1 / 39

BUDAYA KESELAMATAN DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR Oleh : Ir.Yusri Heni Nurwidi Astuti,M.Eng &

BUDAYA KESELAMATAN DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR Oleh : Ir.Yusri Heni Nurwidi Astuti,M.Eng & Heryudo Kusumo BASIC PROFESIONAL TRAINING COURCE Cisarua, 17 Maret – 14 April 2014. PENDAHULUAN (1). Tujuan Instruksional Umum :

chanel
Download Presentation

BUDAYA KESELAMATAN DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR Oleh : Ir.Yusri Heni Nurwidi Astuti,M.Eng &

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BUDAYA KESELAMATAN DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR Oleh : Ir.Yusri Heni Nurwidi Astuti,M.Eng & Heryudo Kusumo BASIC PROFESIONAL TRAINING COURCE Cisarua, 17 Maret – 14 April 2014

  2. PENDAHULUAN (1) • Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pelatihan peserta dapat memahami karakteristik, penerapan, dan pengembangan budaya keselamatan • Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti pelatihan peserta dapat memahami tentang : a. Karakteristik Budaya keselamatan b. Penerapan Budaya Keselamatan c. Pengembangan Budaya Keselamatan

  3. PENDAHULUAN (2) Mengapa Budaya Keselamatan Diperlukan ? • Adanya kesadaran bahwa kecelakaan radiasi dapat menimbulkan dampak yg dpt merugikan keselamatan dan kesehatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup meliputi lintas batas daerah dan negara . • Adanya kesadaran utk meyakinkan masyarakat bahwa pemanfaatan tenaga nuklir adalah aman, terkendali, dan ramah lingkungan. • Keinginan komunitas nuklir di dunia ( organisasi dan individu yg terlibat dlm kegiatan pemanfaatan nuklir ) untuk meningkatkan budaya keselamatan nuklir yg efektif dalam upaya memperkecil kecelakaan.

  4. PENDAHULUAN (3) • Salah satu tujuan pengawasan adalah “meningkatkan kesadaran hukum pengguna tenaga nuklir untuk menimbulkan budaya keselamatan” (Pasal 15 butir d UU No.10/1997) • Dalam Penjelasan Pasal 15 disebutkan bahwa “Budaya keselamatan adalah sifat dan sikap dalam organisasi dan individu yang menekankan pentingnya keselamatan” • Penerapan budaya keselamatan pada institusi/ organisasi pemanfaat tenaga nuklir menuntut komitmen dari tingkat manajemen dan pekerja yang menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama

  5. PARAMETER UTAMA TERKAIT FAKTOR MANUSIA Masalah utama kecelakaan disebabkan oleh 68 % Kesalahan Manusia, 15% Kerusakan Peralatan, 8 % Kesalahan Prosedur, 9 % Penyebab lainnya Teknologi Dan standards SMKN/SMK3 Management Systems Incident rate Peningkatan Budaya Keselamatan Time

  6. Kinerja Keselamatan bersangkut paut dgn Perilaku Tidak Aman/Kesalahan Manusia

  7. Insiden dg Potensi menimbulkan Cedera Serius: • Perilaku tidak aman/beresiko • Tidak mentaati aturan atau prosedur • Mengambil jalan pintas • Terburu-buru • Mempergunakan penilaian yang buruk • Tidak memelihara housekeeping yang baik • Posisi yang tidak nyaman/janggal • Pergerakan yang berulang-ulang • Beban yang berat dan besar • Pengaturan peralatan yang buruk • Peralatan yang dirancang/dirawat dengan buruk. • Dan lain-lain

  8. KARAKTERISTIK BUDAYA KESELAMATAN • PENGERTIAN BUDAYA KESELAMATAN • TANGGUNG JAWAB PEMEGANG IZIN • KARAKTERISTIK BUDAYA KESELAMATAN

  9. Workplace C Workplace D Workplace B Workplace A PENGERTIAN BUDAYA KESELAMATAN Difinisi IAEA BK : Gabungan dari karakteristik & sikap organi sasi & indiv. yg memandang keselamatan sebagai prioritas utama, dimana isu keselamatan memperoleh perhatian yg sepadan dg kepentingannya UU No.10 th 1997 – Ketenaganukliran Budaya keselamatan adalah sifat & sikap dlm organisasi & individu yg menekankan pentingnya keselamatan. Dhi, budaya keselamatan mensyaratkan agar semua kewajiban yg berkaitan dg keselamatan hrs dilaksanakan dg benar, seksama, dan penuh rasa tanggung jawab. US – NRC : Budaya keselamatan yg baik adalah refleksi tata nilai yg terdapat dlm semua tingkatan dalam organisasi dan didasarkan pada keyakinan bahwa keselamatan adalah penting dan menjadi tanggungjawab setiap individu. Organisasi Kerangka kerja Keselamatan Manajemen Individu SIKAP

  10. PP 33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif , pasal 7. Penanggung Jawab ( PI & Pihak terkait ) wajib mewujudkan budaya keselamatan pada setiap pemanfaatan tenaga nuklir dengan cara: Membuat standar operasi prosedur & kebijakan yang menempatkan proteksi keselamatan pada prioritas tinggi Mengidentifikasi dan memperbaiki faktor yang mempengaruhi proteksi dan keselamatan dengan tingkat potensi bahaya Mengidentifikasi secara jelas tanggung jawab setiap personel atas proteksi & keselamatan Menetapkan kewenangan personel yang jelas dalam setiap pelaksanaan proteksi & keselamatan Menetapkan kualifikasi dan pelatihan yang memadai untuk setiap personel; dan Membangun jejaring komunikasi yang baik pada seluruh tingkatan organisasi, utk menghasilkan arus informasi yang tepat mengenai proteksi & keselamatan 2) . Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan budaya keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan PerKa BAPETEN

  11. KARAKTERISTIK BUDAYA KESELAMATAN (1) Karakteristik Budaya Keselamatan mencakup 5 unsur utama, yaitu: • Keselamatan merupakan nilai organisasi/ lembaga • Kepemimpinan dalam keselamatan • Akuntanilitas keselamatan • Keselamatan terintegrasi • Keselamatan merupakan proses pembelajaran

  12. KARAKTERISTIK BUDAYA KESELAMATAN (2) Keselamatan merupakan nilai organisasi/lembaga: • Kebijakan keselamatan • Komitmen • Sumberdaya keselamatan • Rewards and punishment

  13. KARAKTERISTIK BUDAYA KESELAMATAN (3) Kepemimpinan dalam keselamatan: • Pemilikan safety leadership • Pimpinan sebagai contoh (role model) • Pimpinan pembelajar • Transfer of knowledge

  14. KARAKTERISTIK BUDAYA KESELAMATAN (4) Akuntabilitas keselamatan: • Peran dan tanggung jawab dalam keselamatan • Hubungan manajemen instalasi dengan badan pengawas • Hubungan manajemen instalasi dengan pekerja

  15. KARAKTERISTIK BUDAYA KESELAMATAN (5) Keselamatan terintegrasi: • Sinergisme antara Keselamatan Operasi dengan Target Produksi • House keeping

  16. KARAKTERISTIK BUDAYA KESELAMATAN (6) Keselamatan merupakan proses pembelajaran: • Belajar dari pengalaman • Self assesment • Indikator kinerja keselamatan

  17. PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN • KOMITMEN BUDAYA KESELAMATAN • PENERAPAN KOMITMEN BUDAYA KESELAMATAN DI TINGKAT ORGANISASI • TANGGUNG JAWAB BERBAGAI UNSUR/ TINGKAT ORGANISASI DALAM PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN

  18. BUDAYA KESELAMATAN Sikap Ingin Tahu Komitmen Individu Pendekatan yang Ketat & Waspada Def. Tanggung Jawab Komunikasi Def. dan Kendali Praktek Keselamatan Komitmen Manajer Kualikasi dan Pelatihan Penghargaan dan Sanksi Pernyataan Kebijakan Keselamatan Audit, Tinjauan & Pembandingan Struktur Manajemen Komitmen Tingkat Kebijakan Sumber Daya Pengaturan Diri

  19. ORGANISASI PROTEKSI RADIASI ORGANISASI TERKAIT Komitmen Tingkat Kebijakan Kepala Institusi ( Tertinggi ) Pengusaha Instalasi Direktur, Kepala Bag. / Divisi Manajer << Kepala PetugasProteksi Radiasi Komitmen Tingkat Manajer Pelaksana : Inspektur, Peneliti OR, dll Komitmen Tingkat Individu Pekerja Radiasi

  20. KOMITMEN PADA TINGKAT KEBIJAKAN Berdasarkan Budaya Keselamatan • membentuk org. prot.radiasi • mempekerjakan personil yg kompeten • memberitahu potensi bahaya radiasi • menyediakan prosedur kerja - JK • menyediakan peralatan keselamatan dan fasilitas kerja yg memadai • menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan • memberitahu Yang Berwenang bila terjadi kecelakaan 1. Pernyataan kebijakan tentang keselamatan. 2. Struktur Manajemen 3. Sumberdaya (resources )‏ 4. Pengaturan diri ( self regulation )‏ Kepala Institusi / Lembaga Pengusaha Instalasi / Pemegang Ijin Tanggung Jawab Pengusaha Instalasi

  21. KOMITMEN PADA TINGKAT MANAJER • memberikan instruksi • mengusahakan penyinaran serendah mungkin • melakukan pengolahan limbah • mencegah perubahan • menjaga zat radioaktif • mencegah orang memasuki daerah radiasi • menyelenggarakan dokumentasi • menyarankan pemeriksaan kesehatan • memberikan penjelasan dan perlengkapan kepada pengunjung Berdasarkan Budaya Keselamatan 1. Difinisi dan tanggungjawab 2. Difinisi dan kontrol praktek keselamatan 3. Penghargaan dan Sanksi 4. Kualifikasi & Training 5. Audit , Review & Pembandingan Level Manajer << Kepala / PI Direktur, Ka.Bag/Div, Ka.Si, PPR, AR, dll. Tugas & Tanggungjawab PPR

  22. KOMITMEN INDIVIDU Komitment Individu pada Budaya Keselamatan • bekerja sesuai prosedur • memanfaatkan peralatan • melaporkan setiap kejadian • melaporkan gangguan kesehatan • Mengikuti Diklat K3 Radiasi a. Sikap Ingin Tahu b. Pendekatan Yg ketat & Waspada c. Komunikasi Ka. Institusi / PI, Manajer/Ka Div/PPR , Pelaksana / Peneliti / Inspektur/PR /OR,dll Pekerja Radiasi

  23. Lihat, Berbicara dan Dengar Know Plan Act Sense Tahukah anda apa yang harus dilakukan? Dptkah anda Melakukan- nya? Tahukah anda seberapa Burukkah itu? Dptkah anda Melihatnya? Pelihara – lakukan terus Lingkungan Kerja Bahaya/Resiko 23

  24. PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN • TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN • CONTOH PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN (PERTAMINA)

  25. TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN Tahap 1 Keselamatan didasarkan pd pemenuhan peraturan perundangan. Tahap 2 Kinerja keselamatan yg baik menjadi tujuan organisasi. Tahap 3 Kinerja keselamatan senantiasa ditingkatkan.

  26. Tahap I. Keselamatan Didasarkan Pada Pemenuhan Peraturan. • Pada tahap ini organisasi memandang keselamatan sebagai prasyarat eksternal dan bukan sebagai aspek untuk bertindak yang dapat membantu organisasi mencapai tujuan. • Persyaratan eksternal tersebut dapat dari pemerintah atau pengawas. • Keselamatan dipandang sebagai masalah teknis semata, yaitu kepatuhan terhadap peraturan.

  27. Tahap 2. Kinerja Keselamatan Yang Baik Menjadi Tujuan Organisasi. • Pada tahap ini organisasi sudah memiliki manajemen yang memandang kinerja keselamatan sebagai sesuatu yang penting, walaupun tidak ada tekanan dari badan pengawas. • Kinerja keselamatan dikaitkan dengan aspek bisnis untuk mencapai sasaran yang ingin diwujudkan

  28. KINERJA KESELAMATAN MENURUN TIMBUL MASALAH KESELAMATAN BUDAYA KESELAMATAN LEMAH Safety Culture Warning Flags – indicators of declining Safety performance * * * * * * * * * * * * * * Model Kinerja Keselamatan

  29. Tahap 3. Keselamatan Senantiasa Ditingkatkan. • Pada tahap ini organisasi sudah menerapkan gagasan untuk secara terus menerus meningkatkan dan melaksanakan konsep-konsep kinerja keselamatan yang didasarkan pada kesadaran dan perilaku keselamatan yang tinggi

  30. CONTOH PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN (PERTAMINA) Berdasarkan pedoman penilaian budaya HSE (Health, Safety and Environment), tingkat budaya HSE di PT. Pertamina dibagi menjadi 5 (lima) tingkatan, yaitu: • Pathological • Reactive • Calculative • Proactive • Generatif

  31. TAHAP PATHOLOGICAL • Pada tahap ini, para pekerja benar benar tidak peduli tentang keselamatan. • HSE dibiarkan sendiri sebagaimana adanya. • HSE hanya digerakkan oleh pemenuhan UU dan peraturan keselamatan. • Berita buruk dihindari dan diabaikan.

  32. TAHAP REAKTIF • Pada tahap ini, keselamatan dilihat secara serius, tetapi hanya menjadi perhatian khusus dan spesifik setelah terjadi suatu insiden. • Kabar buruk dibiarkan dan disembunyikan.

  33. TAHAP KALKULATIF (1) • Pada tahap ini, perusahaan sudah nyaman dengan sistim Manajemen HSE yang berlaku dan berorientasi pada jumlah yang sudah dicapai. • Management system sudah diimplementasikan secara sukses, dan pemimpin berbicara tentang pentingnya keselamatan. • Mereka focus pada pemenuhan peraturan. • Mereka melihat HSE secara sangat serius. • Kebiasaan untuk mengumpulkan data statistik.

  34. TAHAP KALKULATIF (2) • Kontraktor sudah dimasukkan dalam record safety tetapi dengan cara yang paling murah. • Kabar buruk sudah diterima tetapi masih dirasakan tidak nyaman. • Dalam kalkulasi, banyak data diperhitungkan dan dianalisa. • Orang merasa cocok untuk merubah prosedur dan proses. • Banyak audit dan rekomendasi yang perlu dilaksanakan. • Bisnis pada level ini masih menimbulkan insiden, dan orang-orang surprise karena “insiden masih bisa terjadi”, karena “berpikir mengapa sistem yang sudah ada tidak bekerja mencegah insiden”.

  35. TAHAP PROAKTIF(1) • Pada tahap ini, perusahaanmelihat kedepan , dan tidak hanya mengelola keselamatan berdasarkan apa yang terjadi dimasa lalu.Apa yang mungkin salah dimasa mendatang diantisipasi dengan mengambil langkah untuk mencegah insiden sebelum terjadi. • Seluruh tenaga kerja akan terlibat secara praktek, tidak hanya teori.Kuncinya adalah orang-orang yang murni bertindak secara hati-hati dan peduli terhadap HSE • Pemimpin memberlakukan keselamatan sebagai nilai dan semua keputusan bisnis diambil dg mempertimbangkan keselamatan • Personil berorientasi pada proses dan bukan hasil akhir. Selalu mempertanyakan : “ apakah kita melakukan sesuatu yg benar?”, dan tidak hanya focus pada insiden.

  36. TAHAP PROAKTIF(2) • Personil menciptakan lingkungan yg memotivasi utk me-matuhi aturan keselamatan dan selalu meningkatkan kinerja keselamatan • HSE adalah sesuatu yang nyata. • Personil benar2 terlibat, percaya dan bertanggung jawab, artinya manajer tahu apa yang terjadi di organisasi, dan dimana masalah yang mungkin akan muncul. • Personil mengerti apa yang diharapkan manajer, manajer selalu membuat pesan-pesan keselamatan. • Manajer dan personil saling percaya dan saling mendukung, melakukan audit dan kepengawasan. • Personil merasa bahwa keberadaan mereka selalu diperhitungkan

  37. TAHAP GENERATIF (1) • Kinerja HSE merupakan indicator ‘good business performance’. • Mereka men-set standar yang sangat tinggi lebih dari sekadar memenuhi standar minimum. • Mereka memandang kegagalan sebagai suatu yang harus diperbaiki dan bukan untuk dikambinghitamkan. • Manajemen tahu apa yang benar2 sedang berlangsung, dan personil berkeininginan untuk memberI tahu mereka. • Mengharapkan semua personil ikut dalam pengambilan keputusan. • Mereka mencoba terlibat sebanyak mungkin untuk melihat apa yang mungkin salah.

  38. TAHAP GENERATIF (2) • Kabar buruk benar2 dilihat sebagai kesempatan baik untuk belajar. • Semua pesan2 keselamatan dilaksanakan dengan ikhlas. • Masih bisa terjadi kegagalan, namun dari pada mencari faktor kesalahannya, organisasi ini benar2 mencari dan belajar dari kegagalannya. • Mereka malu pada kesalahan yang dibuat, dan menggunakannya untuk membuat sesuatu yang lebih baik. • Setiap orang paham bagaimana cara meningkatkan kinerja.

  39. TERIMA KASIH

More Related