1 / 12

Hipotermi

Hipotermi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Pendahuluan. Penting dijaga agar tetap konstan karena, reaksi kimiawi dalam tubuh yang mendasari aktifitas sel bekerja dibawah pengaruh suhu yang tertentu

aurora
Download Presentation

Hipotermi

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Hipotermi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

  2. Pendahuluan • Penting dijaga agar tetap konstan karena, reaksi kimiawi dalam tubuh yang mendasari aktifitas sel bekerja dibawah pengaruh suhu yang tertentu • Semakin tinggi tingkatan makhluk hidup  reaksi kimiawi dalam tubuh makin kompleks  makhluk berdarah panas

  3. Suhu Tubuh Suhu tubuh normal • 37oC (98.6oF) • Diurnal fluctuation • “Core” body temperature • Skin temperature • Exercise • Nonuniformity • Temperature in children • Ovulation

  4. Estimated Range of Body Temperature 0F 0C 104 40 Hard exercise 39 102 Emotion or moderate exercise, Active children Emotion or moderate exercise, Active children 38 100 37 Usual range or normal Usual range or normal 98 36 Early morning,Cold weather,etc Early morning,Cold weather,etc 96

  5. Process of Thermal Transfer • Radiation • Conduction • Convection • Evaporation

  6. Perpindahan Panas • Radiasi : Kehilangan panas tubuh secara radiasi dalam bentuk sinar panas infra merah yang beradiasi dari tubuh ke lingkungan sekitarnya. • Contoh : Seseorang yang tidak memakai baju berada di ruangan dengan suhu kamar dapat kehilangan panas kurang lebih 60% dari panas tubuh. Kehilangan panas akan menigkat jika suhu lingkungan menurun. • Konduksi : Kehilangan panas secara langsung dari tubuh ke obyek lain, panas yang hilang kurang lebih 3%. • Contoh : pada saat duduk di kursi, panas dari tubuh pindah ke kursi. • Konveksi : Kehilangan panas melalui udara. Panas tubuh pindah ke udara secara konduksi kemudian udara bergerak menjauhi tubuh. Semakin cepat pergerakan udara maka semakin banyak juga panas tubuh yang hilang. Contoh : Orang yang tidak memakai baju di ruangan yang sejuk/ dingin dapat kehilangan kurang lebih 12% dari panas tubuhnya. • Evaporasi ( penguapan ) : Kehilangan panas tubuh melalui kulit, paru-paru (pernafasan) dan keringat.

  7. Repon Tubuh Terhadap Dingin • Immediately respons • Vasocostriction • Piloerection • Increase heat production: Hormon, adipose tissue • Behavioral change • Long term respons • Deacrease heat loss • Insulator (kulit, jaringan sub kutan, lemak) • Deacrease skin area (evaporasi) • Increase heat production; increase BMR, Organism mass, cell activities

  8. Difinisi • Suatu kondisi dimana suhu tubuh turun di bawah metabolisme basal dan fungsi tubuh. • Suhu tubuh dipertahankan pada level through biologic homeostasis. • Ketika tubuh terpapar dingin, mekanisme internal tidak dapat beradaptasi dan mengganti panas yang hilang. • Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus akibat dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipothermia.

  9. Derajat Hipothermia • Derajat 1: Hipothermia biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35oC, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi dan tidak mampu menilai. • Derajat 2: Jika suhu turun di bawah 34,4oC frekuensi jantung, pernafasan dan tekanan darah turun, kulit menjadi sianosis. • Derajat 3: Jika hipothermia terus berlangsung sampai di bawah 34,4oC klien akan mengalami disrtmia jantung, kehilangan kesadaran dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri. Dalam kasus hipothermia berat, klien dapat menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal : tidak ada respons terhadap stimulus dan nadi serta pernafasan sangat lemah).

  10. Patofisiologi • Pengkajian suhu inti tubuh penting bila diduga hipothermia. Termometer dengan bacaan khusus rendah mungkin dibutuhkan karena termometer standar tidak angka di bawah 35oC. Radang beku atau fros bite terjadi bila tubuh terpapar pada suhu di bawah normal. Kristal es yang terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan jaringan secara permanen. Daerah yang terutama rentan terhadap radang dingin adalah lobus telinga, ujung hidung, jari, dan jari kaki. Daerah yang cedera berwarna putih lilin dan keras jika disentuh. Klien hilang sensasi pada daerah yang terkena.

  11. Penatalaksanaan • Penatalaksanaan dari hipotherima terdiri: pengeringan, penghangatan (tidak dengan menggosok tubuh penderita, dan jika memungkinkan transfer panas dari orang lain). Hal penting ketika mengembalikan ke suhu inti Iperlu secepatnya karena dapat berpengaruh ke jantung dan menyebabkan kematian. Di lapangan, hipotermia ringan (mildly-hypothermic) penghangatan dapat efektif dengan menutup seluruh permukaan tubuh dan dengan air hangat dan cairan yang manis. • Pada hipotermia sedang dan berat diharap untuk segera dibawa ke RS. Teknik warming di RS dengan teknik eksternal seperti pakaian hangat (untuk mild hypothermia) and teknik invasif seperti: pemberian cairan hangat ke dalam vena atau lavase (washing) kandung kemih, lambung, dada dan perut dengan cairan hangat (severely hypothermic). • Perawatan disritmia dilakukan untuk meminimalisir kerja jantung selama masa penghangatan. Disritmia sulit untuk diatasi ketika penderita masih dingin.

  12. Treatment • PREVENT FURTHER COLD EXPOSURE • REMOVE WET CLOTHING • INITIATE CPR, ONLY IF REQUIRED • REWARM BY COVERING WITH BLANKETS, SLEEPING BAGS, AND BY BODY-TO-BODY CONTACT • HANDLE GENTLY DURING TREATMENT AND EVACUATION

More Related