1 / 36

FAROUK MUHAMMAD Guru Besar Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana pada STIK-PTIK dan UI

PERKEMBANGAN KRIMINOLOGI dan Kebijakan Kepolisian Dalam Penanggulangan Kejahatan. FAROUK MUHAMMAD Guru Besar Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana pada STIK-PTIK dan UI.

Download Presentation

FAROUK MUHAMMAD Guru Besar Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana pada STIK-PTIK dan UI

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PERKEMBANGAN KRIMINOLOGI dan Kebijakan Kepolisian Dalam Penanggulangan Kejahatan FAROUK MUHAMMAD Guru Besar Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana pada STIK-PTIK dan UI Bahan Kuliah Kriminologi Mahasiswa STIK Angkatan 63, Tanggal 18September 2013. Bahan Kuliah Serupa Pernah Disampaikan Pada Kuliah Umum (Stadium Generale) Mahasiswa/Sivitas Akademika Dep. Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI dan Mahasiswa STIK, Tanggal 21 Februari 2011.

  2. I.PERKEMBANGAN KRIMINOLOGI

  3. Gambaran Umum (Lap. Bermain) Masalah (manusia) dlm kehidupan sosial Kejahatan (Perebutan) kekuasaan (indiv./Pok) Kemiskinan pengangguran Perhatian Akademisi Pakar-2 Sosiologi Univ. Chicago (US)

  4. Awal Perkembangan Kota Chicago Proses Industrialisasi/Urbanisasi/ Perub. Sosial Awal Abad XX Shaw & Mckay (1920-an) Statistik kriminil Quetelet & Guerry (Perancis) Angka kenakln/kej. zona lain < zona transisi (antara kawsn permukmn dan bisnis: perumahan kumuh, kel. perceraian, kelahiran tdk sah, penduduk beraneka, penghasln dan pendidikan rendah & penganggrn) SOCIAL DISORGANIZATION THEORY Perbuatan jahat juga dipelajari melalui proses interaksi simbolik terlebih dgn orang-2 dekat DIFFERENTIAL ASSOCIATION THEORY (Social Learning Theory) Sutherland (“Criminology “, 1924)

  5. Sistem penghukuman di penjara-2 (Italia dan Inggris) tidak berperikemanusiaan dan tanpa melalui proses perad. yg fair & manusiawi ● C. Beccaria (“Dei Delitie Dele Pene” ) ● J. Bentham (an Introduction to the Principles of Morals and Legislation) PEMBARUAN HK. PIDANA ● Perb. jahat = kehendak bebas (freewill) ● Kalkulasi rasional atas resiko kerugian/rasa sakit vs manfaat/ kenikmatan. ● Hukuman hrs beri efek jera : - certainty, severity & celerity KEBIJAKAN : - pemberatan hukuman - penambahan kekuatan polisi Paham Filosofis (Klasik)

  6. MENENTANG FREEWILL/ DETERRENCE (tingkah laku berdasarkan pertimb. rasionalitas kec. dicegah ancaman yg sesuai hukuman) C. Lombroso (“L’Uomo Delinquente”) Dokter tentara Itali • Prajurit Militer • Narapidana Paham Positivis A. Comte (Bapak Sosiologi/Positivis) Evolusi pemikiran : pernyataan-2 teologis/ metafisik  positiv/prinsip-2 keilmuan Keabnormalan bawaan (bentuk fisik mempengaruhi perilaku jahat) Positivistic Criminology (biology, psikology, sociology)

  7. Brain - Environment Interaction ● Brain = menjembatani lingkungan dan tingkah laku ● Permasalahan t. laku = umumnya sbg akibat hemispheric dysfunction ● Psikopat = tidak mampu : merasa bersalah/empati, memahami definisi dan mematuhi norma sosial (Hare, 1987) - left hemisphere damage cq. frontal & temporal cortical- limbic system (Yeudal, et all, 1982) ● Carrier crim : autonomic nervous system disorders, dominan otak kanan, brain injuries dan temporal frontal damage Genetic - Environment Interaction ● T. laku = produk interaksi genetik- lingkungan (nature and nurture) ● Family studies: pewarisan/feeblemindedness (Goddard, 1912 ; R. Dugdale,1877) ● Twin studies : kembar (T. Bouchard, 1984) ● Adoption studies : anak angkat (Hutchings & Mednichk) ● Pengaruh genes pada t. laku abnormal : schizophrenia, depresi, alkoholik, perilaku kriminal (BANYAK PENENTANGAN) Biological Criminology Modern Biological Theories

  8. I. Pavlov - Uji coba anjing : reaksi saraf dan t. laku menangkap makanan ketika dibunyikan bel. B. F. Skinner - Uji coba tikus : respon saraf thdp stimuli dari lingk. Psychological Criminology ● Psychoanalis : Freudian Model • Manusia : id, ego dan super ego (Personality) • A. Aichhorn : perawatan pelaku kenakalan remaja atas asumsi konflik id, ego, dan super ego ● Teori Perilaku (Behaviorsm) Psikologi “Lockean” : manusia sbg “tabularasa” (tablet kosong) T. laku krim. = perilaku mengadaptasi lingk. melalui proses hub. stimuli – respon yg didasarkan atas kalkulasi pain - pleasure

  9. Structural Functionalist • - Fokus : proses sosialisasi indiv. thdp nilai-2 sosial melalui lembaga-2 • sosial (keluarga, sekolah, dll) • - Kejahatan/kenakalan = kegagalan menyesuaikan diri dgn nilai-2 sosial • setempat (conformity) Sociological Criminology Individual ●Anomie/Strain T : E. Durkheim (1897) dan R. Merton (1938) ● Delinquent Subculture T : A. K. Cohen (1955) ● Differential Opportunity T : R. Cloward & L. Ohlin (1959) Lingkungan/Komunitas ● Social Disorg. T : Shaw & Mc. Kay C ● Control T : A. J. Reiss (personal & social) (1951) dan I. F. Nye (direct, indirect & internal) (1958) ● Containment T : W. Reckkss (1956) ●Social Bonding T : T. Hirschi (1969) ●Self-control (General) T : Hirschi & Gottfredson (1990) ● Social Learning T : R. L. Akers (1977)

  10. Symbolic Interactionist • Pertukaran dari pengertian simbol yg dikom.kan scr lgsg melalui • bahasa, ungkapan-2 verbal/bhs isyarat dan pengaruh interaksi tsb • thdp penjatidirian individu • Simbol: bukan fisik/aspek-2 perilaku konkrit  nilai/arti dr suatu • simbol (locking-glass self = we are/become what we think others • think we are) Soc. Criminology : lanjutan Lingkungan Dekat ●Differential Association : Sutherland (1924) & D. Cressey (1971) ● Neutralization T : D. Matza & G. M. Sykes (1961) Agen-2 Sis. Perad. Pidana ● Labeling T : - F. Tannenbaum (1938) - E. Lemert (1957/61) - H.S. Becker (1963)

  11. Conflict Theories • Sistem ekonomi kapitalis melahirkan struktur masy.: • borjuis vs proletar • Sumber penyebab keseluruhan mslh sosial • (K. Marx) Soc. Criminology : lanjutan Critical Crimology W. Bonger (1876-1940) - Kejahatan /kenakalan/prostitusi/ alcoholism: kondisi ekonomi dlm sistem kapitalis • Group Conflict G. Vold • Masy. bukan diikat • oleh konsensus/ • kesepakatan thdp • nilais umum • Kumpulan dr Pok-2 • yg terikat dlm suatu • keseimbangan • dinamis dr kpntgn • oposisi • Kejahatan/Perilaku • menympng = • normal (oleh individu yg terperangkap dlm • konflik Pok & Bud. • “Class, State & Crime” R. Quinney • Kejahatan kelas • pekerja = sikap • pembangkgn thdp • sistemkapitalis • Kejahatan kaum • kapitalis utk • melind.kepentgn • (korporasi, penegak • hukum & pejabat • pem.) • Radical T (Neo- Marxist) • Taylor, P. Walton • J. Young: pengaruh • eksploitasi/opresi • kaum kapitalis yg • kuasai mesinII • produksi dan • mesinII politik & • hukum

  12. Critical Criminology (Kontemporer) • Feminis Theories • K. Daly & M. Chesney-Lind (1988) ●Bersandarpd teori-2 umum (radikal, marxis, labeling, dll) ● Mempersoalkangeneralisasi dlm teori-2 krim. yg berlaku serta merta utk laki-2 & perempuan ● Mencari jawabanmengapa terdpt kecend. pelaku kej.perempuan lebih sedikit daripada laki-2 ● Jumlah anak perempuan lebih banyak daripada laki-2 yg dibawa pengadilan (melarikan diri dr rumah,bolos, incorrigibility) • Pejabat penegak hukum laki-2 lbh lunakmemperlakukan pelaku kej. perempuandiband. laki-2

  13. Pengujian Empirik Doktrin Efek Jera (1960, an) J. P. Gibs, C. R. Titles, T. G. Chiricos & G. P. Waldo • Indikator Obyektif • (factual research) • Memprediksi hub. terbalik jml kej. dgn : • Arest rate (certainty) • Rata-2 lama vonis pidana utk kej. tertentu (severity) Indikator Subyektif (Perceptual Research) Menanyakan resp. : “sejauhmana kemungkinan tertangkap“ (kalkulasi keyakinannya ttg certainty, severity & celerity) Neo Klasik ● Rational Choice T : Perhit. keuntungan yg akan diperoleh vs resiko kemungkinan tertangkap dan hukumannya (D. B. Cornish dan R. V. Clarke) ● Routine Activities T : Perpaduan pd suatu waktu & tempat : calon pelaku yg termotivasi, target yg menarik dan ketiadaan penjaga yg mampu (L. Cohen dan M. Filson)

  14. Perkembangan Mutakhir Theory Integration ●Elliotdkk (1985): memadukan strain, control dan social learning dlm mempelajari kenakalan remaja ● Hirschi dan Gottfredson(1990): self-control sbg faktor tunggal (diantara sejmlh faktor yg diterangkan teori lain) yg menerangkan semua perilaku jahat/menyimpang untuk semua teori, suku bangsa dan sepanjang waktu (General T) ● Akers(1989): “conceptual-absorption” menggarisbawahi konsep suatu teori sbg suatu masalah khusus, yg didefinisikan dgn konsep-2 dari teori lain (social bonding, labeling, conflict, anomi dan deterrence) ● Braithwaite (1989): “reintegrative shaming” menyatukan elemen-2 dari teori-2: control, labeling, subcultural, opportunity (strain) dan social learning; bahwa angka kejahatan pd level indiv. dan level agregasi dipengaruhi scr lngsg oleh “shaming” ● C.R. Jeffery (1990): kriminologi harus merupakan ilmu penget. yg inter disiplinaritas yg mencakup ilmu-ilmu biologi dan perilaku (Biologi, Psikologi, Psikiatris, Sosiologi, Ilmu Politik, Ekonomi, dan Antropologi) dan ilmu-2 kebijakan (H. Pidana, Administrasi Publik, Falsafah, Etika dan Sejarah) ● H.D. Barlow (1995): teori-2 yg ada kurang menekankan perbedaan “propensity to commit crime” (tendensi/motivasi) atau perilaku jahat (criminality) dan peristiwa/perbuatan jahat itu sendiri (crime)

  15. II. KEBIJAKAN KEPOLISIAN

  16. Kebijakan “Judi” PEMBERANTASAN PERJUDIAN • Pada awal masa jabnya (Juni 2006), Kapolri Jend. Sutanto membuat kebijakan keras (though policy); Pemberantasan Perjudian termasuk Pungli, Illegal Logging, dll. • Pd tahun-2 awal penerapannya hampir tidak terlihat perjudian secara kasat mata. Artinya, tindakan kepol. yang tegas (certainty) menjamin pencegahan kejahatan. • Perubahan modus (elektronik) dan lokasi (Malaysia dan Singapura). • Survey “Dampak Kebijakan Tegas Pemerintah/Pimpinan Polri Terhadap Dinamika Operasional Di Kesatuan Kewilayahan” di 10 Polda yg mencakup Dit. Opsnal, 2 Polwil, 39 Polres, dan 86 Polsek: mengungkap penyusutan pendapatan kesatuan-2 kewil. antara 15% sampai 80% dari sumber tidak resmi selama bulan Juli sampai Agustus 2005, sehingga menimbulkan dampak, a.l. penurunan dinamika ops. dan “slow down”peningkatan peranan biro-biro jasa dan calo serta kecenderungan pengalihan sumber pendapatan dgn memanfaatkan kewenangan dlm penanganan kasus-2 tanpa korban (PTIK cq. Pokja Kajian Masukan & Kebijakan dan Strategi).

  17. Kebijakan “Judi” CORRUPTION PERSEPTION INDEX (GLOBAL CORRUPTION BAROMATER) Data 2010 : Masih dlm konfirmasi Sumber : Transparancy International Indonesia

  18. Kebijakan “Preman” OPS. PENINDAKAN “PREMAN” POLDA METRO JAYA Tahun 2008 : Ops. Berantas Jaya I 12/03 - 10/04 Ops. Berantas Jaya II 18 - 13/12 Tahun 2009 : Ops. Berantas Jaya 26/06 - 5/07 Ops. Sikat Jaya 19/11 - 20/12 Tahun 2010 : Ops. Berantas Jaya I 30/01 - 12/02 Ops. Berantas Jaya II 20 - 29/05 Ops. Pekat Jaya 8 - 28/11 Sumber : Biro Ops. Polda Metro Jaya

  19. Kebijakan “Preman” TINJAUAN AKADEMIS ATAS KEBIJAKAN MENGHADAPI “PREMAN” ● Landasan teoritik : Crime as a Choice ● Sejumlah riset terhadap “Persistent Thieves” - Bennet & Wright (1984) : 49 % (n=83) tidak memikirkan peluang tertangkap. - Wright & Rossi (1985) : 47 % (n=1038) jarang tdk pernah mempertimb. tertangkap resikonya dan 72 % tdk khawatir tertangkap. - Feeney (1986): 60 % (n=113) belum pernah berpikir tertangkap dan 17 % memikirkan ttp tdk masalah. - Walsh (1986) : wawancara mendalam terhadap 77 perampok dan 45 pencuri berat juga tdk pernah memikirkan tertangkap. “The only thing you’re thingking about in looking and acting and trying not to get caught” (H. D. Barlow, 1955) ● Kebijakan pengendalian kej. yg didasarkan atas interprestasi “Crime as a Choice” umumnya didasarkan atas asumsi bahwa ancaman-2 legal memiliki arti yg konstan pd semua kontek dan situasi. Asumsi tsb tdk berlaku bagi mereka yg melakukan kej. di bwh pengaruh “moods” (depretion/arrogance) serta drugs dan pelaku pembantu. Ancaman-2 pidana legal tdk mempunyai pengaruh efek jera, kecuali dlm hal-2 tertentu. • “Preventive detention does not reduce violent crime” (S.Walker, 1994)

  20. Kebijakan “Preman” PERKEMBANGAN KEJAHATAN JALANAN POLDA METRO JAYA TAHUN 2008 - 2010 Sumber : Biro Ops. Polda Metro Jaya Konfirmasi: Polda Jatim

  21. Kebijakan “Kekuatan” PERKEMBANGAN KEKUATAN PERSONEL POLRI TAHUN 2001 - 2011 Sumber : SDE SDM Polri

  22. Kebijakan “Kekuatan” PERKEMBANGAN KEJAHATAN TAHUN 2001 S/D 2010 (Nasional) Lapor Selesai Sumber : Sops Polri

  23. Kebijakan PERKEMBANGAN KEJAHATAN “PROSPERITY” TAHUN 2001 S/D 2010 (Nasional) Jenis : pencurian, penggelapan/penipuan, pemerasan dan perampokan. Sumber : Sops Polri

  24. Kebijakan PERKEMBANGAN KEJAHATAN “VIOLENCE” TAHUN 2001 S/D 2010 (Nasional) Jenis : penganiayaan, pembunuhan, ancaman, perkosaan, penculikan, senpi/handak, pengrusakan, peledakan, pembunuhan dan penyerangan Mako Polri. Sumber : Sops Polri

  25. Kebijakan “Kekuatan” PERKEMBANGAN KEJAHATAN (Kualitatif) • Figur Pelaku: • “pendekar”  “parlente” • Berkerah biru  berkerah putih • Lokus: • Tempat tinggal  tempat usaha/kerja • Jalan  pasar modal • Kampung/desa  antar kota  antar negara • Sifat: • Individual  kelompok  terorganisir • Jenis: • Kekayaan negara: korupsi, illegal logging, illegal minning, illegal fishing • Kekerasan/kemanusiaan antar negara: terrorisme internasional, narkotika, people smugling, fire arms smugling

  26. Kebijakan “Kekuatan” Tinjauan Akademis Atas Kebijakan Penambahan Kekuatan  Landasan Teoritik; Deterrence (certainty & celerity) Kansas City Preventive Patrol Experinment (1972-73) A. Proactive Beats: 2 – 3 kali Kuat Pers B. Reactive Beats: tidak ada patroli rutin C. Control Beats: patroli normal Hasil Eksperimen: - Tingkatan aktivitas patroli tdk pengaruhi jumlah kejahatan atau persepsi publik - Kejahatan tdk bertambah pd B dan tdk berkurang pd A - Publik tdk merasa ada perbedaan atau perub. rasa takut/aman Konfirmasi: Hasil Kansas dibenarkan di Inggris dan Newark, AS (sedikit mengurangi rasa takut)  “Adding more police officers will not reduce crime” (S. Walker, 1994: Sense and Non-sense About Crime and Drugs)

  27. Kebijakan “Kekuatan” PERKEMBANGAN JUMLAH JENDERAL TAHUN 2001 S/D 2010 Sumber : SDE SDM Polri

  28. Kebijakan “Kekuatan” PERKEMBANGAN ALOKASI DUKUNGAN ANGGARAN POLRI TAHUN 2005 S.D. 2012 39 29 27 24 21 20 16 13 Sumber : Srenbang Polri

  29. Sbg Falsafah Merasuk dlm sikap & perilaku setiap anggota Polri dgn menjunjung tinggi nilai-2 sosial/kemanusian dan menampilkan sikap serta saling menghargai antara polisi dgn warga masy. dlm rangka menciptkn kondisi yg menjunjung kelancrn peningktn kualitas hidup masy. Sbg Program/Strategi Model perpolisian yg menekankan kemitraan yg sejajar antara Petugas Polmas dgn masy. lokal dlm menyelesaikan & mengatasi setiap permasalhn sosial yg mengancam kehidpn masy. setempat dgn tujuan mengurangi kej. & rasa takut akan kej. serta meningkatkan kualitas hidup warga setempat. UNSUR UTAMA : kemitraan dan pemecahan masalah. Kebijakan Kepolisian KEBIJAKAN POLMAS (Skep Kapolri No. Pol. : Skep/737/XI/2005) Nilai-2 Civil Police Siskamswakarsa Siskamling Community Policing POLMAS (Perpolisian Masy.)

  30. Kegagalan program-2 penanggulangan kej. (Polmas): “the failure of neighborhoods to integrate themselves into the political, economic and social systems in which they are embeded may account persimoniously for the presence of apparently organized communities that have traditions of high crime and delinquency rates nonetheles” (R.J. Bursik, Jr dan H.G. Grasmick, 1995) Rekomendasi: reformulasi pendekatan sistemik atasprogram penanggulangan kej. (Polmas): •Teraktualisasikan dlm suatu sistempermukiman (kerumahtanggaan)ygmemadukan sistem formal dan sistem informal •Pencakupan jaringan hubungan yg menyebar atas aneka Pok-2 masy. setempat • Penjalinan hubungan antara warga dan rukun-2 keluarga masy. setempat dan lembaga-2 publik dan privat tertentu khususnya di wil. kota terkait pendistrib. sumber daya (R.J. Bursik, Jr dan H.G. Grasmick,1995) Kebijakan Polmas Tinjauan Akademis Atas Kebijakan Polmas (Social Disorganization Theory)

  31. III. CATATAN AKHIR

  32. Catatan Akhir PERKEMBANGAN KRIMINOLOGI ● Pemikiran krim. : irrasional rasional : filosofis  positivis. ● Sumber/pot. kej. : bentuk fisik keturunan - genes – brain/nerveous system - personality/behaviorism – lingk sosial  lingk politik. ● Ruang lingkup/cakupan : Diri/Indivlingk. dekat  komunitas  masy  pem./kebijakan ● Validitas Teori: “No single theory, no single strategy and no single concept”  kejahatan. ●Pergeseran Pendekatan : Individual  Integral : Interdisciplinary Approach dan Theory Integration “Propensity to commit crime “(criminality) dan “the event of crime” (crime).

  33. Catatan Akhir • KEBIJAKAN KEPOLISIAN •  Pemberantasan judi/pungli : tidak komprehensif menyelesaikan masalah • (dampak penyalahgunaan kekuasaan/corruption) • Pemberantasan “Preman” • - konseptual : • • Preventive detention does not reduce violent crime. • • Persistent thieves (crime as a choice) • Peran & Kekuatan Kepol. - Penambahan Kekuatan vs Trend Kej. (kuantitatif, kualitatif dan perkemb. masy.) - Peran : Crime prevention – crime control – public service. - Polisi : Enforcing Law – Solving Social Problems • Polmas : - Pemahaman : Pemolisian vs Perpolisian - Kebijakan : Skep 737 /2005 vs Perkap 7/2008 - Implementasi : Kebijakan vs Praktek - Posisi lembaga : Unit Kepol. vs Pranata Sosial

  34. Catatan Akhir OBYEK PENELITIAN • Penambahan kekuatan pers. • Penambahan anggaran • Uji coba program/perub. pendekatan • Manfaat tilang (kecelakaan) • Ancaman hukuman (ancaman pidana/vonis) • Rasio penangkapan (arrest rate) • Polisi pria vs perempuan • Pelaku perempuan • Razia narkoba • Certainty vs serverity (persepsi & fakta) • Polmas (kaitan dgn teori-2) • Kalkulasi untung rugi • Perilaku penjahat tertentu (teror, pembunuhan sadis, dll) • Victimization survey • Aspek moral (Soc. Control, Soc. Bonding, Shaming)

  35. Catatan Akhir PERAN MASY. KRIMINOLOGI • Program Pendidikan : Bagian dari “faculty of social sciences/sociology”  school of crim  school of Crim. & CJS. • Manfaat : “putting theory to work” (H. D. Barlow, 1995). • Asosiasi: menyamakan persepsi & langkah utk mempengaruhi kebijakan.

  36. “Selamat belajar-mengajar untuk kehidupan yang lebih baik” SEKIAN DAN TERIMA KASIH

More Related