1 / 44

P E R S E D I A A N

P E R S E D I A A N. P repared by M. Anwar Kadir. PSAK 14. P ERSEDIAAN. PSAK 14 (Revisi 2008) mendefinisikan persediaan sbb.: Persediaan adalah aktiva : Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan

astin
Download Presentation

P E R S E D I A A N

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. P E R S E D I A A N Prepared by M. Anwar Kadir

  2. PSAK 14 PERSEDIAAN PSAK 14 (Revisi 2008) mendefinisikan persediaan sbb.: • Persediaan adalah aktiva : • Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal • Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan • Atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan / supplies untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa Jadi asset diklasifikasikan sebagai persediaan tergantung pada nature business suatu entitas. • Persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih mana yang lebih rendah (the lower of the cost and net realizable value)

  3. PERSEDIAAN Klasifikasi Persediaan Klasifikasi persediaan berbeda antara satu entitas dgn entitas lainnya. Perusahaan dagang mencatat persediaan sebagai persediaan barang dagang (merchandise inventory). Persediaan ini merupakan barang yg dibeli oleh perusahaan dagang untuk dijual kembali dalam usaha normalnya. Perusahaan manufaktur, klasifikasi persediaan lebih beraneka ragam. Misal perusahaan yg memproduksi suku cadang otomotif dgn membeli material produk, melakukan proses produksi, dan menjual suku cadang tsb. Kedealer Bagi perusahaan spt ini, persediaan mencakup persediaan barang jadi (finished goods) yg merupakan barang yg sdh siap dijual, persediaan barang dalam penyelesaian (work in process inventory) yg merupakan brg setengah jadi, dan persediaan bahan baku (raw material inventory) yg merupakan bahan ataupun perlengkapan yg akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, biaya jasa yg belum diakui pendapatannya diklasifikasikan sebagai persediaan. Paragraf 18 PSAK 14 (Revisi 2008), biaya persediaan pemberi jasa meliputi biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yg secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead yg dpt diatribusikan.

  4. PERSEDIAAN Cakupan Barang Dalam Persediaan Salah satu masalah yg sering dihadapi oleh perusahaan adalah terkait dgn pengakuan kepemilikan atas persediaan. Secara tehnis, seharusnya perusahaan mencatat pembelian atau penjualan atas persediaan ketika tlh mendapatkan atau melepaskan hak kepemilikan atas barang tsb. Namun seringkali penentuan atas perpindahan hak kepemilikan tsb. relatif sulit dilakukan. Klasifikasi dr barang dlm persediaan mencakup: 1. Brg yg ada pd suatu entitas dan merupakan miliknya; 2. Brg yg ada pd suatu entitas ttp bukan miliknya; dan 3. Brg milik suatu entitas ttp tdk ada pd entitas tsb. Pada klasifikasi no.2 dan no.3 seringkali suatu entitas mengalami kesulitan dlm menentukan perpindahan hak kepemilikan atas barang. Kesulitan penentuan tsb. terjadi pd barang dalam transit dan barang konsinyasi. Barang Dalam Transit Dalam proses pembelian barang, bisa terjadi dimana barang masih berada pd posisi transit – belum diterima oleh pembeli ttp sdh dikirim oleh penjual – pd akhir periode fiskal. Pada dasarnya suatu barang diakui sebagai persediaanoleh suatu entitas yg memiliki tanggung jawab finansial thdp biaya transportasi. Tanggung jawab finansial ini dpt diindikasikan dari istilah pengiriman (shipping term) yg biasanya diistilahkan sebagai FOB.

  5. PERSEDIAAN Penjualan Konsinyasi Pada kerja sama penjualan konsinyasi, pemilik barang(consignor) mengirimkan barang kepada penjual (consignee), dimana penjual setuju utk menerima barang tanpa ada kewajiban apapun, kecuali perawatan dan penjagaan terhadap kehilangan dan kerusakan, hingga barang tsb terjual kpd pihak lain. Barang atas Penjualan dengan Perjanjian Khusus Dalam perjanjian penjualan, perusahaan seringkali hrs melihat substansi atas penjualan tsb. Ketika transaksi dilakukan dan hak kepemilikan tlh beralih maka resiko dan manfaat kepemilikan itu seharusnya juga beralih dr penjual kpd pembeli. Namun bisa terjadi dimana penjual msh memegang resiko dan manfaat atas kepemilikan atas barang tsb. Dalam kondisi itu mka penjual masih hrs mengakui kepemilikannya dan tdk terjadi pengurangan atas persediaan penjual. Beberapa perjanjian khusus semacam itu adalah : • Penjualan dgn perjanjian pembelian kembali. Disini pembeli tdk dpt meng- akui perjanjian tsb. sebagai penjualan dan tdk mengurangi barang tsb. dari persediaannya. • Penjualan dgn tingkat pengembalian tinggi. Disini penjual memiliki dua pilihan, pertama adalah mencatat penjualan pd nilai penuh dan membentuk

  6. PERSEDIAAN akun penyisihan atas estimasi pengembalian penjualan, kedua adalah tidak mencatat adanya penjualan hingga dpt diperkirakan tingkat pengembalian oleh pembeli. Ketika tingkat pengembalian tdk dpt diperkirakan maka penjual tdk dpt mengakui penjualan dan tdk mengeluarkan barang tsb. dari persediaannya. • Penjualan dgn cicilan. Penjual akan mengakui adanya penjualan dan mengeluarkan penjualan dari persediaannya apabila dapat diestimasikan secara baik nilai persentase kemungkinan penjualannya tdk tertagih. PENGUKURAN PERSEDIAAN Salah satu masalah utama persediaan adalah mengukur nilai persediaan tsb. PSAK 14 (Revisi 2008) menyatakan bhw persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yg lebih rendah.

  7. PERSEDIAAN PENGUKURAN PERSEDIAAN Salah satu masalah utama persediaan adalah mengukur nilai persediaan tsb. PSAK 14 (Revisi 2008) menyatakan bhw persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yg lebih rendah. • Biayapersediaanmeliputi : • Biayapembelian • Biayakonversi • Biaya lain yang timbulsampaipersediaanberadadalamkondisidantempatyang siapuntukdijualataudipakai (present location and condition) • Biayapembelianmeliputihargapembelian, beamasukdanpajaklainnyakecuali yang dapatditagihkembalikepadakantorpajak, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yg secara langsung dpt diatribusikan pd perolehan brg jadi, bahan dan jasa. • Biayakonversimeliputibiaya yang secaralangsungterkaitdengan unit yang diproduksidanbiaya overhead produksitetapdan variable yang dialokasikansecarasistematis dlm mengkonversi bahan menjadi brg jadi.

  8. PERSEDIAAN • Biaya lainnya. Biaya lain yg dpt dibebankan sebagai biaya persediaan adalah biaya yg timbul agar persediaan tersebut berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Yang termasuk biaya lainnya misalnya biaya desain dan biaya praproduksi yg ditujukan utk konsumen yg spesifik. Sedangkan biaya-biaya seperti penelitian dan pengembangan, biaya administrasi dan penjualan, biaya pemborosan, biaya penyimpanan tidak dapat dibebankan sebagai biaya persediaan.

  9. PERSEDIAAN Penilaian Persediaan Ada dua metode penilaian fisik persediaan : 1. Metode Periodeik (physical method) 2. Metode Kartu (Perpetual Method). Ad.1. Metode Periodik Dalam metode ini unit fisik persediaan diketahui dr perhitungan akhir periode, sedangkan rupiah per unit diketahui berdasarkan asumsi aliran persediaan.Jadi nilai persediaan bisa diketahui dengan perhitungan : Unit Fisik x Rupiah per unit Dari perhitungan fisik akhir periode Berdasarkan asumsi aliran harga persediaan - FIFO - LIFO - Rata – Rata Contoh : Dari PT. ABC pd Desember 2008 diperoleh informasi persediaan sbb.:

  10. PERSEDIAAN 1 Desember Persediaan awal 1.000 unit @ Rp.500 10 Desember Pembelian 800 unit @ Rp.550 20 Desember Pembelian 700 unit @ Rp.600 18 Desember Penjualan 900 unit 27 Desember Penjualan 500 unit 31 Desember Persediaan akhir 1.100 unit • Metode Periodik FIFO (First In First Out) Dengan anggapan aliran harga persediaan adalah FIFO, maka nilai persediaan sebesar 1.100 unit dihitung sbb.:

  11. PERSEDIAAN b. Metode Periodik LIFO (Last In First Out) Dengan anggapan aliran harga persediaan adalah LIFO, maka persediaan yg terakhir masuk dijual pertasma, sehingga nilai persediaan yg ada berurutan dr harga pertama, ke dua, dst. Dengan demikian nilai persediaan LIFO sebesar 1.100 unit dihitung sbb.: • Metode Periodik Rata – Rata Ada dua metode rata-rata 1. Rata-rata Sederhana 2. Rata-rata Tertimbang

  12. PERSEDIAAN c.1. Rata-rata Sederhana Dalam metode ini, harga per unit persediaan dihitung dgn cara membagi antara penjumlahan harga per unit setiap kali pembelian dgn jumlah waktu pembelian. Harga I + Harga II + Harga III = Harga per unit Persediaan 3 Jumlah Unit Persediaan = x (x) Nilai Persediaan = Rp. xxx Jadi dari contoh di muka bila dinilai berdasarkan metode rata-rata sederhana sbb.: Rp. 600.000 + Rp. 550.000 + Rp. 500 = Rp. 550 3 Jumlah unit Persediaan = 1.100 unit (x) Nilai persediaan Rp. 605.000 c.2. Rata-rata Tertimbang Apabila persediaan dinilai dengan rata-rata tertimbang maka harga per

  13. PERSEDIAAN unit persediaan dihitung sbb.: Jumlah Harga beli = Harga per unit Unit yang Dibeli Jumlah Unit Persediaan = x (x) Nilai Persediaan = Rp. xxx Jadi dari contoh di muka bila dinilai berdasarkan metode rata-rata Tertimbang sbb.: Harga per Unit = Rp. 500.000 + Rp. 440.000 + Rp. 420.000 = Rp. 544 1000 + 800 + 700 Jumlah unit Persediaan = 1.100 unit (x) Nilai persediaan Rp. 598.400 Ad.2 Metode Kartu (Perpetual Method)

  14. PERSEDIAAN • Biaya yang dikeluarkan dari persediaan : • Jumlah pemborosan yang tidak normal • Biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum tahap produksi berikutnya • Biaya administrasi dan umum • Biaya penjualan • Teknik pengukuran biaya persediaan Metode biaya standar, Metode eceran (retail) dapat digunakan bila hasilnya mendekati biaya historis • Persediaan yang dibeli dengan pembayaran ditunda tidak boleh memasukkan unsur bunga.

  15. RUMUS BIAYA • Untuk barang yang tidak dapat diganti dengan barang lain (not interchangeable) serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus  identifikasi khusus terhadap biaya masing-masing. • Untuk barang lain dihitung dengan menggunakan rumus biaya : • Masuk pertama keluar pertama / FIFO • Rata-rata / Weighted Average • Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. • Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumusan biaya yang berbeda diperkenankan.

  16. NILAI REALISASI NETO • Konsisten dengan pendapat: aktiva seharusnya tidak dinyatakan melebihi jumlah yang mungkin dapat direalisasi • Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.

  17. NILAI REALISASI NETO • Estimasi nilai realisasi bersih : • Berdasarkan bukti yang paling andal yang tersedia • Mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait • Mempertimbangkan tujuan persediaan • Nilai realisasi bersih : • Biaya ganti / replacement cost • Harga jual dikurangi dengan biaya untuk melakukan penjualan

  18. TEKNIK PENGUKURAN BIAYA Teknik pengukuran biaya  standar, eceran, laba kotor Dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya. Biaya standar  harus direview Metode eceran  industri eceran  jumlah besar item yang berubah dengan cepat, dan memiliki marjin yang sama di mana tidak praktis untuk menggunakan metode lainnya.

  19. PENURUNAN KE NILAI REALISASI BERSIH • Penurunan dapat dilakukan item per item atau group. • Penurunan yang terjadi langsung dibebankan ke beban periode berjalan/menambah beban persedian. • Pemulihan nilai akan diakui sebagai pengurang jumlah beban persediaan • Nilai realisasi bersih yang telah ditentukan harus ditinjau kembali pada setiap periode berikutnya.

  20. PENGAKUAN SEBAGAI BEBAN Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut.

  21. PENGUNGKAPAN • kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan; • total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi entitas; • jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual; • jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;

  22. PENGUNGKAPAN jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan; jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan; dan nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

  23. PERSEDIAAN BARANG DAGANG (MERCHANDISE INVENTORY) BARANG YANG DIBELI UNTUK DIJUAL KEMBALI SISTEM PENCATATAN : - INVENTARISASI PERIODIK / METODE FISIK - PERPETUAL / BALANCE PERMANEN • METODE FISIK : • PEMBELIAN : DICATAT PADA PERKIRAAN “PEMBELIAN” • SEBESAR HARGA POKOKNYA • PENJUALAN : DICATAT PADA PERKIRAAN “PENJUALAN” • SEBESAR HARGA JUAL

  24. - HARGA POKOK PENJUALAN : • PERSEDIAAN AWAL Rp. XXX • PEMBELIAN BERSIH Rp. XXX + • PERSED.BRG U/ DIJUAL Rp. XXX • PERSEDIAAN AKHIR Rp XX – • HARGA POKOK PENJUALAN Rp. …… • PERK.”PERSEDIAAN BRG.DAG” DIGUNAKAN UNTUK • MENCATAT JUMLAH PERSEDIAAN PADA AWAL / AKHIR • PERIODE SESUAI HASIL INVENTARISASI • PERLU ADJUSTMENT PADA AKHIR PERIODE AKUNTANSI • AJE : • MENIADAKAN PERSEDIAAN AWAL : • IKHTISAR L/R • PERSEDIAAN BRG. DAG (AWAL • MENAMPAKKAN PERSEDIAAN AKHIR : • PERSEDIAAN BRG. DAG (AKHIR) • IKHTISAR L/R

  25. METODE PERPETUAL • PERK. “PERSEDIAAN BRG.DAG.” DIGUNAKAN UNTUK • MENCATAT SETIAP TERJADI MUTASI PERSEDIAAN • TRANSAKSI PENJUALAN – 2 AYAT JURNAL : • 1. MENCATAT HASIL PENJUALAN • 2. MENGKREDIT PERSEDIAAN SBESAR HARGA POKOKNYA • - TIDAK PERLU ADJUSMENT PADA AKHIR PERIODE AKUNTANSI • PENETAPAN HARGA POKOK PENJUALAN : • METODE RATA-RATA • METODE FIFO • METODE LIFO NILAI AKHIR PERSEDIAAN : LOWER COST OR MARKET HARGA TAKSIRAN : - METODE LABA KOTOR - METODE ECERAN

  26. PENCATATAN

  27. PENETAPAN HARGA POKOKSISTEM PERIODIK • RATA-RATA • Misal: Unit HP/Unit H.Pokok 1/1 Persd aw 100 Rp.10 Rp. 1000 12/4 Pembel 200 Rp.11 Rp. 2200 20/9 Pembel 300 Rp.12 Rp. 3600 29/11Pembel 400 Rp.13 Rp. 5200 1000 Rp.12.000 Harga pokok rata2 Rp.12.000 = Rp.12 1000 Persed akhir diket = 450 unit Nilai Persediaan akhir = 450 x Rp.12 = Rp. 5400

  28. Harga pokok Penjualan: • Persediaan awal Rp. 1.000 • Pembelian Rp. 11.000 • Persed siap dijual Rp. 12.000 • Persed akhir Rp. 5.400 • Harga Pokok Penj Rp. 6.600

  29. FIFO (First In First Out) • Harga Pokok Persed akhir: Unit HP/U H.Pokok 29/11 400 Rp.13 Rp.5.200 20/9 50 Rp.12 Rp. 600 450 Rp.5.800 H.Pokok Penjualan Persediaan tersedia dijual Rp.12.000 Persediaan akhir Rp. 5.800 H.Pokok Penjualan Rp. 6.200

  30. LIFO (Last In First Out) • Harga Pokok Persediaan akhir Unit HP/U H. Pokok 1/1 100 Rp.10 Rp.1.000 12/4 200 Rp.11 Rp.2.200 20/9 150 Rp.12 Rp.1.800 450 Rp.5.000 H.P.Penjualan: Persediaan tersedia dijual Rp.12.000 Persediaan akhir Rp. 5.000 H.P.Penjualan Rp. 7.000

  31. Perpetual Inventory Costs Inventory cost data to demonstrate FIFO and LIFO Perpetual Systems Item 127B Units Cost Price Jan. 1 Inventory 10 $20 4 Sale 7 $30 10 Purchase 8 21 22 Sale 4 31 28 Sale 2 32 30 Purchase 10 22 Cost of Mdse. Sold

  32. METODE RATA-RATA BERGERAK

  33. METODE FIFO

  34. METODE LIFO

  35. Valuation of Inventory at Lower-of-Cost-or-Market Unit Unit Inventory Cost Market Total Total Lower Item Quantity Price Price Cost Market C or M $ 3,800 2,700 4,650 3,920 Total $15,520 $15,472 $15,070 A 400 $10.25 $ 9.50 $ 4,100 $ 3,800 B 120 22.50 24.10 2,7002,892 C 600 8.00 7.75 4,800 4,650 D 280 14.00 14.75 3,9204,130 The market decline based on individual items ($15,520 – $15,070) = $450

  36. Estimating Inventory Cost

  37. Retail Method of Estimating Inventory Cost • Metode hrg eceran berdasarkan hubungan antara hrg pokok brg tersedia dijual dgn hrg eceran dari barang yg sama. • Harga eceran semua brg dag harus ditetapkan dan dijumlah keseluruhan. • Persediaan eceran = HP Brg tersedia dijual (hrg eceran) – penjualan bersih satu periode. • Rasio biaya = HP brg tersedia dijual HP brg tersedia dijual (eceran). • Estimasi Hrg pokok Persediaan = persediaan eceran x rasio biaya terhadap harga eceran brg tersedia dijual.

  38. $62,000 $100,000 Retail Inventory Method CostRetail Merchandise inventory, Jan. 1 $19,400 $ 36,000 Purchases in January (net) 42,600 64,000 Merchandise available for sale $62,000 $100,000 Rasio biaya thd hrg eceran = = 62% Step 1: Menentukan rasio biaya thd harga eceran.

  39. Retail Inventory Method CostRetail Merchandise inventory, Jan. 1 $19,400 $ 36,000 Purchases in January (net) 42,600 64,000 Merchandise available for sale $62,000 $100,000 Sales for January (net) 70,000 Merchandise inventory, January 31, at retail $ 30,000 Step 2: Menentukan persediaan akhir menurut hrg eceran.

  40. CostRetail Merchandise inventory, Jan. 1 $19,400 $ 36,000 Purchases in January (net) 42,600 64,000 Merchandise available for sale $62,000 $100,000 Sales for January (net) 70,000 Merchandise inventory, January 31, at retail $ 30,000 Merchandise inventory, January 31, at cost ($30,000 x 62%) $18,600 Retail Inventory Method Step 3: Menghitung estimasi persediaan akhir.

  41. Gross Profit Method of Estimating Inventory Cost 1. Prosentase Laba kotor diestimasikan dari tk aktual tahun sebelumnya yg disesuaikan dgn setiap perubahan dlm hrg pokok & hrg jual selama periode berjalan. 2. Estimasi laba kotor = tk estimasi laba kotor x aktual penjualan bersih. 3. Estimasi HP Penjualan = aktual penjualan bersih – estimasi laba kotor. 4. Estimasi Persediaan akhir = HP Brg tersedia dijual – HPPenjualan.

  42. Gross Profit Method Merchandise inventory, January 1 $ 57,000 Purchases in January (net) 180,000 Merchandise available for sale Sales in January (net) $250,000 Less: Estimated gross profit Estimated cost of merchandise sold Estimated merchandise inventory, January 31 $237,000 ($250,000 x 30%) 75,000 175,000 $ 62,000 Metode Laba kotor berguna untuk estimasi persediaan pada lap keuangan bulanan atau triwulanan dalam sistem persediaan periodik.

More Related