1 / 22

PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI PERALATAN KANTOR & BANGUNAN

PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI PERALATAN KANTOR & BANGUNAN. CARA CARA KONSERVASI ENERGI PD PERALATAN KANTOR, DAN PERALATAN BANGUNAN. 1. HEMAT ENERGI TOTAL. Agar konservasi energi dapat diterapkan maksimal, perlu diperhatikan: Perencanaan dan desian.

berke
Download Presentation

PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI PERALATAN KANTOR & BANGUNAN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI PERALATAN KANTOR & BANGUNAN

  2. CARA CARA KONSERVASI ENERGI PD PERALATAN KANTOR, DAN PERALATAN BANGUNAN.

  3. 1. HEMAT ENERGI TOTAL. Agar konservasi energi dapat diterapkan maksimal, perlu diperhatikan: • Perencanaan dan desian. • Penentuan kriteria spesifikasi alat & cara instalasi • Pemasangan dan uji coba. • Operasi atau pemakaian. • Pemeliharaan (maintenan). • Standarisasi.

  4. Keenam segi di dalam urutan tersebut diatas perlu diperhatikan sebaik mungkin karena masing-masing mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan operasi dan kemampuan penghematan energi.

  5. 2.PEMILIHAN SYSTEM & PERENCANAAN YG BAIK . Salah satu sumber pemborosan energi listrik adalah kesalahan atau ketidaktepatan dalam perencanaan, pemilihan dan pemasangan perlengkapan gedung dan peralatan kantor. UNTUK MENGHINDARI HAL TSB DI ATAS, BEBERAPA USAHA DAPAT DITEMPUH SBB: a. Penggunaan peralatan dgn power faktor (Cos ɸ) yang tinggi. Pengunaan peralatan dengan power faktor yang tinggi dapat membantu program konservasi energi listrik.

  6. Biasanya peralatan dengan motor listrik memerlukan kapasitor untuk menaikkan power faktornya. • Motor listrik yang digunakan oleh peralatan peralatan pembantu umumnya dari jenis motor industri ( quarrel cage indution motor) yang efisiensinya kurang dari 90%. • Untuk menghemat energi lebih baik digunakan motor dengan efisiensi tinggi meskipun harganya lebih mahal (efisiensi 4 % lebih) harga dapat naik 20-25 %. • Penampilan motor dapat diperbaiki dengan menggunakan alat “power faktor controller” • Pada umumnya power faktor motor 0,8 atau 0,9.

  7. b. Pemilihan daya / kapasitas yang sesuai. Dalam pemilihan alat agar diusahakan daya/ kapasitas nya disesuaikan dengan keperluan, walaupun hal ini tidak selalu mudah dicapai, karena masalah standarisasi daya pada peralatan listrik. c. Pemakaian Saklar waktu. Untuk menghindari pemakaian yg terus menerus suatu peralatan dapat digunakan saklar waktu.

  8. d. Penggunaan kapasitor. Jika dalam suatu system pensuplaian energi listrik ternyata power faktonya rendah maka penggunaan / pemasangan kapasitor sangat bermanfaat. e. Pemakaian sumber listrik PLN. Merencanakan pemakaian sumber tenagalistrik dari PLN daripada menyelenggarakan pembangkitan sendiri. f. Pemilihan peralatan yang sesuai. Merencanakan dan memilih peralatan yang sesuai dengan kegunaan.

  9. Pemakaian kapasitor. Banyak peralatan listrik mempunyai faktor daya (cos Ø) rendah. Peralatan ini memerlukan arus listrik lebih besar dibandingkan dengan peralatan listrik lain yang faktor dayanya lebih besar untuk kapasitas dan tegangan yang sama. Hal ini disebabkan karena alat tersebut memerlu kan arus relatif sebagai tambahan. Makin rendah faktor daya sesuatu peralatan makin besar kebutuhan arus relatifnya.

  10. Kapasitor jika dipasang paralel dengan peralatan dapat menetralisir atau mengurangi kebutuhan arus listrik tsb, sehingga arus total yang diberikan kepada peralatan dengan kapasitor akan berkurang nilainya sehingga daya totalnya akan berkurang. Pemasangan kapasitor adalah usaha untuk memperbaiki / menaikan faktor daya (cos Ø).

  11. Contoh perhitungan perbaikan faktor daya. Sebuah peralatan listrik menggunakan motor arus bolak balik dengan daya (actif power) sebesar P = 600 watt dipasang pada sumber energi dgn tegangan V1 = 220 Volt. Frequensi F = 50 Hz. Alat tersebut mengkosumsikan arus I1 = 3,54 A Daya semu alat ini S1 = V . A = 220 V x 3,54 A = 778,8 VA. Faktor daya Cos Ø = Daya aktif/Daya semu = 600watt / 778,8 VA = 0,77 Cos Ø1 = 0,77 Biasanya nilai tegangan, arus,daya, faktor daya tertulis pada Nameplate motor tersebut.

  12. Berapa kapasitas kapasitor harus dipasang agar faktor dayanya diperbaiki menjadi Cos Ø = 0,93 ? Perhitungan: nilai sudut Ø1 = 39o 40’ dan Sin Ø1 = 0,638 Arus relatif yang diperlukan motor : I reaktif 1 = I1 . Sin Ø1 = 3,54 . 0,638 = 2,26 A Jika kapasitor dipasang paralel, maka: Cos Ø2 = 0,93 Pada nilai tersebut , motor bersama kapasitor akan mengkonsumsi arus : I2 = P / V . Cos Ø2 = 600/ 220 . 0,93 = 2,93 A

  13. Dengan menggunakan tabel fungsi trigonomeri dapat ditentukan nilai sudut Ø2 sebagai berikut : Ø2 =21o30’ dan Cos Ø2 = 0,367 Arus yang diperlukan: I reaktif2 = I2 . Sin Ø2 = 2,92 . 0,36 = 1,07 A Arus reaktif yang lewat kapasitor: Ic = I reaktif1 – I reaktif2 = 2,26 – 1,07 = 1,19 A Tahanan reaktif kapasitor: Xcu = U / Ic = 220 V / 1,19 A = 185 Ω. Kapasitas kapasitor : C = 106/2πfXcu = 106/2.3,14.50.185 = 17 μ F

  14. Kesimpulan :

  15. Dari tabel tersebut di atas jelas bahwa Arus total yang dikonsumsikan peralatan tersebut berkurang setelah pada alat tersebut dipasang kapasitor. • Dengan berkurangnya arus rugi rugi energi pada penghantar selama pemakaian alat tersebut juga berkurang.

  16. OTOMATISASI BANGUNAN • Dengan kemajuan teknologi elektronika telah dapat dirancang sistem pengendali sentral yang lebih canggih. • Sistem ini memungkinkan mekanisme pengendelian (control) dilakukan secara komputerisasi . • Otomatisasi bangunan merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai bangunan pintar (inteligent building).

  17. Penerapan sistem otomatisasi bangunan mengandung sedikitnya 3 (tiga) tugas utama yakni: • Pengamatan pemakaian enegri. • Memberri signal terhadap adanya gangguan /kerusakan atau kegagalan pada instalasi, atau adanya penyim- pangan tempratur dari yang telah distel (pre-set). Dengan demikian langkah atau tindakan dapat segera dilakukan. • Pengendalian kemampuan beroperasi sesuai dengan persyaratan instalasi.

  18. Jadi suatu sistem otomatisasi bangunan harus mampu untuk: • Menghidupkan dan mematikan sistem tergantung pada kodisi cuaca dan ukuran bagian instalasi. • Mengontrol semua elemen penting penentu iklim / kondisi lingkungan termal bangunan dan bagian dari instalasi (suhu kelembaban, kecepatan aliran). • Merekam gangguan yang terjadi pada instalasi dan penyimpangan kondisi lingkungan termal.

  19. Dengan demikian otomatisasi bangunan untuk tujuan konversi energi maka dapat dihahapkan operasi peralatan, untuk kerja (performance) peralatan dan aspek pemeliharaan termasuk pemantauan akan dapat dilaksanakan secara lebih teliti dan efektif. Unsur yang tidak kalah penting adalah sejauh mana man-power atau tenaga teknisi pelaksana cukup mampu melayani sistem tersebut . Jelas peranan training / pelatihan menjadi semakin penting disamping unsur sarana organisasi yang mendukung.

  20. AUDIT ENERGI Bilamana gedung telah dibangun dan digunakan, terutama kita perlu mengetahui sejauh manakah efesisensi penggunaan energi bangunan tersebut, baik secara keseluruhan maupun untuk masing masing sektor penggunaan. Untuk maksud inilah perlu dilaksanakan kegiatan audit energi. Kegiatan audit energi merupakan kegiatan pengecekan berkala untuk menjamin apakah energi digunakan secara tepat, efisien, dan rasional. Dengan audit energi maka indikasi kebocoran energi dapat dilacak dan ditelusuri yg kemudian ditentukan langkah perbaikan (retrofitting)

  21. Lingkup kegiatan audit energi mencakup hal hal sbb: • Melakukan identifikasi penggunaan energi khususnya yang berkaitan dengan jenis energi, sistem pemakaian dan biaya energi. • Observasi tingkat penggunaan energi sesuai dengan kondisi bangunan jenis penggunaannya. • Mengetahui dimana potensi terbesar untuk memperbaiki efisiesi penggunaan yang dapat dilakukan. • Bagaimana melakukan perbaikan efisiensi tersebut. Audit pada thap awal biasanya dilakukan secara tidak terlalu rinci. Di samping itu rinci tidaknya pelaksanaan audit energi tergantung pada kompleksitas bangunan dan kelengkapannya serta untuk tujuan apa imformasi dan data tersebut diperlukan.

More Related