1 / 15

TEKNIK WAWANCARA BAGI JURNALIS INVESTIGASI Pertemuan 23 & 24

TEKNIK WAWANCARA BAGI JURNALIS INVESTIGASI Pertemuan 23 & 24. Ma t a kuliah : O 0 264 / TEKNIK WAW A NCARA MEDIA Tahun : 2008 / 2009. Learning Objectives.

adrina
Download Presentation

TEKNIK WAWANCARA BAGI JURNALIS INVESTIGASI Pertemuan 23 & 24

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. TEKNIK WAWANCARA BAGI JURNALIS INVESTIGASIPertemuan 23 & 24 Matakuliah: O0264 / TEKNIK WAWANCARA MEDIA Tahun : 2008 / 2009

  2. Learning Objectives Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa perlu mengetahui, memahami, dan mampu melakukan wawancara yang bersifat investigasi untuk material gathering (radio, televisi, koran) dan dapat menyajikan berita yang terkait padasiaran radio dan siaran televisi secara benar (dasar).

  3. Pengertian • Nilai beritanya disebut sebagai Berita Investigatif (investigative news); kerja jurnalis-nya disebut sebagai investigative reporting). • Pada umumnya Berita Investigatif merupakan hasil penyelidikan seorang atau satu tim wartawan secara lengkap dan mendalam dengan lebih mengedepan kan unsur why dalam pelaporannya. • Contoh Berita Investigatif adalah berita tertangkap nya Tommy Suharto.

  4. Kilas Balik (1/2) Ketiga faktor itulah yang jarang sekali atau bahkantidak ada dalam dunia pertelevisian kita, sehingga independensi redaksi dalam pertelevisian kita masih merupakan harapan daripada kenyataan. Oleh karena itu, tidak perlu heran apabila dalam sehari-hari kita tidak hanya muak menyaksikan acara-acara non-jurnalistik investigasidi televisi, tetapi juga sangat sebal dengan produk jurnalistik yang muncul di layar kaca.

  5. Kilas Balik (2/2) • Lima belas stasiun televisi swasta nasional, seharusnya memungkinkan adanya lima belas variasi dalam pemberitaan investigasi ditelevisi. Namun yang terjadi adalah keseragaman. Jajaran redaksi invetigatiftelevisi masih terpaku pada peristiwa-peristiwa yang muncul di permukaan, sehingga ketika terjadi peristiwa kekerasan soal Freeport misalnya, seluruh layar televisi dari jam ke jam isinya hanya gambar-gambar kekerasan.

  6. Pentingnya menelaah bahasa audio visual Pada era globalisasi ini siaran Televisi sudah dapat ”ditangkap” (channelnya) oleh lebih dari setengah dari penduduk dunia, itu berarti bahasa audio visual menarik perhatian orang. Bahasa audio visual mempunyai kekuatan khusus, yang mampu membangkitkan imajinasi dan menggerakkan hati. Oleh karena itu kekuatan audio visual perlu dimanfaatkan dalam pemberitaan. Bagaimanakah cara jurnalis meliput wawancara sehingga berita yang disajikan dapat optimal sampai dilihat oleh pemirsa, antara lain dengan mempelajari bahasa audio visual.

  7. Kilas Balik • Hal itu menunjukkan belum ada upaya untuk melihat sisi lain yang lebih dalam di balik peristiwa kekerasan, sehingga pemirsa tidak mendapati banyak persepktif dari peristiwa itu. Di sisi lain, arus besar televisi swasta nasional itu perlu segera mendapat imbangan dari televisi lokal maupun televisi publik, yang diharapkan dapat menyuguhkan persepektif lain atas dominasi peristiwa yang muncul di layar kaca televisi swasta nasional.

  8. Hanya keseragaman pemberitaan televisi • Merupakan pengaruh langsung atas pemilik televisi yang telah mempertaruhkan investasinya di industri televisi. Karena industri televisi telah menyedot lebih besar uang daripada media cetak, maka kepentingan pemilik untuk mengamankan modalnya dan usahanya untuk mengeruk keuntungan jauh lebih agresif dibandingkan dengan pemilik media cetak. • Terdapat dua implikasi atas industri televisi yang pada modal ini: pertama, pemodal hanya mengejar rating, sehingga kalau ada model atau teknis pemberitaan, seperti tayangan berita kriminal memiliki rating tinggi, maka model atau teknis itu yang akan diandalkan atau ditiru; kedua, pemodal tidak mau jajaran redaksi memproduksi karya-karya jurnalisme yang mendalam, seperti investigasi, sebab secara operasional produk-produk semacam itu memerlukan banyak tenaga dan dana.

  9. Perkembangan mutakhir (1/3) • Jurnalismeinvestigasi televisi yang baru berkembang sepuluh tahun terakhir ini memang bagaikan arena coba-coba bagi jurnalisnya. Persaingan yang ketat antar media televisi dan kepentingan pemilik dalam menyelamatkan investasinya, menjadi faktor yang menekan jurnalis yang tengah berusaha membangun nilai-nilai jurnalisme investigasi televisi. • Yang pasti, pada titik tertentu di mana jajaran redaksi televisi gagal mempraktekkan prinsip-prinsip jurnalisme investigasi secara benar, yang berarti juga gagal menjaga independensi redaksi, maka pada titik itulah jurnalisme televisi tidak perlu tampil di layar kaca karena pemirsa tidak mendapatkan manfaatnya. Penayangan siaran berita investigasiyang semula dari waktu prime time bergesar ke waktu non-prime time menunjukkan hal itu.

  10. Perkembangan mutakhir (2/3) • Kemungkinan lain, jurnalisme investigasi televisi akan menjadikan kemarahan publik karena penyajiannya yang tidak terarah. Hal ini terjadi karena televisi sudah menjangkau 80 persen penduduk Indonesia, dampaknya pun akan terasa bagi mereka yang diperlakukan tidak adil oleh pemberitaan invetigasi, atau pemberitaan yang melukai nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. • Jurnalisme televisi yang diusung jajaran redaksi investigasi akan terus berusaha mempraktekkan pers bebas. Namun yang perlu dipahami adalah bahwa pers bebas itu merupakan tradisi. Kebebasan tidak hadir begitu saja, butuh puluhan dan bahkan ratusan tahun untuk meraih dan mempertahankannya. Tradisi itu dibangun atas kesadaran, bahwa kebebasan pers adalah sesuatu yang diberikan masyarakat kepada lembaga pers.

  11. Perkembangan mutakhir (3/3) • Nah, pemberian itu, suatu saat dapat dicabut kembali oleh masyarakat, apabila orang-orang pers tidak dapat memfungsikannya secara benar. Atas dasar ini para pengelola pers berkeras mengatur sendiri bagaimana pers bekerja agar kebebasan itu tidak lepas dari genggamannya. Inilah yang melatari perlunya independensi redaksi dan lahirnya prinsip-prinsip jurnalisme, kode etik dan kode perilaku.

  12. Kebutuhan Jurnalis Investigatif • Sejalan dengan perkembangan kehidupan demokrasi yang semakin baik, industri media (radio, televisidan media cetak) tumbuh dengan pesat. • Pertumbuhan ini berdampak pada peningkatan kebutuhan sumberdaya manusia khususnya di bidang jurnalistik. • Pada beberapa lembaga pendidikan jurnalis, mata kuliah ‘News Hunting’ mengkaji tentang teknik interview (Interview Technique) baik untuk material gathering untuk siaran radio, televisi dan koran jarang ada mata kuliah yang spesifik investigasi. • Jurnalis investigasi dilahirkan dari kondisi lapangan atau dari pelatihan non formal rekan sekerjanya.

  13. Nilai, Standar dan Prinsip Jurnalis Investigasi • Safe guarding the welfare of children: tidak menampilkan acara dengan adegan kekerasan dibawah jam 9 malam. • Avoding the imitiation of anti social and criminal behavior: hindari penayangan yang dapat mempunyai dampak duplikasi, misalnya curanmor. • Respect of standart of taste and decency: patuh pada azas kepantas, dan tidak menyiarkan pornografi atau adegan seksual bebas. • Editorial integrity and independence: media komunikasi agar memberi kompensasi yang layak bagi jurnalis agar mereka anti ampelop. • Giving a full and fair view of people and cultures: jurnalis tidak boleh pro atau kontra pada salah satu pihak masyarakat.

  14. Closing Setelah memahami pengertian,bahwa saat teknik wawancara investigasi tidak sama dengan wawancara biasa yang umumnya dilakukan para jurnalis. Tidak adil jika jurnalis dapat dihukum karena pemberitaannya sedangkan pemilik atau ediotr luput dari proses hukum. The End

More Related