1 / 16

Kesulitan-Kesulitan Umum Dalam Pembangunan Ekonomi  Baca Faktor-Faktor Penghambat Pem-

Kesulitan-Kesulitan Umum Dalam Pembangunan Ekonomi  Baca Faktor-Faktor Penghambat Pem- bangunan Ekonomi POLA PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Sebagian besar penduduk di NSB tinggal di pedesaan sedang kan di negara maju hanya 35%. Proporsi tenaga kerja di sek-

arion
Download Presentation

Kesulitan-Kesulitan Umum Dalam Pembangunan Ekonomi  Baca Faktor-Faktor Penghambat Pem-

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Kesulitan-Kesulitan Umum Dalam Pembangunan Ekonomi  Baca Faktor-Faktor Penghambat Pem- bangunan Ekonomi POLA PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Sebagian besar penduduk di NSB tinggal di pedesaan sedang kan di negara maju hanya 35%. Proporsi tenaga kerja di sek- tor pertanian di NSB 60% di negara maju 15%. Pada periode yang sama kontribusi pertanian terhadap GDP di NSB 25% di negara maju 5%. Pada umumnya perekonomian NSB berorientasi kepada pro- duksi produk primer yang merupakan ekspor utama ke nega- ra lain, misalnya : makanan, bahan baku, bahan bakar dan ba han logam, kontribusinya hampir 70% dari nilai ekspor kese- luruhan.

  2. Faktor-faktor produksi di NSB masih bersifat potensial dikare nakan masih belum mampu untuk mengolah dan memanfaat- kan faktor-faktor produksi tersebut. Pemerintah di NSB memperhatikan sektor pertanian karena selain penduduknya hidup dari sektor ini juga sektor pertani- an paling banyak menghasilkan devisa. Masalah yang dihadapi NSB dalam pembangunan sektor per- tanian antara lain : 1. Terlalu terpusatnya kegiatan ekonomi NSB di sektor per- tanian merupakan salah satu faktor penting yang menye babkan mereka mempunyai tingkat pendapatan yang sa- ngat rendah. Sebagian besar kegiatan sektor pertanian di NSB mem- punyai tingkat produktivitas yang relatif rendah bila di- bandingkan dengan produktivitas yang telah dicapai ne gara maju. 2. Rendahnya tingkat produktivitas kegiatan pertanian, di-

  3. samping menyebabkan pendapatan petani rendah juga merupakan kesulitan bagi NSB untuk menaikkan penda- patan per kapita penduduknya. Faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas sektor pertanian di NSB, diantaranya : 1. Kekurangan prasarana pertanian. 2. Cara bercocok tanam yang masih tradisional. 3. Tingkat pendidikan dan pengetahuan para petani yang re latif rendah. 4. Para petani tidak mampu membeli sendiri input pertani- an yang diperlukan. Oleh karena itu perhatian pemerintah sebaiknya ditujukan un- tuk meningkatkan prasarana pertanian, penyediaan air cukup penggunaan input modern (bibit unggul, pupuk, insektisida) yang memungkinkan naiknya produktivitas yang berarti pula meningkatkan pendapatan per kapita petani dan juga pada pembangunan pedesaan yang berarti membangun pertanian.

  4. PERANAN DARI SEKTOR PERTANIAN ; Sektor pertanian merupakan sekor yang menghasilkan bahan makanan utama penduduk NSB. Kekurangan Indonesia me- ngetahui pertanian penting tetapi lupa mengolahnya dengan baik hingga sampai kini hasil pertanian tidak mencukupi. Sektor pertanian merupakan supply daripada tenaga kerja. Se mua tenaga kerja umumnya dari sektor pertanian tetapi sam- pai di perkotaan mereka kurang memilik keahlian dan pendi- dikan sehingga harus dilatih, contoh : banyak PRT yang bera sal dari Karawang. Sebagai sumber modal bagi pembangunan ekonomi dan seba gai alat untuk mencari devisa, hasil pertanian dapat dijual ke luar negeri sehingga kita mendapatkan devisa. Pertanian merupakan pasar bagi sektor diluar pertanian dan produktivitas rendah sehingga hasilnya tidak mencukupi.

  5. Peranan Pertanian di NSB : 1. Untuk menyediakan bahan makanan bagi masyarakat. 2. Menimbulkan kesempatan kerja yang luas. 3. Pembentukan modal. 4. Merupakan devisa negara. 5. Sebagai pasar bagi sektor-sektor di luar pertanian. Kelemahan : 1. Income yang mereka terima berbeda dengan sektor in- dustri  karena jangka waktunya lama (masa panen). 2. Harga hasil pertanian tidak stabil.  musim panen harga turun, musim paceklik harga naik. Sehingga pemerintah (BULOG) membentuk range har- ga yaitu CEILING PRICE (paceklik) dan FLOOR PRICE (musim panen)  tidak boleh diatas Ceiling Price dan tidak boleh di bawah Floor Price.

  6. TAHAP-TAHAP PERTANIAN : 1. Tahap Pertanian Tradisional (pertanian subsistemmem cukupi kebutuhan sendiri saja), Tahap I dengan ciri-ciri : a. Hasil produksi pertanian hanya cukup dikonsumsi petani itu sendiri/keluarga/se-desa/tidak melebihi konsumsi. b. Petani memerlukan tambahan penghasilan, mis : pa da masa paceklik petani harus mencari pekerjaan la in. c. Alat-alat untuk bertani masih tradisional, misalnya : masih menggunakan pacul, parang, bajak dengan kerbau, dll. d. Di sektor pertanian selalu berlaku hukum ekonomi pertambahan hasil yang semakin berkurang (The Law of Diminishing Returns), luas tanah tetap tetapi manusianya bertambah. e. Sering terjadi kegagalan panen yang disebabkan o- leh gangguan bencana alam seperti : banjir, kema- rau yang panjang.

  7. f. Hanya ada sedikit macam tanaman yang ditanam. g. Produktivitas petani masih rendah. h. Luas lahan sempit  diatasi dengan Green Revoluti on dengan cara Land Reform (penggantian kepemi- likan tanah). Jika tidak bisa mencukupi kebutuhannya, mereka bisa menggadaikan tanamannya yang masih hijau. Penduduk sekor pertanan bertambah  terjadi disguise unemployment (pengangguran tidak kentara). 2. Tahap Pertanian Menuju Modern (masa peralihan / Tahap II), ciri-ciri : a. Sudah meningkatkan tanaman perdagangan yang dapat dikomersilkan di dalam maupun di luar nege- ri (cengkeh, kopi, karet, teh, kayu manis/casiavera). b. Sudah terlihat bermacam-macam aneka tanaman (bukan tanaman primer lagi, tapi juga tanaman se- kunder, misal : jeruk, pisang (namun tidak banyak).

  8. c. Tidak dilakukan perencanaan da persiapan teknolo gi yang sempurna. d. Tidak adanya diversifikasi tanaman sehingga sela- lu mengalami kegagalan. 3. Tahap Pertanian Modern, ciri-ciri : a. Produksi meningkat dengan pesat, tidak lagi mena- nam untuk sendiri. Contoh : perkebunan-perkebunan besar di Indone- sia saat ini seperti perkebunan tembakau di Sumatera Utara. b. Tanahnya luas, jenis tanamannya sudah spesiali- sasi. Misalnya : tanaman buah  buah saja  su- dah mulai meningkatkan tanaman buah-buahan. c. Sudah banyak masuk modal, misal: untuk beli trak tor, pupuk, dll. d. Sudah punya research developmen.

  9. e. Sudah dimulai penggunaan teknologi berupa bibit unggul, pupuk. Kebijaksanaan Pertanian di Indonesia : 1. Bimas (Bimbingan Massal) : dimana pemerintah membe- rikan pinjaman kepada peta ni berupa bibit unggul (be- ras PB 8). 2. Pembuatan dan perbaikan irigasi (cont: waduk Jatiluhur) 3. Pembangunan pabrik pupuk (contoh : Pupuk Sriwijaya). 4. Pengadaan obat pembasmi hama. 5. Mengajarkan cara-cara penggunaan teknologi modern. 6. Inmas. POLA PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI Industrialisasi : Kegiatan ekonomi untuk mempergunakan sumber alam berupa hasil-hasil yang belum di olah dan hasil-hasil almnya yang setengah- nya diolah sehingga menghasilkan produk-

  10. produk/barang-barang yang siap dipakai/di- konsumsi. Cont: hasil pertanian - karet  ban - kopi (dibeli Singapore pada keadaan asalan)  kopi sachet  Lang kah Singapore : * lapangan kerja * menciptakan income * menstabilkan harga jual. KEBIJAKAN INDUSTRI DIBAGI 2 MACAM : 1. Inward Looking Policy  kebijaksanaan pembangunan industri itu didasari de- ngan melihat keadaan ekonomi yang ada di dalam ne- geri pada waktu itu.

  11. Inward Looking Policy ini akan melahirkan INDUSTRI SUBTITUSI IMPOR  industri yang menghasilkan/meng- ganti barang-barang yang sebelum nya kita impor dar luar negeri, de- ngan memproduksinya. contoh : pakaian, obat, kue kering, susu (Indomilk), dll.  Dahulu mau minum susu (Indomilk, susu nona) dari luar negeri, maka awalnya Prof. Soemitro mengirim u tusan ke Australia untuk melakukan perundingan de- ngan Australia -> lalu Australia membangun pabrik susu di Indonesia, yaitu Indomilk.  Mau makan kue kering dari Singapore (Khong Guan), lalu bangun pabrik Khong Guan di Indonesia.  Jerman membangun pabrik obat. Maka barang-barang mulai banyak di Indonesia dengan adanya industri yang dibangun di dalam negeri.

  12. 2. Outward Looking Policy  melihat pasaran di luar negeri Kebijaksanaan ini melahirkan INdustri Promosi Ekspor -> tujuannya : * untuk mencari devisa. * transfer teknologi. * lapangan kerja. * mutu yang dipertinggi. Outward looking policy ini saat ini sedang dijalankan in- industri baju, kaos yang diekspor ke luar negeri dan langsung mendapat devisa. Strategi Untuk Industri Yang Kuat : 1. Promosi ekspor. 2. Substitusi Impor, tergantung pada : pasar dalam negeri dan efektivitas dari proteksi terhadap barang impor (quo- ta, tariff, control administrasi).

  13. BAGAN POLA PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI Negara Kaya ------I SDA | V Pasar Dalam Negeri ---| (Pasar Bebas) | ^ | Produksi Income | |---> Dalam ----> And | | Negeri Employment Pasar Luar Negeri | (Campur Tangan ----| Pemerintah) ^ Negara Miskin | SDA ----|

  14. Negara kaya SDA (USA dan Jerman Barat) • Pola pengembangan pasar dalam negeri (inward looking strategy). Negara miskin SDA (Jepang, Singapore, Hongkong, Taiwan, Korea Selatan) • Pola pengembangan pasar luar negeri (outward looking strategy)  mengundang perusahaan multinasional untuk mengembangkan suatu jenis industri di negara mereka (secara internaional perusahaan multinasional sudah dikenal maka hasil produksinya tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran) mulai dapat mengekspor produk ke luar negeri dan berkembang pasar dalam negeri dimana penduduknya mulai menghargai mutu barang tersebut  berkembang perekonomian negara. Fase-Fase Export Led Strategy : 1. Fase menerima pesanan  barang-barang industri diproduksi berdasar atas pesa nan, inisiatif produksi datang dari konsumen atau pe-

  15. dagang-pedagang perantara. 2. Fase permulaan mendorong kegiatan ekspor.  Tidak lagi mendasarkan produksinya pada pemesan tetapi aktif mencari pasar, hal ini memaksa perusaha- an untuk berusaha efisien sehingga dapat menjual dengan harga lebih murah. 3. Fase penciptaan kapabilitas sendiri.  Fase perubahan fokus dari penjualan menurut kapasi- tas produksi menjadi penciptaan produk atau rangkai- an produk yang secara aktif harus dipasarkan ke pa- sar dalam negeri maupun luar negeri dan akan mam- pu bersaing dengan cara menciptakan produk berkua- litas tinggi dengan desain yang disenangi konsumen. 4. Fase pemasaran kapasitas.  Perusahaan tidak lagimemproduksi barang untuk me-

  16. menuhi pesanan tetapi memproduksi untuk persedia- an sendiri dan menjual atas dasar persediaan. Perusahaan menciptakan desain sendiri, bertanggung jawab atas pengepakan barang, pemasangan label dan pengawasan kualitas. 5. Fase pembentukan fasilitas produksi di daerah lain atau negara lain.  Perusahaan telah membuka cabangnya di daerah/ne- gara lain dan sudah langsung memperkenalkan pro- duknya kepada konsumen.

More Related