1 / 1

Rasa percaya diri menurut Mc. Keachl (Thaibsyah, 1991), terbentuk dari

6. Rasa percaya diri menurut Mc. Keachl (Thaibsyah, 1991), terbentuk dari. kemampuan seseorang dalam memberikan penilain terhadap orang lain atau. terhadap situasi {self image). Orang yang memiliki rasa percaya diri memiliki ciri-.

binh
Download Presentation

Rasa percaya diri menurut Mc. Keachl (Thaibsyah, 1991), terbentuk dari

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. 6 Rasa percaya diri menurut Mc. Keachl (Thaibsyah, 1991), terbentuk dari kemampuan seseorang dalam memberikan penilain terhadap orang lain atau terhadap situasi {self image). Orang yang memiliki rasa percaya diri memiliki ciri- ciri tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisius, tidak perlu dukungan orang lain, optimis, mampu bekerja secara efektif, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya (Lauster, dalam Kumara 1988). Banyak pihak memang harus peduli untuk membantu menanamkan rasa percaya diri pada remaja agar generasi penerus menjadi pribadi-pribadi yang tangguh juga untuk menjaga keamanan negara Indonesia dari perbuatan delikuensi remaja. Banyak penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai delinkuensi seperti, Astuti (1999) yang menghubungkannya dengan persepsi terhadap keharmonisan keluarga, Ediati (1997) yang meninjau dari dorongan mencari sensasi dan persepsi terhadap tersedianya dukungan teman sebaya, Elfida (1995) menghubungkannya dengan kemampuan mengontrol diri, Mariana (1999) menghubungkan dengan kebutuhan psikologi, Kurniawan (1997) yang meninjau perilaku tersebut dari segi orientasi religius dan jenis kelamin, Retnowati (2000) menghubungkannya dengan intensitas berkelompok, Setyowati (1999) yang menghubungkannya dengan kecerdasan emosi, dan, Triwiningsih (1983) yang meninjau kecenderungan berperilaku delinkuen dari segi perbedaan remaja yang berasal dari tingkat pendidikan orangtua yang berbeda. Sepanjang yang penulis ketahui, penelitian tentang tingkat kepercayaan diri yang dikaitkan dengan kecenderungan berperilaku delinkuen pada remaja ini belum ada yang melakukan.

More Related