1 / 31

Gerakan Islam Transnasional Di Indonesia : Tantangan Nation Building Kita

Gerakan Islam Transnasional Di Indonesia : Tantangan Nation Building Kita. M. Imdadun Rahmat, M.Si Wasekjen PBNU Wakil Ketua Komnas HAM Peneliti Gerakan Politik Islam. Islam Transnasional.

denver
Download Presentation

Gerakan Islam Transnasional Di Indonesia : Tantangan Nation Building Kita

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Gerakan Islam Transnasional Di Indonesia: Tantangan Nation Building Kita M. Imdadun Rahmat, M.Si Wasekjen PBNU Wakil Ketua Komnas HAM Peneliti Gerakan Politik Islam

  2. Islam Transnasional • Wacana Transnasional sebagai cultural studies muncul di Eropa untuk mengamati fenomena imigran muslim dari Timur Tengah (10-15 jt) yang tidak kunjung bisa beradaptasi dengan budaya di mana mereka tinggal. Para muslim pendatang tersebut menjadi komunitas ekslusif, tertutup dan teralienasi dengan budaya sekitarnya. • Sebab ketidakmampuan berintegrasi dengan kondisi sosial, kultural dan politik setempat adalah kaitan berlebihan pada kultur asal terutama fatwa-fatwa keagamaan. Negara asal (Timur Tengah) tetap menjadi satu-satunya “poros” beragama.

  3. ….. Transnasional • Meskipun mereka tinggal atau bahkan lahir dan tumbuh di Eropa, namun mereka tetap meminta fatwa kepada ulama-ulama di negara asal atau negara leluhur mereka bukan kepada ulama yang tinggal di Eropa. Mereka mengasosiasikan Islam dengan tanah asal mereka. Islam yang berkembang di Eropa bukanlah Islam yang benar menurut mereka. Akibatnya, antara keislaman dan identitas kebangsaan (identitas bangsa Eropa) mereka tidak terjembatani. • Kajian Transnasional berkembang menyoroti gerakan Islam lintas benua, lintas region dan lintas negara.

  4. Konteks Di Indonesia • Persoalan adaptasi dan persenyawaan antara ajaran Islam dengan ekspresi budaya dan adat-istiadat yang hidup di Indonesia serta adaptasi dengan perkembangan jaman juga digugat oleh gerakan trans-nasional ini. • Dialog antara ajaran Islam dengan kultur Indonesia yang melahirkan warna ”Islam Indonesia” dianggap sebagai Islam yang tidak murni dan tidak otentik. Ia dianggap penuh dengan syirik, bid’ah dan churafat. Sedangkan ijtihad-ijtihad baru dalam kerangka pembaharuan Islam juga dituduh telah menyebabkan sekularisme, penyelewengan Islam dan kesesatan.

  5. …. Indonesia • Oleh karena itu, pedang pemurnian kalangan trans-nasional ini diarahkan kepada dua pihak sekaligus; Islam tradisionalis dan Islam modernis. • Formula baru yang mereka tawarkan baik politik maupun faham keagamaan semata-mata adopsi dari organisasi-organisasi yang menjadi induk mereka. Organisasi-organisasi yang berasal dari Timur Tengah ini menjadi acuan dan rujukan gerakan Islam trans-nasional ini. • Melihat hal ini, tampak adanya kesamaan fenomena antara Islam trans-nasional sebagai gejala demografis dan Islam Trans-nasional dalam konteks jaringan gerakan dan organisasi, yakni sama-sama merujuk kepada faham Islam di negara asal yang puritanis dan tidak mengakui faham Islam yang tumbuh di negara setempat.

  6. Transnasionalsebagai “Islam Global” • Globalized Islam: gejala baru Islam yang bercorak individual, tercerabut dari konteks sosial dan kultural, serta bersifat lintas-negara (transnasional). • Anak kandung Globalissasi: kemudahan komunikasi dan transportasi => penyebaran ide dan Human movement. • Deteritorialisasi: “hilangnya relasi kebudayaan dari teritori sosial dan geografisnya”. • Individualisasi: trend Islam yang bergerak ke arah Islamisasi individu-individu di dalam konteks pembentukan suatu gagasan tentang ummat yang terdeteritorialisasi dan bersifat global.

  7. ….. Islam Global • Trend ini selanjutnya akan membentuk dua alternatif wajah Islam: • pertama, gerakan yang menonjolkan kesalehan individual dan moderat; dan • kedua gerakan politik Islam yang bersifat radikal atau neo-fundamentalis. Dan sayangnya, kenyataan belakangan ini memperlihatkan bahwa alternatif yang kedua mengambil lebih banyak manfaat dari perkembangan globalisasi.

  8. Jaringan Islam Transnasional Dakwah Salafi IM/PKS HTI JI, MMI, JAT

  9. Jaringan Islam Transnasional Radikal- Wahabis

  10. Ihwanul Muslimin

  11. IkhwanulMuslimin: • .

  12. IM ….. • Pecahan IM Ultra Radikal (IM faksi Sayyid Quthb):

  13. HTI • Hizb al-Tahrir:

  14. DakwahSalafi • .

  15. Karakter Fundamentalis/Dakwah Salafi Membid’ahkan dan memusyrikkan amalan-amalan kaum pesantren: Mauludan, Ziarah Kubur, Dzibaan, Tahlil, Dzikir, Toriqoh, dan sebagainya. Ini dianggap menodai kemurnian Islam. Literalis (harfiyyah): menolak ta’wil dan penafsiran Qur’an dan Sunnah secara yang tersurat. Tidak mengakui akal: membatasi sumber istinbath hanya dengan wahyu. Wahyu merupakan sumber satu-satunya dalam Islam. Anti imam-imam madzhab dan membuang kitab kuning. Hanya menganut Imam Ahmad Bin Hambal versi Ibnu Taymiyyah, dan Muhammad Bin Abdul Wahhab. Intoleran: cenderung memusuhi kelompok lain dan menganggap hanya ajaran kelompoknya sendiri yang benar. Mudah mengkafirkan orang yang tidak seajaran dengan mereka.

  16. Karakter Islamis-Radikal dan Kelompok Teroris Kelompok ini memiliki persamaan dengan karakter kelompok fundamentalis (sebagaimana diuraikan di depan). Radikal: menganggap kehidupan Islam dan sistem kenegaraan yang telah ada di dunia muslim sebagai penyimpangan, dan harus diubah dengan cara yang mendasar. Pro-kekerasan: kondisi yang menyimpang harus diluruskan baik dengan jalan dakwah maupun jalan jihad (perang). Fanatik-militant: meyakini dengan mutlak bahwa ajarannya sendiri sebagai kebenaran tunggal yang harus disebarluaskan dengan jalan apapun. Anti-Barat: Barat dipersepsikan sebagai “biang kerok” hancurnya sistem kehidupan yang Islami baik budayanya, intelektualnya, ekonominya, maupun sistem politiknya. Politis: meyakini bahwa kekuasaan politik negara harus diraih karena merupakan kewajiban agama. Mereka yang tidak menerapkan Negara Islam adalah kafir dan boleh dibunuh meskpun orang Islam. Tatharruf: menempatkan yang sunnah sebagai wajib, menjadikan yang furu’ sebagai ushul, mengubah yang profan sebagai sakral.

  17. Agenda Islamis-Radikal dan Teroris di Indonesia • Pertama: Merobohkan NKRI dan anti Pancasila. Menjadikan Islam sebagai entitas politik. Islam difahami, dipersepsikan dan dipakai sebagai ideologi politik untuk membentuk sistem negara yakni negara Islam (al-daulah al-Islamiyyah) atau Khilafah Islamiyah versi mereka sendiri. • Kedua: Menerapkan ajaran Islam dalam masyarakat menurut versi mereka. Perempuan harus memakai cadar, pemisahan yang ketat antara laki-laki-perempuan, laki-laki harus memakai jenggot, celana ngatung dan gamis. Tanpa menerapkan hal tersebut, masyarakat dianggap jahiliyah.

  18. Antagonisme Islam TransnasionalterhadapPrinsip-prinsipKebangsaan • Pertama, NKRI: • HTI ---- KhilafahIslamiyyah, wajib, sekarang.. • NII ----- negara Islam Indonesia, diwilayah Indonesia • MMI / JAT ---- Negara Islam di Indonesia. Khilafah, nantikalaumemungkinkan.. • IM/Tarbiyah ---- negara Islam, negara Islam regional, dankhilafah… • JI --- Negara Islam Nusantara Raya, meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai, dan Filipina Selatan. • DakwahSalafinon politik (tidakmenolak NKRI tapitidakmenganjurkanpenguatan NKRI)

  19. Kedua, Pancasila: • HTI, NII, MMI, IM/Tarbiyah, JI: Al-Qur’an dan Sunnah. Menolak Pancasila sama sekali. • Dakwah Salafi Abstain • FPI menerima Pancasila dengan pemaknaan yang religius. • Ketiga: UUD 1945 dan Sistem Hukum: • Kedaulatan Rakyat vs Al-Hakimiatu lillah; demokrasi vs teokrasi atau teo-demokrasi; • HTI, NII, MMI, IM/Tarbiyah, JI: Konstitusi Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah dan implementasi hukum syariat Islam secara kaffah. Menolak UUD 45 sama sekali. • Dakwah Salafi Abstain atas konstitusi/UUD 45 tapi mendukung penerapan Syariat Islam sebagai hukum publik.

  20. .. Keempat: Bhinneka Tunggal Ika (Prinsip pengakuan hak eksistensi dan kesederajatan semua kelompok bangsa termasuk posisi agama): HTI, NII, MMI, IM/Tarbiyah, JI menolak prinsip ini. Islam dan ummat Islam sebagai mayoritas harus memiliki status istimewa (political prefelege): 1. Islam harus sebagai agama resmi negara. 2. Status warga penuh vs Dlimmi bagi non-muslim. 3. Hak atas implementasi hukum syariat. 4. Hak atas kepemimpinan tertinggi dan jabatan-jabatan penting (presiden harus beragama Islam, prosentase terbesar pejabat penting harus muslim). 5. Negara hanya mensupport Islam (dalam Depag tidak boleh ada direktorat non-Islam) Dakwah Salafi abstain (ngomong politik itu bid’ah).

  21. Akar-akar Teologi Kekerasan • Takfir: • SayyidQuthb: IntidaritauhidUluhiyyahadalah Al-hakimiyatulillah. Siapapun yang membuat, menerapkandanmentaatihukumdanaturanbuatanmanusiaiatelahsyirikdankafirmeskipuniaseorangmuslim. Merekainitelahmurtaddanhalaldarahnya. • Pemerintah yang tidakmenerapkanhukum Islam adalah “Toghut” yang harusdiperangi. • Ulama yang mendiamkanataumendukungnyamerekasebut “ulamasu’”. • Masyarakat yang membiarkandanmentaatihukumbukanhukum Islam adalah “masyarakatJahiliah”, meskipunmerekaorang Islam.

  22. Akar… • Jihad tanpa syarat (perang ofensif): • Sayyid Quthb: Memerangi orang kafir saat ini adalah wajib bagi setiap muslim. Saat ini tidak ada lagi kategori kafir dlimmi atau kafir muahhad, semuanya adalah kafir harbi. • Jihad melawan orang kafir harus dilakukan tanpa harus diserang lebih dahulu. (Tiga ayat dalam surat At-taubah telah menasakh ayat-ayat lein tentang perang).

  23. Sosialisasi Islam TolerandanFahamKebangsaan • Mengubah ber-Islam “versi pendek” (instant) menjadi ber-Islam “versi panjang” (ilmiyyah-manhajiyyah). • Meneguhkan prinsip tasamuh, tawazun, I’tidal (Khittoh NU) • Mereposisi pengertian jihad. • Mensosialisasikan rumusan NU tentang pilar-pilar kenegaraan: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebhinekaan. • Mengangkat kembali ajaran (ayat-ayat dan hadits-hadits) tentang peace and harmony.

  24. Argumentasi Perdamaian dan Toleransi • Bid’ah ada dua: bid’ah sayyiah dan bid’ah hasanah. • Hal-hal khilafiyyah adalah hal yang wajar dan tidak menyebabkan kesesatan atau kekafiran. • Islam menyeimbangkan antara dalil naqli (literal) dan aqli (rasionalitas). • Islam menyeimbangkan antara keaslian (Ashalah) dan tajdid (pembaruan dan kontekstualisasi).

  25. Argumen • Mengkafirkanseorangmuslimadalahkekafiran. SabdaRosulullah: “siapa yang mengatakankepadasaudaramuslimnya “haikafir”, makaiatelahkafir”. • Mengancamsesamamuslimdilarang. SabdaRasulullah: “siapa yang mengancamkansenjatakepadakami, makaiatidaktermasukgolongankami. Dan siapa yang menipukami, iabukangolongankami”. • Membunuhsesamamuslimmenyebabkankekufuran. SabdaRosulullah: “mencelaseorangmuslimadalahkefasikan, danmembunuhnyaadalahkekafiran”.

  26. Argumen.. • Tauhiduluhiyyahtidakmengharuskanpenerapan al-hakimiatulillah. Sejauhseorangmuslimterhindardarisyirikdalamibadahkepada Allah makatauhidnyasah. • Sejauhsebuahpemerintahtidakmemerintahkanmaksiatkepada Allah dantidakmenghalangipelaksanaanajaran Islam, makapemerintahitusahdanbolehditaati. Istilah “Toghut” yang asliadalahberhala yang disembah, bukanpemerintahanatausistem.

  27. Argumen.. • Jihad ada berbagai jenis: jihad perang (jihad asghar) dan jihad nafs (jihad akbar), mencari rejeki agar bisa mandiri dan menghidupi keluarga juga jihad. • Jihad (perang) ada aturan fiqihnya. Ada syarat-syaratnya: objeknya adalah kafir harbi, diserang lebih dahulu (defensif), tidak berlebih-lebihan, menerapkan akhlaq peperangan, siap gencatan senjata dan berdamai.

  28. Strategi Gerakan Ulama • Aktif: • Mengimbangikonstruksi “keterampasan” dan “keterancaman” untukmembendungreproduksikebencian. • Menolakdisinformasidanmisinformasiterkaithubungan “buruk” kaummuslimdan “the other” • Mengembangkandanmensosialisasikanetika, nilai-nilaidanspiritualitas agama yang mendukungperdamaiandantoleransi. Dalamhalini, ikhtiarreinterpretasinash agama sangatdiperlukan.

  29. Strategi… • Jaring Pembina Perdamaian: • Para pemimpin agama merankan diri dalam membina dan mengendalikan ummatnya dari provokasi dan mencegah mereka dari keterlibatan dalam aksi kekerasan dan intoleransi (internal policing). • Dalam kondisi ketegangan, dan konflik para pemimpin meredakan permusuhan dan menjadi aktor rekonsiliasi.

  30. Strategi… • Defensif: • Memagari ummat dari firus radikalisme; khususnya teology of hate. • Membendung penyebaran syiar kebencian (hatred spech), paham intoleransi dan ideologi kekerasan.

  31. Ikhtitam • Wallahu A’lamu Bishshawab • Terima kasih

More Related