1 / 55

KEBIJAKAN MONETER I DI INDONESIA

KEBIJAKAN MONETER I DI INDONESIA. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia. Bank Indonesia Medan, FE USU, 14 Februari 2008. Mampu membandingkan kebijakan moneter sebelum dan sesudah UU No. 23/1999 .

duncan
Download Presentation

KEBIJAKAN MONETER I DI INDONESIA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KEBIJAKAN MONETER I DI INDONESIA Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia Bank Indonesia Medan, FE USU, 14 Februari 2008

  2. Mampu membandingkan kebijakan moneter sebelum dan sesudah UU No. 23/1999. • Mampu menjelaskan kebijakan moneter melalui pendekatan kuantitas dan harga. Tujuan Instruksional Khusus

  3. Review Konsep dan Teori Moneter • Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997 • Kebijakan Moneter Periode Selama Krisis Ekonomi 1997 • Kebijakan Moneter Periode Pasca Krisis Ekonomi 1997 • Proses Perumusan Kebijakan Moneter • Mekanisme Pengendalian Moneter OUTLINE • Paradigma Pengendalian Moneter Baru

  4. Review Konsep dan Teori Moneter • Kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi makro • Tujuan kebijakan ekonomi makro umumnya adalah mencapai kemakmuran masyarakat (social welfare)

  5. Apa Tujuan Kebijakan Moneter? Peran penting dari kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakanekonomi;  Mempengaruhi: a. stabilitas harga b. pertumbuhan ekonomi c. perluasan kesempatan kerja d. keseimbangan neraca pembayaran (a) – (d) menjadi sasaran akhir (objectives/ final targets) kebijakan moneter Konflik pencapaian sasaran kebijakan: - Secara ideal, semua sasaran akhir tersebut (multiple objectives) di atas dapat dicapai secara bersamaan. Namun, seringkali pencapaian sasaran-sasaran akhir tsb mengandung unsur-unsur yang kontradiktif. - Misalnya: usaha untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja pada umumnya dapat berdampak negatif terhadap kestabilan harga dan keseimbangan neraca pembayaran. - Dalam perkembangannya, dewasa ini semakin disadari bahwa kebijakan moneter semestinya lebih memfokuskan pada sasaran tunggal.

  6. 6 Kebijakan Moneter dengan Sasaran Tunggal Sejalan dengan perkembangan ekonomi di dunia, Indonesia menganut hal yang sama dengan menetapkan stabilisasi harga sebagai sasaran tunggal sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang Bank Indonesia yang baru (UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia – diamandemen UU No. 3 tahun 2004). TujuanBank Indonesia adalah: “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah”(Ps. 7) 3 Pilar pencapaian tujuan Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai tugas: (Ps. 8) a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran c. Mangatur dan mengawasi Bank

  7. SEKTOR RIIL SEKTOR PEMERINTAH (FISKAL) SEKTOR MONETER Konsumsi Investasi Ekspor Impor • Anggaran Negara (APBN) • Penerimaan, termasuk hibah • Pengeluaran • Keseimbangan (overall) • Pembiayaan • Dalam Negeri • Luar Negeri Otoritas Moneter Aktiva Luar Negeri Bersih Aktiva Domestik Bersih Net Claim on Government Bank Umum Aktiva Luar Negeri Bersih Aktiva Domestik Bersih SEKTOR EKSTERNAL • Transaksi Berjalan • Ekspor • Impor • Transfer • Penghasilan (Income) • Transaksi Modal dan Keuangan • Investasi Langsung • Aliran Keuangan • Pemerintah • Swasta • Cadangan Devisa Bagaimana Hubungan kebijakan Moneter dengan Kebijakan Lainnya? Uang Primer Uang Beredar

  8. Jenis Kerangka Kebijakan Moneter Macam-macam Kerangka Kebijakan Moneter Beberapa rezim berkembang dalam teori dengan mendasarkan pada berbagai channels dalam transmisi moneter yang diyakini di dalam ekonomi : 1. Monetary targeting; mendasarkan pada pengendalian uang beredar (sbg. Intermediate target) dan uang primer (sbg. Sasaran operasional) untuk mencapai sasaran akhir, dengan berdasar kestabilan permintaan uang. 2. Exchange rate targeting; mendasarkan pada pengendalian nilai tukar (sbg intermediate target) untuk mencapai sasaran akhir (inflasi dan pertumbuhan ekonomi). 3. Inflation targeting; memfokuskan sasaran akhir pada target inflasi yang diumumkan. Untuk intermediate targetnya menggunakan inflation forecast, yang mendasarkan pada semua channel transmisi moneter. Biasanya dikombinasikan dengan suku bunga untuk penentuan operating targetnya. 4. Implicit Nominal Anchor (No Anchor). Tidak menetapkan sasaran akhir dan intermediate tertentu. Tergantung penilaian dan keyakinan boards of governor. Untuk operating target biasanya menggunakan suku bunga. Rezim mana yang tepat tergantung pada kondisi ekonomi dan moneter negara ybs. Bahkan untuk suatu negara rezim yang diterapkan dapat saja berubah.

  9. Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Kerangka Operasional Kerangka Strategis Sasaran Akhir Instrumen Sasaran Operasional Sasaran Antara - OPT - sk bunga jk. pd - sk. bunga jk. pj - Inflasi - Fas. Diskonto - uang primer - M1, M2, kredit - Pertumbuhan Ek. - Giro Wajib Min - Imbauan, dll “Jangkar” Nominal • - Nilai tukar • Besaran moneter • Inflasi (inflation targeting) • Output nominal • No explicit nominal anchor Penargetan

  10. ULTIMATE OPERATIONAL TARGET ECONOMIC TARGET CAPACITY s I N F L A S I Y 1. OPEN MARKET OPERATION Monetary Instrument MONEY SUPPLY OR INTEREST RATE 2. DISCOUNT FACILITY 3. RESERVE REQUIREMENT d 4. FOREIGN EXCHANGE INTERVENTION Y ECONOMIC ACTIVITY Investment Consumption Government Ex Export Import Kerangka Operasi Kebijakan Moneter

  11. Perbandingan Sistem Operasi Kebijakan Moneter PENDEKATAN SISTEM OPERASI Sasaran Sasaran Pendekatan Harga Instrumen Operasional Akhir Variabel-variabel Informasi • Langsung • Sk.bunga PUAB • Stabilitas harga • Tidak langsung Sasaran Sasaran Sasaran Pendekatan Kuantitas Instrumen Operasional Antara Akhir Langsung - Agregat moneter Stabilitas harga - - Monetary base Pertumbuhan ekonomi - Tidak langsung seperti: seperti: Kesempatan kerja . Uang primer/M0 . M1, M2 Keseimbangan NP . Reserve bank . Kredit pbk . Sk.bunga Sumber: Junggun Oh. “Inflation Targeting, Monetary Transmission Mechanism, and Policy Rules in Korea”, Economic Pap er , Vol.2, No.1, March 1999, Bank of Korea (dimodifikasi).

  12. Ms’ Ms* Ms” “ Tingkat Bunga, i Tingkat Bunga, i Ms i” i” i* i* Target Tingkat Bunga, i* Md” i’ Md” i’ Md* Md* Md’ Md’ M’ M* M* M” Kuantitas Uang, M Kuantitas Uang, M Perbandingan Sistem Operasi Kebijakan Moneter Mekanisme Quantity-based Approach vs Price-based Approach Sasaran kuantitas uang Sasaran “harga” uang

  13. Kerangka Kerja Quantity Targeting ULTIMATE MONEY ECONOMIC MONETARY MONETARY TARGET CAPACITY SUPPLY INSTRUMENT MANAGEMENT Y 1. OPEN MARKET s M Inflasi s OPERATION Pertumb. Ekonomi 2. DISCOUNT FACILITY 3. RESERVE REQUIREMENT Lapangan Kerja d d Y M 4. FOREIGN EXCHANGE INTERVENTION Dll ECONOMIC DEMAND FOR MONEY ACTIVITY Investment Consumption Government Export Import Kerangka Kerja Quantity Targeting • Sebelum Juli 2005, Pendekatan kuantitas digunakan sebagai kerangka kebijakan moneter • Pendekatan harga mulai digunakan Juli 2005

  14. Neraca Otoritas Moneter & Neraca Sistem Moneter

  15. Ilustrasi Teoritis Pelaksanaan Kebijakan Moneter • Secara teoritis, merujuk pada: • Keberadaan Kurva Phillips :  =  (y – y*) • “trade-off jangka pendek antara inflasi dan pertumbuhan output” • Teori Kuantitas Klasik : M.V  P.T dan M/P = k. Y • Teori Penawaran Uang : Ms = mm. M0 • Contoh kasus: […… Ilustrasi sederhana …….] • Fungsi jangka panjang permintaan uang (M1): • logM1 = konstan + 1.1 logPDBr + 1.0 logIHK + kesalahan • Prediksi perkembangan money multiplier (M1/M0) berkisar antara 1.2 – 1.4 • Sasaran-sasaran sesuai Program Moneter: • Inflasi: 8% • Pertumbuhan ekonomi 6% • Pertumbuhan M1 : 14.6 % • (maka) Pertumbuhan M0 dalam kisaran: 10.4% – 12.2% rata-rata 11.2%

  16. Ilustrasi Teoritis Pelaksanaan Kebijakan Moneter melalui quantity targeting • Misalnya terjadi perubahan kondisi ekonomi: • Terjadi arus modal masuk (capital inflow) yang cukup besar sebagai • akibat cukup menariknya iklim usaha di Indonesia. • Capital inflow  NFA otoritas moneter  uang primer  (di atas kisaran atas)  NFA sistem moneter  uang beredar  • Kegiatan ekonomi riil  kecenderungan overheating • - Pertumbuhan M1  14.6%, (Pertumbuhan M0  12.2%) • - Pertumbuhan ekonomi  6% • - Inflasi  8%, • Kebijakan yang diterapkan (alternatif) : kontraksi moneter • Pilihan instrumen (alternatif) : • - Operasi pasar terbuka (OPT) • -Cadangan wajib minimum (RR)

  17. Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT • Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu : • Melalui lelang SBI • Melalui penggunaan FASBI di pasar uang rupiah, dan • Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing • 1. Lelang SBI • Besarnya lelang SBI (mingguan) dimaksudkan untuk mencapai besarnya target uang primer yang ditetapkan. Untuk itu, tiap minggu Bank Indonesia akan memperkirakan perkembangan uang primer dan, dengan membandingkan target yang ditetapkan, menentukan besarnya kelebihan likuiditas pasar uang yang harus diserap. • Hal ini dilakukan dengan menghitung berapa SBI yang jatuh tempo, berapa ekspansi/konstraksi dari sisi fiskal (rekening Pemerintah di Bank Indonesia), mutasi cadangan devisa, serta bagaimana kondisi likuiditas di pasar uang.

  18. Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT • Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menggunakan instrumen moneter yang dapat berupa Operasi Pasar Terbuka (OPT), intervensi pasar valas, reserve requirement, ataupun moral suasion. • Berdasarkan sasaran M0 yang telah ditetapkan, Bank Indonesia melakukan Operasi Pasar Terbuka (OPT).

  19. Mekanisme Pengendalian Moneter Melalui OPT • Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu : • Melalui lelang SBI • Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan • Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing • 2. Fasilitas Bank Indonesia • Selain lelang SBI mingguan (yaitu tiap hari Rabu), Bank Indonesia juga melakukan kegiatan secara langsung di pasar uang rupiah melalui Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi). Hal ini dilakukan secara harian, terutama apabila terjadi perkembangan di luar pehitungan yang dapat menyebabkan tidak tercapainya target uang primer melalui lelang SBI. • Caranya antara lain dapat dilakukan dengan secara langsung menawarkan kepada bank-bank untuk menanamkan kelebihan likuiditasnya di Bank Indonesia (berjangka waktu overnight hingga satu minggu) atau dengan cara membeli kembali SBI secara repurchase agreement (repo) di pasar uang antar bank.

  20. Mekanisme Pengendalian Moneter Melalui OPT • Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu : • Melalui lelang SBI • Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan • Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing • 3. Sterilisasi/Intervensi Valuta Asing • Terutama dilakukan apabila Pemerintah akan membiayai kegiatan suatu proyek (membutuhkan rupiah) dengan cara menggunakan dana valuta asingnya yang disimpan sebagai cadangan devisa di Bank Indonesia. • Dengan cara ini, dapat dicapai dua tujuan sekaligus. Pertama, penyerapan kelebihan likuiditas di pasar uang. Kedua, bahwa langkah ini sekaligus dapat membantu upaya untuk menstabilkan perkembangan nilai tukar rupiah di pasar. • Intervensi di pasar valuta asing dapat pula dilakukan Bank Indonesia pada waktu sedang terjadi gejolak nilai tukar rupiah di pasar valuta asing

  21. Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga Quantity-based Approach vs Price-based Approach ? Asumsi yang digunakan dalam Pendekatan Kuantitas adalah sbb: • Kebijakan dan perkembangan sektor-sektor lain (fiskal, nilai tukar, dan riil) akan berjalan seperti yang ditetapkan. • Adanya hubungan yang stabil antara uang beredar (sebagai sasaran antara) dengan kegiatan ekonomi riil (sebagai sasaran akhir)  stabilitas fungsional income velocity dan demand for money • Adanya hubungan yang stabil antara uang primer (sebagai sasaran operasional) dengan uang beredar (sebagai sasaran antara)  stabilitas fungsional angka pengganda uang (money multiplier) Namun, hasil kajian empiris BI menyimpulkan bahwa: • Income velocity, demand for money, dan money multiplier cenderung “kurang” stabil. • M0 tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh Bank Indonesia. + 70% dari komponen M0 adalah uang kartal yang merupakan kebutuhan masyarakat akan alat pembayaran. • Agregat moneter M1 relatif stabil dibandingkan dengan M2.

  22. Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga Quantity-based Approach vs Price-based Approach ? Penyebab Ketidakstabilan Struktural tersebut adalah karena: • Pesatnya perkembangan sektor keuangan dan majunya inovasi produk keuangan yang menyebabkan kegiatan penciptaan uang (money creation) oleh sistem keuangan menjadi berlipat ganda. • Terjadinya proses decoupling antara sektor moneter dan sektor riil. • Sulitnya mengidentifikasi arah kausalitas antara uang beredar dan kegiatan ekonomi. Adanya kecenderungan kegiatan ekonomi mempengaruhi uang beredar, bukan sebaliknya.

  23. Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga Quantity-based Approach vs Price-based Approach ? • Sejalan dengan permasalahan dalam pengendalian moneter dengan menggunakan agregat moneter, paradigma baru yang lebih meyakini “harga” uang, yaitu suku bunga dan nilai tukar, sebagai jalur utama transmisi kebijakan moneter (price targeting) di Indonesia semakin mendapatkan perhatian. • Bond (1994) menunjukkan secara empiris bahwa hubungan antara suku bunga dengan laju inflasi jauh lebih kuat dibandingkan dengan hubungan antara uang beredar dengan inflasi. • Di sisi lain, dalam ekonomi yang semakin terbuka dengan sistem nilai tukar yang fleksibel, pergerakan nilai tukar rupiah juga dianggap sangat penting dalam mempengaruhi permintaan agregat, pertumbuhan ekonomi, and inflasi. • Isu pokok yang sedang dikaji adalah apakah apakah cukup relevan apabila manajemen moneter di Indonesia dibangun atas dasar jalur mekanisme transmisi salah satu/kedua variabel tersebut; ataukah berdasarkan jalur mekanisme transmisi kebijakan moneter yanglain?

  24. Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga Quantity-based Approach vs Price-based Approach ? • Hasil kajian empiris tersebut merupakan pertimbangan utama bagi Bank Indonesia untuk mengubah paradigma pengendalian moneternya dari quantity-based approach menjadi price-based approach pada Juli 2005. • Penerapan price-based approach tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia yang menerapkan full-fledged inflation targeting framework pada bulan Juli 2005. Pembahasan mengenai hal ini akan dijelaskan setelah penjelasan umum pendekatan harga atau suku bunga sebagai sasaran operasional kebijakan moneter.

  25. ULTIMATE OPERATIONAL TARGET ECONOMIC TARGET CAPACITY s I N F L A S I Y 1. OPEN MARKET OPERATION Monetary Instrument INTEREST RATE 2. DISCOUNT FACILITY 3. RESERVE REQUIREMENT d 4. FOREIGN EXCHANGE INTERVENTION Y ECONOMIC ACTIVITY Investment Consumption Government Ex Export Import Kerangka Kerja Pendekatan Harga

  26. Market Interest rate Credit Domestic demand Domestic Inflationary pressure Asset prices Total demand BI Interest Rate Net external demand Inflation Expectations/ confidence Import prices Exchange rate Mekanisme Transmisi Pendekatan Harga

  27. Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Indonesia s/d Juli 2005:LiteInflation Targeting • Sejak tahun 2000, dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 BI telah menentukan dan mengumumkan sasaran inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter. • Dengan amandemen UU Bank Indonesia No. 3 Tahun 2004, Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK untuk tahun 2005, 2006, dan 2007. • BI telah menempuh sejumlah langkah dalam memperkuat persyaratan untuk penerapan ITF, termasuk: • Pengembangan indikator, riset, pemodelan ekonomi untuk dasar analisis, prakiraan, dan perumusan kebijakan. • Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebagai proses perumusankebijakan moneter. • Pengembangan laporan dan strategi komunikasi untuk transparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter kepada publik.

  28. Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Indonesia s/d Juli 2005:LiteInflation Targeting • Sebelum Juli 2005, operasi moneter masih menggunakan uang primer uang primer (base money) sebagai sasaran operasional. Cara ini dirasakan semakin tidak sejalan dengan penerapan kebijakan moneter dengan ITF, terutama karena: • Hubungan antara uang primer dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi semakin tidak stabil dan mengalami hubungan terbalik. • Sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan masyarakat kurang efektif, • Respon kebijakan moneter cenderung mengarah ke belakang (backward looking) dan lebih sulit dilakukan. • Uang primer lebih sulit dikendalikan oleh bank sentral karena perilaku permintaan uang kartal masyarakat di Indonesia. • Sejak 1999-Sebelum Juli 2005, dalam literature, Indonesia dikategorikan sebagai negara yang menerapkan Inflation Targeting Lite.

  29. Kerangka Kebijakan Moneter Sejak Juli 2005 Pengertian dan Karakteristik ITF • Sejak Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan ITF sebagai kerangka kebijakan Moneter. • Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerjakebijakan moneter yang secara transparan dan konsistendiarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun kedepan yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan. • Empat prinsip pokok rezim kebijakan moneter dengan ITF: 1. Memiliki sasaran utama, yaitu Sasaran Inflasi, yang dijadikansebagai prioritas pencapaian (overriding objective) danacuan (nominal anchor) kebijakan moneter. 2. Bersifat antisipatif (preemptive atau forward looking) denganmengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untukpencapaian sasaran inflasi ke depan. 3. Mendasarkan pada analisis, prakiraan, dan kaidahkebijakan tertentu dalam menetapkan pertimbangan respon kebijakan moneter (constrained discretion). 4. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat (goodgovernance), yaitu berkejelasan tujuan, konsisten,transparan, dan berakuntabilitas.

  30. Kerangka Kebijakan Moneter Sejak Juli 2005 • Secara rinci karakteristik Inflation Targeting Framework sbb:

  31. Mengapa Inflation Targeting …? • IT fokus pada kestabilan harga (sehingga dapat digunakan sbg ‘anchor’ ekspektasi inflasi bagi masyarakat). • IT meningkatkan transparansi keb. Moneter. • IT memberikan ukuran keberhasilan bank sentral (kejelasan akuntabilitas). • IT bersifat forward looking dan memperhitungkan lag kebijakan moneter. • IT tidak memerlukan asumsi stabilitas hubungan uang beredar, output dan harga. • Pengalaman negara-negara lain yang menerapkan IT menunjukkan dengan inflasi yang rendah dan stabil, pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang lebih sustainable.

  32. Kerangka Kerja Baru Kebijakan Moneter Indonesia:Empat Langkah Penguatan Kebijakan Moneter Melalui ITF • Empat elemen mendasar dalam langkah-langkah penguatan kerangka kerja kebijakan moneter yang baru mulai Juli 2005 agar konsisten dengan penerapan ITF: • Penggunaan suku bunga (disebut BI Rate) sebagai reference rate dalam pengendalian moneter, sebagai pengganti sasaran operasional uang primer. • Penguatan proses perumusan kebijakan moneter dengan strategi antisipatif (forward looking strategy) dalam mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan. • Strategi komunikasi yang lebih transparan untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan upaya pembentukan ekspektasi inflasi. • Penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk meminimalkan tekanan inflasi dari kenaikan administered prices dan volatile foods maupun untuk sinergi kebijakan ekonomi secara keseluruhan.

  33. RESPON KEBIJAKAN INDIKATOR KEBIJAKAN SASARAN AKHIR INSTRUMEN MONETER BI RATE PRAKIRAAN INFLASI SASARAN INFLASI + • Kesejahteraan Masy. • Trade off yg optimal antara Inflasi dan Output • Pengaruh ekspektasi • Manajemen Likuiditas: OPT, RR, Fasilitas Diskonto, Forex Intervention. • Koridor suku bunga • Struktur suku bunga PERTUMBUHAN OUTPUT • Stabilisasi nilai tukar • Kebijakan moneter lain • Kebijakan perbankan • Determinan inflasi • Keterkaitan antar variabel ekonomi • Transmisi moneter + Koordinasi Pemerintah Model, riset, statistik, expert opinion, judgement KREDIBILITAS KEBIJAKAN • KOMUNIKASI KEBIJAKAN • Komitmen & Konsistensi • Pembentukan ekspektasi Inflation Targeting:“A Framework, Not A Rule” OPERASI MONETER

  34. Respon Kebijakan Moneter: BI-Rate sebagai Sinyal Kebijakan • BI Rate mencerminkan arah kebijakan moneter yaitu indikasi level suku bunga jangka pendek yang diinginkan bank sentral dalam upaya mencapai target inflasi. • Perubahan BI Rate – yang mencerminkan perubahan stance kebijakan moneter – dilakukan dalam kelipatan 25 bps (perubahan dapat 25, 50 ataupun 75 bps sesuai dengan situasi moneter yang terjadi). • BI Rate diumumkan ke publik pada setiap awal bulan setelah RDG Bulanan (baik berubah maupun tidak).

  35. Penerbitan SBI Kontraksi FASBI/SWBI OPT Reguler Reverse Repo SUN*) Ekspansi SBI/SUN Repo OPT Fine Tune Kontraksi (FTK), Outright jual SUN Kontraksi Sterilisasi/Intervensi (jual USD/IDR) OPT Non Reguler/ Fine Tune Operation Fine Tune Ekspansi (FTE), Outright Beli SUN Ekspansi Sterilisasi/Intervensi (beli USD/IDR) Kerangka Operasional

  36. OPT: Lelang SBI • Prosedur dan mekanisme pelaksanaan lelang SBI: • Pelaksanaan lelang SBI 1 bulan dilakukan secara mingguan. • Untuk mendukung kredibilitas BI Rate, lelang diarahkan agar rate hasil lelang sama dengan BI Rate. • Sistem lelang menggunakan Fixed Rate tender.

  37. OPT: Lelang SBISebelum Implementasi BI-Rate • Bidding rates yang diajukan peserta lelang hari Rabu tergantung pada interpretasi mereka terhadap indirect signal dari target indikatif yang diumumkan hari Selasa. • Contoh: • Pada hari Selasa, BI mengumumkan target lelang Rp 10 triliun, dengan jumlah jatuh waktu Rp 9 triliun. • Pasar akan menginterpretasikan pengumuman ini sebagai indirect signal bahwa BI menginginkan kenaikan bid rate. • Sedikit perubahan pada RRT SBI diinterpretasikan sebagai perubahan sinyal kebijakan moneter. • Contoh: • Pada hari Rabu, BI mengumumkan hasil lelang 12,27% dibandingkan minggu sebelumnya 12,25%. • Pasar akan menginterpretasikan ini sebagai trend peningkatan suku bunga yang diinginkan BI, sehingga mereka akan mengajukan bid yang lebih tinggi pada lelang berikutnya.

  38. OPT: Lelang SBISinyal Suku Bunga dengan BI-Rate • Bidding rates dari peserta lelang tergantung pada strategi mereka sesuai dengan BI-Rate yang diumumkan. • Contoh: • Pada hari Selasa, BI mengumumkan target lelang SBI Rp 10 triliun, dari jumlah jatuh waktu Rp 9 triliun. BI Rate diumumkan pada level 12,25% • Pasar tidak menginterpretasikan pengumuman ini sebagai indirect signal bahwa BI menginginkan kenaikan BI-Rate. Pasar akan mem-bid sekitar 12,25%, tanpa memperdulikan target. • Perubahan sinyal kebijakan ditentukan oleh berubah/tidaknya BI-Rate. • SOR ditetapkan sebesar BI-Rate. Bidding rate yang masuk sebagian besar (mendekati 99%) berada pada level BI-Rate.

  39. OPT Lainnya • OPT lainnya (lelang SBI 3 bulan, FASBI, FTK dan FTE) diarahkan untuk menjaga struktur suku bunga pasar uang jangka pendek yang wajar. Hal ini untuk mewujudkan pasar uang yang efisien dan mengurangi perilaku spekulatif (arbitrage). • Suku bunga SBI 3 bulan diarahkan lebih tinggi dari suku bunga SBI 1 bulan. • FASBI: • 7 hari : BI-Rate – 200 bps • O/N : BI-Rate – 500 bps • Fine Tune Operation (FTO): • FT Kontraksi (O/N – 6 hari) : rate antara FASBI O/N – 7 hari. • FT Ekspansi (O/N – 14 hari): rate lebih tinggi dari BI-Rate

  40. Proses Perumusan Kebijakan Moneter Rapat Dewan Gubernur (RDG) • Perumusan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG). Rapat ini dilakukan satu kali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum bidang moneter. Sementara, rapat sejenis juga dilakukan satu kali dalam seminggu untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan moneter yang telah dilakukan. • RDG bulanan dapat dihadiri oleh menteri kabinet atau wakil pemerintah dengan hak bicara tanpa hak suara. Tujuannya adalah untuk mempererat koordinasi kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan makro ekonomi lainnya. • RDG dapat dikategorikan menurut waktu pelaksanaannya menjadi RDG bulanan awal tahun, RDG triwulanan, RDG bulanan, dan RDG mingguan.

  41. Proses Perumusan Kebijakan Moneter RDG Bulanan Awal Tahun • RDG bulanan awal tahun dilakukan untuk mengevaluasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, dan sistem pembayaran selama satu tahun yang lalu dan prospeknya ke depan. • Telaah mengenai prospek ekonomi makro dan moneter ke depan dimaksudkan terutama dilakukan untuk menetapkan arah dan sasaran kebijakan moneter untuk satu tahun ke depan sesuai dengan sasaran inflasi yang ditetapkan. • RDG ini jg sekaligus untuk membahas dan mensahkan laporan tertulis yang akan disampaikan kpd DPR dan Pemerintah. Laporan ini memuat: (1) pelaksanaan tugas & wewenang BI thn sebelumnya, (2) rencana kebijakan, penetapan sasaran, dan langkah2 pelaksanaan tugas & wewenang BI utk tahun y.a.d. dgn memperhatikan perkembangan laju inflasi & kondisi ekonomi dan keuangan.

  42. Proses Perumusan Kebijakan Moneter RDG Triwulanan • Dilaksanakan awal April, Juli, Oktober, dan Desember. • RDG ini dilaksanakan untuk mengevaluasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, dan sistem pembayaran selama satu triwulan yg lalu dan prospeknya utk periode ke depan. • Telaah mengenai prospek ekonomi ke depan terutama dilakukan untuk menentukan apakah sasaran inflasi yang telah ditetapkan masih dalam batas kisaran yang aman, serta untuk menetapkan arah dan sasaran kebijakan moneter untuk satu triwulan ke depan. • RDG ini dimaksudkan juga untuk membahas dan mensahkan laporan triwulanan tertulis tentang pelaksanaan tugas dan wewenang BI yg akan disampaikan kpd DPR dan pemerintah.

  43. Proses Perumusan Kebijakan Moneter RDG Bulanan • RDG bulanan dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi perkembangan inflasi, nilai tukar, moneter, dan perbankan. • Lebih diarahkan utk memantau pencapaian target inflasi & arah kebijakan satu bulan berikutnya. • Penetapan BI Rate dan langkah pengendalian moneter satu bulan yang akan datang, seperti OPT, dan sterilisasi/intervensi di pasar valas. • Keputusan kebijakan moneter dalam RDG bulanan ini disampaikan ke masyarakat melalui siaran pers.

  44. Proses Perumusan Kebijakan Moneter RDG Mingguan • RDG mingguan dilaksanakan atas dasar arahan dari RDG bulanan. • RDG mingguan dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan pengendalian moneter pada minggu sebelumnya. • Arahan pelaksanaan OPT, sterilisasi/intervensi di pasar valas, serta arah suku bunga di minggu mendatang. • Keputusan pengendalian moneter dalam bentuk OPT melalui lelang SBI dalam RDG mingguan ini disampaikan ke masyarakat melalui siaran pers.

  45. Proses Perumusan Kebijakan Moneter Laporan-Laporan • Laporan tahunan dan triwulanan BI dievaluasi oleh DPR. Laporan ini digunakan sebagai bahan penilaian kinerja Dewan Gubernur dan BI secara keseluruhan. • Laporan tahunan ke DPR dalam rangka akuntabilitas, sedangkan laporan tahunan ke pemerintah dalam rangka informasi. • Laporan tahunan ke masyarakat melalui media massa dalam rangka informasi, cerminan transparansi, dan pemberitahuan arah kebijakan moneter.

  46. Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997 Periode 1945 - 1952 Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter • Mata uang Hindia Belanda & Jepang masih digunakan • Belum terdapat bentuk bank sentral secara formal • UUD 1945 Ps.23: perlunya dibentuk sebuah bank yg disebut Bank Indonesia, yg mengeluarkan & mengatur uang kertas • UU nasionalisasi De Javasche Bank 6/12/51 disahkan • Dominasi dinamika perkembangan politik terhadap permasalahan ekonomi • BNI, BRI sebagai bank sirkulasi ORI yg menggantikan peran uang Hindia Belanda & Jepang • ORI ditarik diganti dgn uang De Javasche Bank yg ditunjuk sbg bank sirkulasi • De Javasche Bank ditetapkan sebagai bank sentral pada pemerintah RIS • Tindakan moneter sanering pada 1950 (Gunting Sjafruddin)

  47. Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997 Periode 1953 - 1967 Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter • Telah banyak mata uang yang beredar dan berbeda-beda di berbagai wilayah di Indonesia • Lahir UU No.11/1953 tentang Pokok Bank Indonesia sbg pengganti Javasche Bank Wet 1922 • Pemerintah membangun proyek2 ‘mercu suar’ dan pengeluaran besar untuk militer • Jumlah uang beredar berlebihan menyebabkan hyperinflation (+/- 600%) pada pertengahan tahun 1960-an. • Bank Indonesia sbg bank sirkulasi menerbitkan mata uang baru, rupiah, sbg satu2nya alat pembayaran yg sah di wilayah negara Indonesia • Dibentuk Dewan Moneter tdr dr Menkeu (ketua), Menteri Ekonomi, dan GBI. • BI jg sbg bank komersial dgn memberi kredit kpd swasta, pemerintah, yayasan pem., dll. • BI sbg agen pembangunan: (1). Cetak uang u/ menutup defisit fiskal (2). Pembiayaan scr lgs dlm keg. ekonomi

  48. Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997 Periode 1968 - 1972 - Periode Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi - Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter • Pemerintah sebelumnya kurang memegang prinsip kehati2an dalam pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal • Lahir UU No.13/1968 tentang Bank Sentral • Laju inflasi turun drastis hingga di bawah 10% • Kegiatan perekonomian nasional secara berangsur2 mulai tertata & mengalami peningkatan. • Pengaturan kelembagaan, positif krn kebijakan moneter-fiskal terintegrasi & terkoordinir, tp negatif krn tdk ada check & balance kebijakan2 ekonomi • Kebijakan moneter difokuskan pada pengendalian inflasi. Pencetakan uang utk pembiayaan defisit anggaran dihentikan • Koordinasi kebijakan fiskal-moneter ditingkatkan shg stabilitas ekonomi cepat pulih • Kebijakan moneter dirumuskan oleh Dewan Moneter dan BI melakukan tugas kebijakan moneter sesuai dgn keputusan Dewan Moneter • ∆M0 ke NCG dibatasi  JUB terkendali

  49. Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997 Periode 1973 - 1982 - Periode Pertumbuhan Ekonomi dengan Hasil Minyak - Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter • Awal dekade 70-an ditemukan ladang2 minyak baru secara signifikan shg penerimaan negara meningkat • Pengeluaran rutin dan pembangunan oleh pemerintah meningkat shg mendorong kegiatan ekonomi riil • Kebijakan kredit selektif membuat sektor perbankan kurang bergairah krn sumber dana yang langka dan penyaluran kredit sangat dibatasi • Penerimaan devisa hasil minyak menyebabkan ekspansi jumlah uang primer (M0) shg BI melakukan penyerapan ekspansi moneter dari sisi fiskal tersebut utk meredam tekanan inflasi • Kebijakan kredit selektif diluncurkan thn 1974 utk mengendalikan JUB terutama dgn mengatur besarnya ekspansi kredit bank. Pagu kredit individual bank setiap tahun ditentukan oleh BI • ∆NFA   M0  Kredit dipagu • RR diturunkan dr 30% mjd 15% thn 1978 terutama utk mendorong pemberian kredit kpd sektor swasta

  50. Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997 Periode 1983 - 1997 - Periode Deregulasi, Debirokratisasi, dan Liberalisasi Ekonomi - Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter • Awal dekade 80-an harga minyak merosot krn kecenderungan tjdnya resesi dunia. Penerimaan negara utk pembiayaan APBN semakin terbatas. Peran swasta dalam kehidupan ekonomi perlu ditingkatkan. • Pakjun 1983 menandai era liberalisasi sektor perbankan dan keuangan. Jml bank, mobilisasi dana, bentuk kredit, jenis pembiayaan, vol. transaksi dan jenis produk keuangan meningkat. • Pakto 1988 mendorong kegiatan ekonomi DN dlm menghadapi persaingan global. Scr umum mrp paket penyempurnaan kebijakan di bidang keu., moneter, & perbankan • Stl Pakjun 1983, kebijakan moneter langsung melalui selective credit policy diganti dgn kebijakan moneter tidak langsung melalui OPT. SBI diterbitkan thn 1984 sbg instrumen utama OPT ditambah dgn intervensi di pasar uang rupiah (1 s.d. 7 hari). • ∆M0 dikendalikan  M1& M2 • Pakto 1988 menurunkan RR dr 15% mjd 2%, pelonggaran izin pendirian bank shg perbankan tumbuh pesat. • RR ↓  ∆M0   M1 & M2 

More Related