1 / 17

Contagious Bovine Pleuropneumonia

Contagious Bovine Pleuropneumonia. Drh. Hembang M.P. Pendahuluan. Radang paru (pneumonia) yang sangat menular Selalu diikuti dengan pleuritis Ditemukan di Afrika, Timur Tengah, AS telah bebas sejak 1892; UK sejak 1808; dan Australia sejak 1973.

duff
Download Presentation

Contagious Bovine Pleuropneumonia

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Contagious Bovine Pleuropneumonia Drh. Hembang M.P.

  2. Pendahuluan • Radang paru (pneumonia) yang sangat menular • Selalu diikuti dengan pleuritis • Ditemukan di Afrika, Timur Tengah, AS telah bebas sejak 1892; UK sejak 1808; dan Australia sejak 1973. • Outbreak (wabah) terakhir CBPP di Eropa terjadi di Portugal pada 1989. • Tidak banyak informasi penyakit ini di Asia, namun China mengklaim wabah terakhirnya pada 1995

  3. Etiologi • Organisme etiologik adalah Mycoplasma mycoides mycoides, tipe koloni kecil • Sapi yang peka terinfeksi secara inhalasi melalui droplet yang dibatukkan oleh sapi terinfeksi • Kambing dan domba tidak penting dalam epidemiologi penyakit ini • Septisemia menimbulkan lesi-lesi pada ginjal dan kadang plasenta, dapat menjadi sumber infeksi • Infeksi transplasenta kepada fetus dapat terjadi

  4. Masa inkubasi 3 – 8 minggu • Morbiditas pada kelompok sapi yang rentan dapat mencapai 70% • Mortalitias 50% terutama pada kelompok yang baru pertama kali terinfeksi • Dari hewan-hewan yang sembuh, 50% dapat menjadi karier dengan lesi-lesi kronis di paru-paru. Lesi tersebut bervariasi dalam ukuran • Oleh karena karier tidak dapat diteksi secara klinis maupun serologis, mereka menjadi problem dalam program pengendalian • Kepekaan bangsa hewan, sistem manajemen, dan kondisi kesehatan umum dari hewan ybs merupakan faktor penting yang memengaruhi infeksi

  5. Gejala Klinis • Pada kasus akut, gejala meliputi demam hingga 107 F (41,5 C); anoreksia dan kesakitan; kesulitan bernafas. • Pada kondisi iklim yang panas, hewan sering berdiri menyendiri di bawah naungan, kepala diposisikan lebih rendah dan menjulur, punggung sedikit membusur, dan sikunya keluar. • Perkusi pada dada (thorax) menimbulkan reaksi sakit; respirasi cepat dan dangkal, serta abdominal • Jika hewan dipaksa bergerak cepat, pernafasan menjadi lebih tertekan dan suatu batuk basah yang lembut (soft) akan terjadi

  6. Penyakit berjalan secara cepat, hewan akan mengalami penurunan kondisi, dan pernafasan menjadi sangat berat • Hewan akan rebah dan mati 1 – 3 minggu sejak tampak gejala klinis • Sapi yang terinfeksi kronis mungkin akan menunjukkan gelala klinis dengan intensitas bervariasi selama 3 – 4 minggu. Lesi secara gradual membaik dan hewan tampak sembuh • Kasus-kasus subklinis dapat terjadi dan hewan berperan sebagai karier

  7. Lesi- Lesi • Rongga dada dapat terisi dengan 10 L cairan kuning jernih ataupun cairan keruh bercampur fibrin, dan organ di dalam thorax sering tertutupi dengan deposit fibrin yang tebal • Penyakit umumnya bersifat unilateral. 80-90% kasus hanya menyerang satu sisi paru-paru saja • Paru-paru yang terserang membesar dan mengeras

  8. Pada saat diseksi, tampakan tipikal BCPP akan tampak yakni pelebaran septa interlobular dan jaringan-jaringansubpleural yang menyelubungi lobulus paru yang mengalami konsolidasi berwarnah merah atau kuning • Secara mikroskopis, reaksi tersebut adalah adanya infeksi hebat dan akut berupa pneumonia pleuritis fibrinosa, thrombosis pada pembuluh-pembuluh darah paru, dan nekrosis jaringan paru; jaringan interstitial sangat menebal oleh cairan edema ber-fibrin

  9. Many of the interlobular septa are filled with fibrin and edema fluid. This is very typical of contagious pleuropneumonia and this appearance is referred to as "marbling". Ribs are cut all the way back. Veritable "omelettes of fibrin"

  10. Paru-parusapi. Septa Interlobularismenebalkarenajaringanfibrosa, danjugamengandungkantongkecilberisiudara (air pockets = emhysema). Lobulusmerah & basah (congestion and edema).

  11. Rongga pleural sapi. Lembaranbesar fibrin menutupi pleura bagiandiafragma & costal (panahmerah), danmembentukkantongberisicairanberwarnajerami (panahhitam) (http://www.cfsph.iastate.edu/DiseaseInfo/clinical-signs-photos.php?name=contagious-bovine-pleuropneumonia)

  12. Bovine, tracheobronchial lymph node. Nodus yang dibelahinimembesar (hyperplasia) danmengandungarea fokihemoragi

  13. Jantungsapi. Kantongperikardialberisipenuhcairankeruh The (http://www.cfsph.iastate.edu/DiseaseInfo/clinical-signs-photos.php?name=contagious-bovine-pleuropneumonia)

  14. Pada kasus kronis, lesi-lesi memiliki bagian tengah yang nekrotik yang terbungkus oleh suatu kapsula tebal, dan mungkin terdapat adesi (perlekatan) pleura • Kuman hanya dapat survive di dalam kapsula tersebut, dan hewan dapat menjadi karier

  15. Diagnosis • Diagnosis didasarkan pada gejal-gejala klinis, fikasasi komplemen, aglutinasi lateks, ELISA kompetitif, dan nekropsi • Konfirmasi dilakukan melalui isolasi kuman mikoplasma diikuti dengan uji hambatan pertumbuhan atau uji imunofluoresensi menggunakan serum kelinci hyperimmune ataupun menggunakan PCR • Konfirmasi terhadap reaksi serologs dilakukan dengan immunoblotting test • Segera setelah dugaan wabah, disarnkan pemotongan dan nekropsi terhadap sapi terduga infeksi

  16. Kontrol • Di banyak negara, eradikasi penyakit‒ yang telah dituangkan dalam aturan hukum negara, dilakukan dengan pemotongan semua hewan terinfeksi maupun yang terpapar (exposed animals) • Di negara dimana lalulintas hewan dapat dikendalikan/dibatasi, eradikasi penyakit dilakukan dengan penerapan karantina, pengujian darah (serologis), dan pemotongan • Jika lalulintas sapi tidak dapat dikendalikan, penyebaran infeksi dapat ditekan via vaksinasi menggunakan vaksin atenuasi (misalnya strain T1/44)

  17. Namun, vaksinasi hanya efektif jika angka cakupan vaksinasi di dalam suatu negara tinggi • Penyelidikan sapi terinfeksi di abattoir (RPH), pengujian darah, dan penerapan aturan pengendalian lalulintas ternak secara ketat, sangat penting mingkatkan efektifitas pengendalian penyakit • Pengobatan hanya direkomnedasikan di wilayah endemik oleh karena kuman tidak dapat dieliminasi, dan ancaman munculnya karier • Tylosin (10 mg/kg, IM, bid untuk 6 injeksi) dan danafloxacin 2,5% (2,5 mg/kg, sid 3 hari berturut-turut) dilaporkan efektif

More Related