1 / 37

Pertemuan ke 14: TEKNIK LAPANGAN DALAM EKOLOGI TUMBUHAN Pokok Bahasan :

Pertemuan ke 14: TEKNIK LAPANGAN DALAM EKOLOGI TUMBUHAN Pokok Bahasan : Pengertian Analisis Vegetasi Metode Analisis Vegetasi 1 . Metoda Kualitatif 2. Metode Kuantitatif. A. PENGERTIA ANALISA VEGETASI.

chuck
Download Presentation

Pertemuan ke 14: TEKNIK LAPANGAN DALAM EKOLOGI TUMBUHAN Pokok Bahasan :

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Pertemuanke 14: • TEKNIK LAPANGAN • DALAM EKOLOGI TUMBUHAN • PokokBahasan : • PengertianAnalisisVegetasi • MetodeAnalisisVegetasi • 1. MetodaKualitatif • 2. MetodeKuantitatif

  2. A. PENGERTIA ANALISA VEGETASI Vegetasi merupakankomponen dari ekosistem, sebagaigambaranhasilpengaruh dari kondisiseluruhfaktor lingkungan dan sejarah dari faktor-faktor itu dalam suatu bentuk yang mudah diukur dannyata. Dengan demikian analisis vegetasi dapatdipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen dari suatu ekosistem Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini: mendeskripsikan (harusmemahamitaksonomi) dan menganalisis (harusmemahamimetodeanalisisvegetasi) masing-masing fase tsb menggunakankonsep danpendekatan yang berlainan

  3. Analisa Vegetasi :cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuhan Vegetasi :masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu tempat dalam suatu ekosistem Masyarakat Tumbuh-tumbuhan :kumpulan populasi tumbuhan yang menempati suatu habitat Komunitas ≈ Vegetasi Konsosiasi :komunitas didominasi oleh satu jenis (hutan pinus, hutan jati, padang alang-alang) Asosiasi :komunitas didominasi oleh bermacam-macam jenis (hutan hujan tropis, semak belukar) Bentuk Vegetasi

  4. Analisis Vegetasi mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaan mempelajari tumbuhan bawah, yaitu vegetasi dasar kecuali permudaan pohon tertentu (padang alang-alang, rumput, semak belukar) Studi Floristik Data Kualitatif (misalnya : habitus, penyebaran) Analisa Vegetasi Data Kualitatif & Kuantitatif Data Kuantitatif : jumlah, ukuran, berat kering, luas daerah yang ditumbuhi StudiVegetasi Memerlukan pengukuran & pengamatan Data Lingkunga Pendukung: faktor edafik (bahan induk, induk, topografi, tanah, iklim, organisme, waktu)

  5. Vegetasi Lingkungan Vegetasi sebagai penduga faktor/sifat lingkungan Karena vegetasi bersifat imobil (peka terhadap pengaruh perubahan faktor-faktor lingkungan) Nilai ekonomi - Potensi pohon devisa - Padang rumput penggembalaan Nilai biologi peranan vegetasi Hutan Sebagai pakan Tata air Iklim Habitat satwa Nilai Analisis Vegetasi Bisa diketahui Karena komunitas tumbuhan sangat luas dan kompleks, maka untuk mendapatkan informasi tentang komposisi dan struktur vegetasi tidak mungkin secara sensus perlu pengambilan sample/contoh Sampling

  6. B. METODE ANALISIS VEGETASI 1. Metoda kualitatif - non destruktif – nonfloristika Menganalisis vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya Pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama sekali diabaikan Membuat klasifikasinya dengan dasar-dasar tertentu, misalnyaberdasarkanbentukhiduptumbuhan

  7. ContohSistem Klasifikasi Bentuk Hidup dari Du Rietz (1931) A. Tumbuhan Tinggi 1. Ligniden (tumbuhan berkayu) a. Magnoligniden (m) – tumbuhan tingginya lebih 2 m 1. Deciduimagnologniden (md), luruh 2. Aciculimagnoliniden (ma), daun jarum selalu hijau 3. Laurimagnoliniden (ml), tumbuhan selalu hijau lainnya b. Parvoligniden-Perdu, 0,8 m – 2 m tingginya 1. Deciduiparvoligniden (pd) 2. Aciculiparvoligniden (pa) 3. Lauriparvoligniden (pl) c. Nanoligniden (n) tinggi dibawah 0,5 m d. Lianen (li) tumbuhan memanjat/liana 2. Herbiden (herba) a. Terriherbiden – herba daratan 1. Euherbiden (h), herba 2. Gramiden (g), rerumputan b. Aquiherbiden-herba air 1. Nymphaeiden (ny) berakar dengan daun terapung 2. Elodeiden (e) berakar tanpa daun terapung 3. Isoetiden (i) berakar dan roset 4. Lemniden (le) terapung bebas, tak berakar.

  8. B. Lumut Daun (Bryophyta) Eubryden (b) Contoh: Semua lumut termasuk lumut hati Sphagniden (s), Contoh: Sphagnum spp C. Lumut Kerak D. Lichen E. Algen Contoh: Algae F. Fungi Contoh: Jamurkayu

  9. ContohklasifikasiRaunkiaer (1934): Klasifikasi dunia tumbuhan berdasarkan letak pucuk pertumbuhan terhadap permukaan tanah Phanerophyta Letak titik perpucukan yang bebas diudara minimal 25 cm di atas permukaan tanah Semua tumbuhan berkayu baik itu pohon maupun perdu Megaphanerophyta – letak perpucukan lebih dari 30 m Mesophanerophyta – letak perpucukan (8 – 30) m Microphanerophyta – letak perlucukan (2 – 8) m Nanophanerophyta – letak perpucukan 25 cm – 2 m Chamaephyta; perpucukan lebih rendah dari 25 cm di atas permukaan tanah Contoh: suffruticiosa; decumben; stoloniferous Hemicryptophyta; perpucukan tepat di atas permukaan tanah Contoh: herba dan rerumputan Cryptophyta; dan perpucukan berada di bawah tanah atau di dalam air. Contoh: tumbuhan berumbi dan rimpang Therophyta Contoh: semua tumbuhan satu musim

  10. Kasifikasi tinggi pohon:

  11. Cara pengambilan contoh (sampling) harus memperhatikan 4 hal : Ditentukan berdasarkan a. Ukuran petak • ukuran tumbuhan (tumbuhan bawah, semai, pancang, tiang, pohon) makin tinggi luas • Kerapatan tumbuhan (makin rapat makin kecil). • Heterogenitas (makin heterogen makin besar/luas) • Prinsip Sampling harus: • mewakilikomunitastumbuhanpetakharuscukupbesar agar individudalamcontohterwakili, tetapiharuscukupkecildan detail agar individu yang adadapatdipisahkan (dihitungtanpaadaunsurduplikasi) • Memperhitungkankendalawaktu, biaya, dantenaga • Memenuhisyaratintensitas sampling (antara 10 – 30%) 2. MetodeKuantitatif Intensitas Sampling (SI) dpt dihitung dg rumus: IS = Luas contoh x 100 % Luas areal studi

  12. b. Bentuk Petak • Penting dalam menunjang kemudahan analisis vegetasi dan efisiensi pengambilan sample • Macam macam bentuk petak : • Segi Empat (jalur) • Efektif untuk mempelajari perubahan vegetasi karena pengaruh perubahan lingkungan. Asalkan arah jalur tegak lurus kontur. • Bujursangkar (kuadrat) • Merupakan cara yang luas penggunaannya karena dapat disesuaikan dengan semua tipe-tipe komunitas tumbuhan. • Lingkaran • Untuk vegetasi yang rendah, mudah dilakukan dengan memutartambang pada titik lingkaran. Error lebih kecil. c. Jumlah Petak • Jumlah petak harus minimum dengan mempertimbangkan kendala waktu, biaya, dan tenaga, tetapi harus cukup mewakili • Optimal ukuran dan jumlah petak yang mewakili komunitas tumbuhan caranya dg menggunakan kurva species area

  13. d. Kurva Species Area • Dapatdigunakanuntukmengetahuiluas minimal danjumlah minimal kuadrat yang akandigunakan • Cara Kerjauntukmenentukanluas minimal kuadrat: • Buatlahpetakkecilukuran 1 x 1 m • Hitunglahjumlahjenistumbuhanygadadlmpetak 1 x 1 m tsb • Perbesarpetak 1 x 1 m tsbdua kali lipatsehinggamenjadi 2 x 1 m, kemudianhitunglahjumlahjenistumbuhannya. • Perbesarlagipetakpetakterakhirdua kali lipat, danlakukanperhitunganjumlahjenistumbuhannya. • Demikianseterusnyasampaitidakterjadilagipenambahanjumlahjenisataupenambahannyakurangdari 10% • Kemudianbuatlahkurva species areanyasbb:

  14. Kurva Species Area(Luas Minimum Kuadrat) Titik singgung Garis singgung Kurva data utuh Jumlah species Garis 10% Luas Petak (m2) Luas minimum kuadrat Koordinat 10% dr XY

  15. Kurva Species Area(JumlahMinimum Kuadrat) Titik singgung Garis singgung Kurva data utuh Jumlah species Garis 10% Jumlah Petak Jumlah minimum kuadrat Koordinat XY 10%

  16. Jml jenis Optimum 27 23 Titik optimasi dicapai bila penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan jenis atau maksimal 5-10% 18 10 5 Luas petak 1 2 4 8 16 • Luas berbagai petak contoh pada berbagai tipe vegetasi berdasarkan penelitian Lihat Soerianegara & Indrawan, 1988 • Jadi jumlah petak contoh disesuaikan dengan luas contoh dan ukuran petak.

  17. e. Cara Peletakan Petak Contoh di Lapangan • Perlu orientasi/pengamatan pendahuluan (Reconaicence) • Melihat keseluruhan • - Jenis dominan • - Hub. Antara komunitas dengan lingkungan (topografi, genangan air, dsb). • - Tipe & kerapatan tegakan homogenitas • Peletakan petak contoh • - Purposive (ditentukan) subyektif • - Acak/Random murni • sistematik (jarak tertentu) 1 2 3 1 2 3 4 5 6 4 5 6 7 8 9 7 8 9 sistematik murni

  18. Langsung Acak Bertingkat (Stratified random sampling) perbedaan tinggi, tempat, tanah, umur, dll pengacakan dipisahkan, kemudian baru diacak A Misalnya : Pembagian berdasarkan jenis tanah A, B, C C B • Pelaksanaan penarikan contoh di lapangan • Surveyor perlu melengkapi data lapangan : peta lokasi, data tanah, data topografi, data vegetasi. • Parameter kuantitatif yang biasa digunakan dalam Anveg adalah : • 1. Identifikasi tumbuhan : - pengenalan lapangan • - tanya pada ahli • - buku identifikasi • - herbarium • - lembaga herbarium

  19. 2. Kerapatan :Nilai yang menunjukkan jumlah individu dari jenis-jenis yang menjadi anggota suatu komunitas tumbuhan dalam luasan tertentu. • Kerapatan Relatif :Persentase individu jenis dalam komunitas. • Relatif menghindari kemutlakan nilai/angka, karena sampling bukan sensus • Kesulitan menghitung kerapatan untuk rumpun/menjalar • individu di tepi petak contoh • contoh : perlu perjanjian. • 3. Frekuensi :Nilai besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis di dalam komunitasnya. • Frekuensi dipengaruhi : • Pengaruh luas petak contoh • semakin luas semakin besar jumlah jenis terambil frekuensi semakin besar • Pengaruh penyebaran tumbuhan • Jenis yang menyebar merata berpeluang frekuensi semakin besar • pengaruh ukuran jenis tumbuhan • Tumbuhan yang tajuknya sempit akan mempunyai peluang terambil lebih besar daripada luasan yang sama sehingga • frekuensi semakin besar

  20. 4. Dominansi :Besaran yang menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh. - berapa luas areal yang ditumbuhi - kemampuan suatu jenis tumbuhan untuk bersaing terhadap jenis yang lain Pengukuran Dominansi : - Penutupan tajuk - Luas bidang dasar - Biomassa - Volume 5. Indeks Nilai penting (INP) INP = KR + FR + DR dipakai sebagai cara interpretasi analisis vegetasi 6. Perbandingan Nilai Penting (PNP) PNP = SDR (Summed Dominance Ratio) Jumlah nilai penting dibagi dengan besaran yang membentuknya PNP = 1 – 100%

  21. Cara petak/kuadrat (Quadrat Sampling Techniques) • 1. Petak tunggal (pohon/permudaan & tumbuhan bawah) • 2. Petak ganda (pohon/permudaan & tumbuhan bawah) • 3. Jalur/transek (pohon/permudaan & tumbuhan bawah) • 4. Jalur berpetak (pohon/permudaan & tumbuhan bawah) • Cara tanpa petak • 1. Cara kuadran (pohon) • 2. Cara berpasangan (pohon) • 3. Cara garis intersep (tumbuhan bawah) • 4. Cara titik intersep (tumbuhan bawah) • 5. Cara Bitterlich • Pemilihan Metode Analisis Vegetasi tergantung pada : • Tipe Vegetasi • Tujuan Studi • Ketersediaan dana, waktu, tenaga, dan kendala lain BeberapaMetodeAnalisisVegetasiKuantitatif

  22. Penjelasan Metode Analisis Vegetasi a. Cara Petak • PetakTunggal • - Hanya satu petak contoh • - Luas petak contoh berdasarkan Kurva Species Area • - Cocok untuk hutan yang benar-benar homogen • - Luas petak : • Meijer Dress(1954) 0,25 ha (hutan Dipterocarp di Bangka • Nicholson (1965) 0,6-1,5 ha (Kalimantan Utara) • Richard (1952) 1,5 ha hutan tropika • Wyatt-Smith (1959) 0,6 ha • Vestal (1949) + 3 ha (hutan hujan tropika) • Cain & Casto (1959) persegi panjang 20 m x 1500 m (selanjutnya dibagi petak-petak kontinyu) 2. Petak Ganda - Banyak petak (>1 petak) tersebar merata (acak sistematik) - Jumlah petak tergantung - Kurva species area - Intensitas sampling - Keadaan vegetasi

  23. - Besarnya petak contoh untuk pohon, permudaan, dan tumbuhan bawah berbagai ahli berbeda pendapat • Oosting (1942) • - pohon 10 m x 10 m • - tumbuhan bawah/semak (tinggi 3 m) 4 m x 4 m • - tumbuhan bawah & terna 1 m x 1 m • Gates (1949) • - pohon 0,2 ha • - semak & sapling 0,02 ha • - tumbuhan bawah & seedling 0,004 • Wyatt-Smith (1959) • - pohon 0,04 ha • - pohon kecil  <4 inchi 0,01 ha • - tumbuhan bawah & seedling 0,004 ha • Wyatt-Smith (1959) • - pohon 0,1 ha • - semak & sapling 0,01 ha • - tumbuhan bawah & seedling 0,001 ha • Soerlanegara (1967) • - pohon 0,1 ha • - semak & sapling 0,01ha • - tumbuhan bawah & seedling 0,001 ha

  24. 3. Cara Jalur atau Transek • - Hutan sangat luas • - Belum diketahui keadaan sebelumnya • - Cocok untuk mengetahui perubahan vegetasi berdasarkan perubahan faktor lingkungan • Cavin & Castro (1959) - lebar 20 m, panjang 1000 m • - jarak antar jalur 200 m • - intensitas (IS) 10 % • Boon & Tideman (1950) - Indonesia • - lebar 10 m-20 m • - jarak antar jalur 200-1000 m • - IS 2 % luas hutan ≥ 10.000 ha • - IS 10 % luas hutan < 1000 ha • INTAG (1967) : Hutan luas minimal 5 jalur dengan jarak antar jalur 1-5 km - Jalur dibagi petak-petak yang lebih kecil berdasarkan sampling permudaan (Nested Sampling)

  25. 2 20m 5 5 10 10 20m pohon 15 plot tiang 15 plot pancang 15 plot semai 15 plot

  26. 20m 2 5 2 10 5 10 20m 4. Cara jalur berpetak (garis berpetak) - Modifikasi petak ganda atau cara jalur - Modifikasi petak ganda melompat satu/lebih petak dalam jalur - Bentuk segi panjang, bujur sangkar, lingkaran bujur sangkar/segi panjang - Ukuran petak 10x10; 20x20; 20x50 lingkaran r = 17,8m (0,1 ha) - Dibuat petak-petak kecil dalam petak - Dapat pula kombinasi antara jalur dan garis berpetak jalur untuk pohon garis berpetak untukseedling, sapling, poles.

  27. b. Cara-cara Tanpa Petak • Hanya digunakan untuk pohon • Tujuannya hanya untuk mengetahui komposisi pohon, dominasi pohon, dan menaksir volume pohon.

  28. 1. Cara Bitterlich Pohon dihitung ● ● 66cm Pohon tidak dihitung Pohon dihitung - Untuk tiap jenis dihitung Lbds x 2,3 m2/haN= Σ pohon ke-I n= Σ titik pengamatan jenis ke-i - Pengamatan pada titik tertentu sepanjang garis kompas N = B n

  29. 2. Cara Kuadran (point Quarter Method) - Garis kompas - Titik pengukuran sepanjang kompas pada jarak tertentu d3 d1 d4 d2 - Yang perlu diukur : - jarak pohon terdekat tiap kuadran - diameter pohon ()

  30. 3. Cara Berpasangan Pohon pertama Jarak pengukuran (d2) 900 Jarak pengukuran Arah kompas Titik pengukuran 900 Pohon kedua

  31. ANALISA DATA a. Cara Kuadrat (Quadrat Sampling Techniques) Kerapatan (K) = Jumlah Individu Jenis Luas contoh Kerapatan Relatif (KR) = Kerapatan dari suatu jenis x 100 % Kerapatan seluruh jenis Dominansi (D) = Jumlah Bidang Dasar Luas petak contoh Dominansi Relatif (DR) = Dominansi dari suatu jenis x 100 % Dominansi seluruh jenis Frekuensi (F) = Jumlah plot ditemukan suatu Jenis Jumlah seluruh plot Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi dari suatu jenis x 100 % Frekuensi seluruh jenis Indeks Nilai Penting (INP) = KR + DR + FR Summed Dominance Ratio (SDR) = INP 3 Nilai INP = 200 % atau 300 % tergantung jumlah parameter yg digunakan Nilai SDR = 100 %

  32. b. Cara Kuadran (Point Quarter Techniques) Jarak pohon rata-rata : + + + + d d d ... d = 1 2 3 n d n Dimana, d1.…dn = jarak masing-masing pohon n = banyaknya pohon Luas (jarak pohon rata-rata)2 Kerapatan Seluruh Jenis (Ks) = Kerapatan Seluruh Jenis/ha (K/ha) = 10.000 (jarak pohon rata-rata)2 Jumlah pohon suatu jenis Jumlah pohon semua jenis x 100 % Kerapatan Relatif (KR) = Keraparatan Relatif Suatu Jenis 100% Kerapatan (K) = X Kerapatan seluruh jenis

  33. Dominansi (D) = (Kerapatan dr suatu jenis x nilai rata2 dominansi suatu jenis) x rata Lbds per jenis • INP = KR + DR + FR • PNP = INP/3 Dominansi dari suatu jenis = Dominansi Relatif x 100 % Dominansi dari seluruh jenis Jumlah titik pengukuran ditemukan suatu jenis = Frekuensi Jumlah titik pengukuran Frekuensi suatu jenis = Frekuensi x 100% Frekuensi semua jenis

  34. c. Cara Berpasangan (Random Pairs Techniques) Jarak pohon rata-rata dimana, d1 …dn = Jarak masing pasangan pohon n = banyaknya jarak pasangan pohon yang tercatat Kerapatan dari suatu jenis = Kerapatan Relatif (KR), Kerapatan (K), Dominansi (D), Dominansi Relatif (DR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR) dihitung dengan cara yang sama dengan cara kuadran. + + + + 0,8 (d d d ... d ) = 1 2 3 n d n Luas (0,8 x d ) d. Cara Garis Intersep (Line Intersep Techniques) é ù é ù 1 Kerapatan (K) = Luas å ê ú ê ú Total Panjang Tr ansek M ë û ë û

  35. Kerapatan Relatif (KR) = Kerapatan dari suatu jenis x 100 % Kerapatan seluruh jenis Dominansi suatu jenis = Total panjang intersep suatu jenis x 100 % (% dari penutupan) Total panjang transek Dominansi Relatif (DR) = Total panjang intersep suatu jenis x 100 % Total panjang intersep semua jenis Frekuensi = Jml interval ditemukan suatu jenis Jml semua/seluruh interval transek X 100% Seluruh interval transek ditemukan suatu jenis å é ù 1 M Frekuensi yang dipertimbangkan = N ë û Frekuensi yang dipertimba ngkan suatu jenis Frekuensi Relatif (FR) = Total frekuensi yang dipertimba ngkan semua jenis INP = KR + DR + FR PNP = INP/3 Total panjang permukaan tanah yang tidak ditutupi vegetasi Total panjang transek - Total Coverage = 100% Total panjang transek

  36. Σ sentuhan per jenis Σ seluruh sentuhan x 100 % Dominansi Suatu Jenis (%) = Dominansi Relatif (%) = Dominansi suatu jenis Dominansi seluruh jenis x 100 % Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif dihitung dengan cara yang sama dengan metode kuadrat Dari data tersebut dapat dicari : • Indeks Dominansi • Indeks Keragaman • Homogenitas Komunitas • Indeks Kesamaan • Asosiasi Antar Jenis • Pola Penyebaran • Ordinansi komunitas • Klasifikasi Vegetasi tipe/asosiasi hutan • Stratifikasi sifat fisiognomi dari suatu formasi hutan e. Cara Berpasangan (Pair Quarter Techniques)

  37. Dengan biseet (jalur memanjang) dilukis bentuk dan tinggi pohon (pohon ditebang dan diukur • Jalur diukur pohon berdiri dan digambar • Grafis (Danserreau, 1958) gambar dengan simbol-simbol • Histogram dari tinggi total pohon/stratifikasi vertikal (Soerianegara, 1967)

More Related