86* PS 21= .49* X2 = 126.75 p = 0.0 df = 12 GFI = 0.94 AGFI = 0.86 RMSE=0.13 Gambar . Validitas Konstruk Outcome Psiko-Sosial Anak (n=550)

  47. .36* Outcome Psikologi Anak η3 Hubungan Diadik Keluarga η1 - .41* .65* .67* .45* -.10 .80* .75* .67* Outcome Nakal η5 y6 y2 y4 y5 y1 .74* .81* .87* -. 35* .44* .58* .80* .17* .36* .55* y9 y8 .46* Outcome Agresifitas Pelajar η4 Kualitas Hub Dlm Keluarga η2 .01 .34* .25* 1.00 1.00 y7 X2 = 180.96 p = .0 df = 21 GFI = 0.93 AGFI = 0.85 RMSE= 0,12 n = 550 y1= Hangat y2= Kasar y3= Kual. Hub. Dlm Kelg y4= EI y5= Esteem y6= Stres y7= Agresif y8= Kenakalan Umum y9= Kenakalan Kriminal y3 .00 .00 Gambar . Model Pengaruh Faktor Keluarga dan Psiko-Sosial Terhadap Kenakalan Pelajar (n=550)

  48. LINGKUNGAN KELUARGA LINGKUNGAN SEKOLAH Perasaan ke sekolah Hubungan dengan Guru Permasalahan Sekolah KOMUNIKASI ORANGTUA-ANAK PELAJAR REMAJA Pola Sikap Frekuensi LINGKUNGAN TEMAN Hubungan Keterikatan PERILAKU SOSIAL Agresifitas Kenakalan RATA-RATA NILAI SEKOLAH Gambar . Kerangka Berpikir Keterkaitan Perilaku Sosial dan Prestasi Belajar

  49. -0.13* Agresifitas Pelajar η4 Komunikasi η1 -0.13* 0.26* 1.00 -.0.22* 1.00 y1 NILAI PELAJARAN η6 0.00 y5 0.02 Hub dgn Teman η2 -0.22* 0.38* 0.14* .28* 1.00 .97* y2 y3 0.58* y8 y8 -.30* Hub dengan Sekolah η3 Kenakalan Pelajar η5 -0.01 X2 = 494.92 p = .00 df = 17 GFI = .86 AGFI = 0.71 RMSE= 0,18 .91* .78* 1.00 y6 y7 y4 Gambar . Model Pengaruh Komunikasi, Lingkungan Teman dan Sekolah terhadap Kenakalan Pelajar dan Nilai Pelajaran (n=550)

  50. Y (KRIMINAL) YT= 0.309 X1 Komunikasi orangtua dan anak KURANG (298) BAIK (252) YT= 0.286 X1 Y2 Komunikasi orangtua dan anak BAIK Y1 0 X1 X (IKAT TMN) Gambar . Persamaan Regresi Linear Sederhana Pengaruh Keterikatan Contoh dengan Teman terhadap Perilaku Kenakalan Kriminal pada Kelompok Komunikasi Orangtua & Anak yang Baik dan yang Kurang Baik

More Related